Langit begitu cerah dan berwarna biru di sebuah apartemen berisikan satu keluarga yang sederhana dan harmonis saat semua anggota keluarga tengah menyantap sarapan mereka bersama sebelum berangkat kerja.
"Hanna Silvan, kamu sudah diterima kerja di kafe yang tidak jauh dari apartemen kita?" tanya Elsa.
"Iya, Ma. Aku sudah diterima. Bahagia banget deh, doain ya semoga kerjaan aku lancar," jawab Hanna.
"Iya, Nak. Mama akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu," balas Elsa.
"Kalau kamu sudah dapat gaji, jangan lupa nanti kasih orang tua kamu. Paling enggak kamu bayar listrik apartemen ini," kata Louis.
"Siap, Pa," balas Hanna.
"Niko, kamu jadi lanjut kuliah?" tanya Elsa.
"Pengennya sih kuliah sambil kerja, Ma," jawab Niko.
"Kalau seperti itu, Papa setuju," balas Louis.
Tring
Suara ponsel berdering membuat Hanna tersenyum. Dia adalah gadis yang mudah bersosialisasi dan hobi sekali main media sosial. Bahkan bisa video call dengan teman-teman virtualnya dan dia mudah sekali akrab.
"Kak Hanna ngapain sih?" tanya Niko.
"Bukan urusan kamu," jawab Hanna.
"Jangan kebiasaan kenalan sama orang tidak dikenal, nanti kamu ribet," kata Niko.
"Apaan sih? Kamu tidak jelas," balas Hanna yang sebal dengan adiknya.
"Sudah, kalian harus cepatan makannya," kata Elsa.
"Siap, Ma," balas Niko.
"Istriku, aku berangkat duluan," kata Louis.
"Iya, Pa. Mama antar ke depan," balas Elsa.
Elsa mengantarkan Louis hingga ke depan pintu apartemen.
"Ma, titip salam sama anak-anak. Suruh Hanna kerja yang benar dan Niko juga sekolah yang benar supaya derajat keluarga kita tidak di bawah mulu," kata Louis Silvan.
"Iya, Pa," balas Elsa.
Louis pergi dari apartemen keluarga mereka menuju tempat kerjanya yang berada di stasiun kereta api. Dia menjadi seorang office boy di sana.
"Hati-hati, Pa," kata Elsa.
Elsa tersenyum pada Louis sambil melambaikan tangannya. Setelah itu, dia masuk kembali dan melihat anak-anaknya sudah selesai makan tersenyum pada anaknya.
"Anak-anak, kalian berangkatnya hati-hati. Ini ada bekal untuk kalian berdua biar irit," kata Elsa.
"Siap, Mama. Terima kasih bekalnya," balas Hanna sambil mengambil bekalnya lalu memasukkan ke dalam tas.
Niko juga memasukkan bekalnya dalam tas ranselnya. Mereka memeluk mamanya sebelum berangkat.
"Mama nanti pergi kerja?" tanya Hanna.
"Iya, Nak. Mama nanti masuk kerja, kasihan nyonya karena pelayannya ada yang mengundurkan diri jadi yang nyuci pakaian mereka berkurang," jawab Elsa.
"Enak ya jadi orang kaya, enggak usah nyuci sendiri," kata Hanna.
"Makanya cari kekasih yang kaya. Jangan lewat media sosial mulu kerjanya," balas Niko.
"Kamu ini ngeselin banget sih," kata Hanna menjewer telinga adiknya.
"Mama, sakit. Lihat nih tingkah kakak," kata Niko.
"Sudah, kalian kayak anak kecil aja," tegur Elsa.
"Iya, Ma," kata Hanna melepaskan jewerannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Prisoner
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Semua kejadian pasti ada sebabnya. Itulah yang dialami oleh Hanna Silvan. Tapi sayang, dia sudah terlanjur terjebak di sebuah tempat di mana banyak suara tangisan dari para gadis karena kebodohannya. Bet...