Dari Mama, aku tahu bahwa Ericky sempat ke rumah pada kemarin malam. Saat itu aku sedang ada di lapangan. Mama pun memberitahu Ericky tentang itu.
But he didn't show up. Hanya chat saja yang kuterima darinya bahwa dia sudah tahu kabar macam apa yang sedang ramai tentangku, serta memberitahuku bahwa mobilnya sudah keluar dari bengkel.
Sekarang aku sedang bersama dirinya di mobilnya, dalam perjalanan menuju sekolah. Kalimat yang dia ucapkan sejauh ini hanya. "You good?", "Semalem tidur nyenyak nggak?", "Kalo ada yang bisa gue bantu, bilang ya?"
Alias, dia tidak membahas perihal semalam yang dirinya sempat ke rumahku tapi gagal menjumpaiku. Hal itu membuatku curiga, jangan-jangan ...
"Lo ngelihat gue sama Nevan, ya?"
"Hah?"
"Semalem gue bareng Nevan di tribun lapangan bola. Lo ngelihat kami, kan?"
"Umm... Dikit."
"Lo ngeliat kami ciuman?"
Dia menoleh padaku, mungkin kaget aku bertanya blak-blakan begini. Lalu dia mengalihkan pandangan ke jalanan depan lagi, dengan tangan yang masih setia di kemudi mobil.
"Gue nggak bermaksud ngintip ataupun ngeganggu. Beneran nggak sengaja, serius. Itu pun sebentar doang, soalnya gue langsung puter balik. Lo tenang aja, gue nggak ngefoto ataupun ngevideo kalian, kok. Jadi nggak usah khawatir gue bakal nyebarin bukti kalian mesra-mesraan ke sosmed dan bikin chaos seantero Indonesia. Nevan tries hard untuk ngejaga image-nya sebagai public figure. Lo juga try hard untuk nggak terus-terusan dapet hate dari shipper-nya Nevan dan Alyssa. Dan gue pun nggak berminat iseng-iseng ngerusak semuanya. Iseng-isengnya gue lebih berfaedah dari itu."
Responnya santai sekali. Sempat kukira Ericky akan cemburu, karena statusku kan pacarnya. Apalagi hubungan kami sedang seru-serunya. Tapi ternyata dia tidak. Syukurlah.
Lagipula aneh juga sih kalau dia cemburu. I mean, he's Ericky Millo, the model student yang tidak tertarik bermain romansa. Dia mencemburui Nevan karena bermesraan denganku terdengar lebih tidak masuk akal daripada kucing bertelur.
Iya, kan?
Oke, tak ada salahnya dipastikan.
"Lo nggak cemburu kan, Ky?"
"Hah? Cemburu? Maksudnya gimana?"
"Kan ... gue cewek lo. Lo ngelihat cewek lo kissing sama cowok lain."
"Hah? Justru aneh kalo gue cemburu, Zu. Iya, kan?" balasnya santai sembari tersenyum, masih menatap ke jalanan depan. "Hubungan kita cuma label doang. Cuma di permukaan, nggak ada isinya, nggak ada maknanya. Our relationship is nothing but a lie."
Entah mengapa aku jadi merasa tak nyaman setelah dia bicara begitu. Padahal yang dia katakan memang benar. Namun, entahlah.
"Lo nggak apa-apa kok kalo mau pacaran diem-diem sama cewek lain, biar kita adil," ujarku, entah kenapa malah bicara begini.
"Why? Lo nggak ngerasa ini adil? Menurut gue, sekarang kita udah cukup adil, kok. Lo mau deket sama cowok manapun terserah lo, gue mau deket sama cewek manapun terserah gue. Kita selama ini nggak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing, gue pikir segini udah adil. Terlepas dari situasinya cuma lo doang yang lagi deket sama cowok lain sedangkan gue nggak, ataupun gue doang yang lagi deket sama cewek lain sedangkan lo nggak, ya itu bukan suatu ketidakadilan. Keadilan di antara kita berupa 'saling membiarkan'. Iya kan, Zu?"
Aku terdiam, mencerna ucapannya dalam kepalaku yang terdengar masuk akal.
Memang masuk akal. Namun, mengapa aku masih tak nyaman?
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓
Teen Fiction(Romance) Tak ada yang bisa mengatur Zurielle (Zu) yang sering melanggar peraturan sekolah. Bahkan guru-guru dan Kepsek pun tak berkutik lantaran Zu berada di satu circle pertemanan dengan anak pemilik sekolah. Aphrodite. Itulah nama circle yang ber...