Aku tidak ingat apa-apa.
Yang kuingat dari Friday night kemarin hanya kencan romantisku dengan Ji Chang Wook saja. Selebihnya, entah apa yang terjadi.
Alhasil, aku kaget saat bangun tidur mendapati ponselku sudah ada ratusan notifikasi, tentang respon orang-orang atas Insta-Story ku yang ... entah kapan aku membuatnya.
Foto si culun. Dengan caption menggelikan. Dilengkapi emoji yang sangat ambigu.
Holy shit! What the fuck have I done?!
Namun, seberapapun aku syok karena situasi ini, tidak ada apa-apanya dengan syok yang dialami Ericky.
"Pusing banget! Asli, semalem gue nggak bisa tidur. Sekarang kita harus gimana, Zu?" Lelaki itu mengerang frustasi. "Gue belum ngejelasin apa-apa ke orang-orang, cuma balesin kita nggak pacaran aja. Tapi orang-orang tetep nggak percaya dan minta penjelasan lebih detail. Gue harus jelasinnya gimana cobak?! Masa gue bilang lo abis mabok di klub? Nggak mungkin, kan? Lo bantu cari solusi dong, Zurielle!"
Mungkin saking pusingnya, dia sampai tak sengaja menanggalkan panggilan formal 'saya-kamu'. Aku jadi prihatin.
Bisa dimengerti, sih. Orang seperti Ericky yang jalan hidupnya lurus flat seperti badan Alyssa ini cenderung mudah panik kalau menemui polisi-tidur di tengah jalan.
Dia semacam, "Oh, tidak! Ada polisi-tidur! Gimana, dooong?! Ini hambatan besar! Susah dilewati! Oh, tidak! Aku akan gagal mencapai tujuanku! Tidaaaakkkkk!!!"
Sedangkan aku, yang terbiasa menjalani hidup yang banyak cekungan, jeblosan, tanjakan, turunan, genangan, badai, topan, tsunami, godzilla, yadala yadala... tidak terlalu panik menghadapi hal seperti ini. Alias, ya sudahlah. Mau bagaimana lagi, kan? Jalani saja apa adanya.
"Solusinya gampang, kok. Yaitu ..." Aku bersuara, membuat Ericky yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumahku ini langsung menoleh.
"Apaan?" tanyanya tak sabar.
"Kita klarif pacaran aja."
"Mana bisa gitu!" sergahnya cepat.
"Kalo nggak gitu, apa dong? Mau klarif jujur bahwa gue ngetik ngawur karena lagi mabok dan lo cuma nganter gue pulang? Ini kalo beritanya tersebar luas, bakal dicari-tahu klub mana yang gue datengin semalem. Kalo udah ketemu nama klubnya, bakal bahaya untuk keberlangsungan bisnis klub itu karena malah ngelolosin cewek underage masuk. Ntar bisnisnya tutup, atau mungkin pengawasannya diperketat. Ntar gue susah masuknya. Ntar gue nyari hiburannya kemana lagi, dong?"
"Bisa-bisanya masih mikirin hiburan masa depan di situasi kayak gini!"
"Ya terus apa? Coba lo solusinya apaan?"
"Bilang kalo Insta-story lo semalem cuma bercanda!"
"Terus, gimana lo menjelaskan kita yang jam 11 malem ada di luaran berdua? Bilang kita jalan-jalan doang, gitu? Cewek-cowok jalan berdua larut malem di Friday night, masuk akal kah kalo cuma temen biasa aja? Apa orang-orang bakal percaya penjelasan senaif itu?"
"..." Dia terdiam.
"Kita klarif pacaran aja."
"Nggak!"
"Ck! Kenapa, sih?! Najis banget kah punya status pacaran sama gue?!"
"Nggak boleh bohong, Zuuu. Nggak baik. Ntar kualat."
Hadeeh! Culun sekali alasannya. "Gue laper. Mau sarapan dulu. Lo udah sarapan?"
"Boro-boro."
"Ya udah. Sarapan di sini aja bareng gue. Yuk ke ruang makan!"
Satu hal yang kuhargai dari Ericky adalah, dia tidak langsung berkata jujur pada orang-orang bahwa aku mabuk di klub semalam.
Kendati luar biasa panik dan frustasi, dia ternyata masih memikirkan nama baikku yang padahal tak baik-baik amat ini, walaupun dia punya pilihan terbuka untuk klarifikasi saja kejadian sebenarnya dan selamat sendirian.
He's a true gentleman. Indeed a goodboy. Kindhearted person. I appreciate that.
"Kita pacaran aja."
Dia tersedak roti sarapannya. Diambilnya segelas air putih di atas meja, lalu minum sedikit. "Zu. Please jangan bahas ini saat kita lagi makan."
"Tapi, nih! Lo nggak mau kita bohong pacaran karena beneran takut kualat? Beneran itu doang? Hanya itu alesan lo? Bukan karena lo jijik sama gue atau semacamnya?"
"Zu, bohong itu nggak baik," tuturnya lembut, seperti sedang memberi wejangan hidup pada bocah SD. "Apalagi kita bukan bohong ke satu-dua orang aja, tapi ke banyak orang, bahkan ke orang-orang yang nggak gue kenal sekalipun. Let's keep it on the right track! Pasti ada solusi yang lebih baik. Kita cuma belum menemukannya."
Tapi di kepalaku, tidak ada solusi yang lebih baik daripada mengumumkan pacaran. It's the best solution untuk menghadapi situasi ini.
Dan juga, seperti yang pernah kujelaskan kemarin-kemarin, bahwa ada keuntungan-keuntungan yang akan kami berdua dapatkan jika mengumumkan pacaran.
It's a win-win solution. Sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui. Sambil menyelam minum air. Kills two birds with one stone.
Lagipula, hidup lumayan membosankan akhir-akhir ini. Mari ciptakan keseruan baru!
Kuambil ponselku dari saku, lalu membuka Instagram. Di hadapanku, terpisah oleh meja makan, Ericky yang fokus menyantap roti nampak tak bersiaga sama sekali.
Lalu aku memanggilnya dengan nada manja.
"Sayaaang~"
Dia refleks mendongak melihatku. Oke. Dua detik saja sudah cukup. Video dua detik yang akan menjadi awal mula keseruan ini.
Let me bring rainbow to your monochrome life, Ericky!
"Lo ngapain?" Ekspresi wajahnya nampak was-was.
Aku mengedikkan bahu cuek. Kuletakkan ponsel di atas meja, lalu lanjut memakan rotiku.
"Tadi ngapain sama HP lo? Dan tadi, kenapa lo manggil ..."
Dua detik dia mencerna situasi, lalu secepat kilat dia menyambar ponselnya sendiri. Aku menunggu dengan senyuman, sembari tak henti mengunyah pelan.
Kemudian dia melirikku, menatapku tak percaya, yang kubalas dengan senyuman simpul yang kuusahakan semanis mungkin.
"Seriously, Zurielle??"
Aku mengangguk ringan tanpa melunturkan senyuman simpulku.
Dia meletakkan ponselnya agak kasar ke atas meja, lalu melepas napas lelah.
"I'm so dizzy right now."
Kekehanku mengudara sebelum aku berkata, "Nggak apa-apa. Andaikan beneran ada kualat, kualatnya buat gue, kok. Bukan buat lo. Nih gue ngomong ke semesta. Ekhmm! WAHAI SEMESTA!! KALAU ZURIELLE PACARAN SAMA ERICKY BAKAL MENDATANGKAN KUALAT, MAKA KENANYA KE ZURIELLE AJA, YAAA? JANGAN KE ERICKY!"
Dia nampak takjub atas aksiku teriak-teriak tadi.
"Tuh, udah!" sambungku. "Kualatnya bakal kena ke gue, nggak ke lo. Jadi lo santai aja. Ya, Sayang?"
"You're ... unbelievable."
Aku terkekeh saja dan lanjut memakan sarapanku. Lima detik kemudian, masih kudapati dia menatapku kesal.
Aku pun mengedipkan satu mataku padanya, membuatnya agak kaget dan langsung mengalihkan pandangan. Segera dia meraih rotinya dan menyuapkan makanan itu ke mulut.
---
-0-0-0-.
.
.
.
.Ini cerita genrenya apa siiii???
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓
Teen Fiction(Romance) Tak ada yang bisa mengatur Zurielle (Zu) yang sering melanggar peraturan sekolah. Bahkan guru-guru dan Kepsek pun tak berkutik lantaran Zu berada di satu circle pertemanan dengan anak pemilik sekolah. Aphrodite. Itulah nama circle yang ber...