Bab 3 Bussiness Plan

66 1 0
                                    

Hanna bekerja seperti biasanya, tapi Adel tahu pasti ada yang mengganggu suasana hati Hanna hingga terlihat kesal.

"Kamu kenapa? Cerita dong," kata Adel sambil menepuk bahu Hanna.

"Aku lagi kesal sama orang yang habis dekat sama aku terus ngeblock aku, lalu dia menyapa lagi. Kan ngeselin banget tuh orang, berarti dia cuma mau main-main aja," balas Hanna.

"Ya jauhin aja orang kayak gitu. Pasti sama laki-laki makanya kamu sekesal ini, ya?" tanya Adel.

"Iya, Adel. Aku pengen punya kekasih, bosan sendirian mulu," jawab Hanna.

"Aku tahu kamu ingin cepat punya kekasih, tapi jangan asal mungut. Kamu kan tidak tahu orang itu baik atau jahat. Ketemu sering aja, enggak ada," kata Adel.

"Siap, Adel," balas Hanna sambil Adel gemas.

"Sudah deh, nanti dilihat nyonya," kata Adel.

"Iya, hehehe," balas Hanna melepaskan pelukannya.

Mereka melanjutkan pekerjaannya lagi dengan setelah saling mencurahkan isi hati.

***

Di perusahaan Odilio, Edgar tengah berkutat dengan usaha lainnya. Dia tersenyum saat melihat prospek dari aplikasi buatan dia dan rekan-rekannya meningkat pesat. Dia jadi penasaran dengan aplikasi itu, tapi dia juga jijik melihat banyak perempuan memakai aplikasi itu dan menunjukkan foto-foto yang seksi. Dia tersenyum miring menatap mereka yang kencan dan langsung pergi ke tempat-tempat hiburan dan restoran yang dimiliki oleh perusahaannya.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Tidak lama pintu terbuka hingga menampilkan Gustav yang baru saja masuk ke dalam setelah diperintahkan Edgar.

"Maaf, Tuan, ini ada kandidat yang akan melakukan interview bersama Tuan. Nama dia Betty dan sebelumnya pernah bekerja di kafe teman mamanya Tuan," kata Gustav.

"Oke silahkan masuk," perintah Edgar.

Betty masuk dengan setelan baju yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya membuat Edgar menatap Betty dari atas hingga bawah dengan tatapan datar.

"Silahkan duduk. Anda tidak perlu tegang seperti itu," kata Edgar.

Betty duduk di hadapan Edgar dengan wajah sebisa mungkin dibuat terlihat tidak tegang.

"Pagi, Tuan," kata Betty.

"Iya selamat pagi. Saya dengar kamu pernah bekerja di kafe teman mamanya saya, kenapa mau berhenti dari sana? Bukankah kamu cuma diliburkan sementara?" tanya Edgar sambil mengangkat sebelah alisnya.

Edgar sudah tahu apa saja yang dilakukan Betty selama ini walaupun dia jarang ke sana.

"Iya, Tuan. Saya merasa harus mengembangkan diri saya di tempat lain. Di sini saya melamar sebagai koki masak untuk kantin karyawan," kata Betty.

"Oh, oke lalu apa di sana kamu ada masalah pribadi sama salah satu karyawan sehingga kamu keluar?" tanya Edgar.

"Tidak, Tuan," jawab Betty berusaha tidak gugup saat ditatap oleh Edgar.

"Satu lagi, saya tidak suka ada kebohongan di perusahaan saya. Kamu saya terima di sini. Besok kamu bisa bekerja dengan pakaian kitchen yang benar, bukan seperti ini," kata Edga.

"Baik, Tuan. Terima kasih," balas Betty.

"Kamu akan dihubungi pihak HRD untuk data-data dan gaji kamu serta kontraknya," kata Edgar.

"Baik, terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan ke saya," balas Betty.

"Hmm," deham Edgar.

"Tuan, saya pamit keluar," kata Betty.

Edgar PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang