20. Ericky - Meaningless

16 3 0
                                    

Sulit untukku bersikap tak canggung terhadap Zurielle setelah kejadian di rumahnya pada malam Minggu.

Bahkan sepulangnya dari sana, aku jadi sulit tidur. Berkali-kali aku menyentuh kecil bibirku sendiri because I still can't believe it. No, it can't be true! Maksudku, bagaimana bisa kami ... melakukan itu?!

Eh, tidak! Tidak!! Bukan melakukan 'itu'! Maksudku adalah berciuman. Bagaimana bisa kami berciuman, kan?! Ini tidak masuk akal, karena tidak hanya aku yang menciumnya atau hanya dia yang menciumku, melainkan kami saling mencium, dengan durasi yang tidak sebentar.

Aaaaaargh!! Aku hampir gila!

Mengingat kejadian di malam Minggu itu membuatku hampir gila. Sayangnya, semesta nampaknya belum puas mempermainkanku, dan masih ingin menambah-nambah kegilaanku lewat teman-temanku ini.

"Iky, soal yang nomer empat ini caranya gima..." Januar yang mendekati bangkuku sembari membawa buku tiba-tiba berhenti bicara ketika menyadari sesuatu. "Lah, Ky? Kok bibir lo lecet? Abis ciuman? Hahaha..."

Aku mati-matian bersikap normal, karena tadi Januar hanya berceletuk asal saja, bukannya menuduh. "Ngarang lo! Hahaha... Soal nomer empat ini ..."

"Sama Zurielle, Ky?" Kevin ikut menimbrung ke mejaku, membawa buku Matematikanya. "Ganas banget kayaknya sampai lecet."

"Ck! Otak lo bersihin dulu! Gue kena panas dalam!" Aku berkilah. Sebenarnya aku tidak suka berbohong, tapi ini keadaan darurat. Semoga semesta memaafkan kebohonganku kali ini, karena nama baikku sedang dipertaruhkan.

Sebenarnya luka di bibir bawahku ini tidak besar. Hanya ada goresan kecil saja. Keciiiiil sekali! Jika dilihat sekilas takkan kentara. Aku pun baru menyadari luka ini setelah sudah pulang ke rumah. Memang Zu agak ... uhmm... semangat ketika kami melakukannya, tapi tak kusangka akan meninggalkan jejak begini.

Oh my God! Kenapa aku harus mengingat kejadian itu lagi, sih?! Lupakan, Ky! Lupakan! Jangan diingat!

"Telinga lo kenapa jadi merah?" Januar memincing penuh selidik padaku. "Jangan-jangan ... bener?"

"Nggak, weh! Nggak!"

"Ngaku lo!" desak Kevin.

"Nggak! Beneran! Asli!"

Bagas, yang bangkunya ada di depanku, memutar badan. "Terus lo lecetnya kenapa, Ky?" Ternyata dia sedari tadi menguping obrolan.

"Gue saat makan kemarin nggak sengaja kegigit sendiri."

"Hah? Kegigit sendiri?"

"Iya. Ditambah lagi, gue kemarin kurang minum air putih, jadinya dehidrasi dan beberapa bagian kulit gue mengering, termasuk yang di sini."

"Katanya kegigit saat makan?"

"Iya, kegigit saat makan sama kurang minum air putih juga."

"Katanya panas dalam?"

"Ya panas dalam juga!"

"Jadi lo panas dalam, kegigit, atau kurang minum?"

"Tiga-tiganya!" jawabku cepat karena panik. "Kalian bisa berhenti bahas ini nggak?! Bukannya tadi mau nanya Matematika?"

"Ky, jawab gue!" Bagas berucap serius walaupun lirih. "Lo ciuman sama Zurielle, kan?"

Aku melirik Januar dan Kevin yang berada di kiri-kanan mejaku. Mereka juga menatapku sama seriusnya. Keseriusan karena penasaran menunggu jawaban dariku.

Kulepas napas lelah, lalu menutup kedua daun telingaku rapat-rapat dengan tangan, tidak mau mereka melihat telingaku menjadi semakin merah. "Soal nomer empat, dalam segitiga ABC berlaku a kuadrat sama dengan b kuadrat ditambah c kuadrat dikurangi bc akar tiga, maka sudut A berapa. Jadi gini, guys. Pertama-tama..."

MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang