32. Ericky - Appearance

9 0 0
                                    

Dan terjadi lagi.

Kisah lama yang terulang kembali.

Oke. Mari tidak bernyanyi di situasi sekarang, karena itu tidak membantuku yang sedang kikuk tak karuan.

"Eh siapa, tuh?"

"Njir, itu Kak Iky bukan, sih? Beda banget!"

"Itu Ericky yang dari kelas 3-1 bukan?"

"Tuh cowok siapa, ya? Kok kayak pernah lihat?"

"Eh itu Iky, kan?! Cowoknya Zu yang culun itu? Kok ... beda?"

Aku berusaha cuek saja pada bisik-bisik murid lain sepanjang koridor sekolah. Pun pada macam-macam tatapan yang tertuju padaku, entah itu tatapan heran, kaget, takjub, penuh selidik, dan sebagainya.

Kuakui, sekarang aku seperti bukan aku. Tidak ada lagi kacamata lamaku yang berbingkai hitam dan tebal, karena sekarang aku memakai kacamata baru hadiah dari Zu yang bingkainya tipis dan berwarna silver. Tidak ada pula rambut rapiku, karena rambutku lumayan berantakan sekarang. Berantakan yang ganteng, kata Zu sih begitu saat kami masih di mobil tadi.

Memang sejak aku mengenal Zu, kerapianku menjadi berkurang, baik itu kerapian alur hidup, pikiran, dan sekarang penampilan juga. Dulu hidupku bagai kotak bekal bocah SD, yang tiap komponen makanannya tersekat-sekat rapi, disajikan semenarik mungkin, dan mengandung gizi seimbang. Sekarang hidupku bagai seblak, yang semua bahannya tercampur-aduk awut-awutan, lumayan hot and spicy, tapi nikmat juga.

Langkahku berbelok ke toilet terdekat, butuh waktu untuk menguatkan mental sebelum lanjut diserang tatapan-tatapan aneh lagi sepanjang jalan ke kelas.

Aku tak melakukan apapun di toilet, hanya berdiri di depan wastafel dan melihat pantulan diri lewat cermin besar saja. Kemudian datanglah Mario, berdiri di depan wastafel sebelahku.

"Halo." Dia menyapaku saat menyabuni tangannya. "Murid baru, ya?" 

Alisku tertukik. "Apaan sih, Mar!"

Lewat pantulan cermin, dia menatapku lebih fokus. Ada jeda sekian detik sebelum dia berseru dengan mata melebar kaget, "ANJIR, IKY??!"

"Jahat banget nggak ngenalin gue."

"Anjirr, bukan jahat! Tapi lo beda banget sampai pangling! Whoaaa!" Dia menatapku takjub seakan aku manusia setengah unicorn. "Kok lo ganteng, Ky? Abis oplas?"

"Ngarang!"

"Jadi nggak oplas?"

"Apa gue emang sebeda itu, Mar? Padahal cuma kacamata dan gaya rambut gue aja yang berubah."

"Gue awkward sih ngomong gini ke cowok. Tapi ... Ky, lo kayak pangeran!"

Mario memang agak tidak jelas. Walaupun kuakui penampilanku sedikit berubah, tapi kuyakin tidak berubah sebesar itu sampai teman-teman sempat tidak mengenaliku.

Sekeluarnya dari toilet, aku lanjut berjalan menuju kelas. Murid-murid yang berpapasan sepanjang jalan masih melihatiku aneh, tapi aku berusaha mengabaikan mereka.

Lalu aku memasuki kelas. Suasana yang berisiknya seperti pasar ikan mendadak sunyi saat aku berjalan menuju bangkuku. Teman-teman sekelas berhenti bergerak, hanya menatap dan memutar kepala mengikuti pergerakanku menuju bangku.

Begitu sudah duduk, aku mengeluarkan buku pelajaran dari tas dan membuka benda itu untuk mulai kubaca. Sungguh, aku berusaha masa bodoh terhadap apapun selain buku ini. Namun, kesunyian yang asing lama-lama membuatku awkward. Perlahan kuedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, ternyata teman-teman sekelas masih diam menatapku, bahkan beberapanya ada yang sampai lupa menutup mulut.

MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang