"Lah? Kita mau duduk di mana, Ky?"
Aku dan Januar mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafetaria sekolah.
Di sini sedang ramai-ramainya. Bahkan sepanjang mata memandang, hampir tak ada meja kosong.
Oh! Masih ada dua di paling belakang!
"Di sana, Jan!"
Aku, sembari membawa cup popmie-ku, berjalan menuju sisi belakang kafetaria bersama Januar dengan mangkuk ramennya. Namun, baru setengah jalan, segerombolan perempuan lebih dulu menempati meja itu.
Kami pun berbelok menuju meja lainnya yang tadi kosong, tapi entah sejak kapan meja itu juga sudah berpenghuni.
"Kalo tau rame gini, mending kita ke kafetaria barat aja, Ky." Januar mengeluh, karena memang akulah yang mengajaknya ke kafetaria ini, bukan yang lainnya.
Sekolah kami memiliki tiga kafetaria, ngomong-ngomong.
"Ya mana gue tahu kalo di sini rame banget!" balasku. "Kita gabung ke anak cewek aja kalik, ya?" Mataku tertuju ke meja para siswi yang merupakan teman sekelas kami.
"Kak Iky!" Sebuah suara feminin sontak membuatku menoleh. "Di sini aja, Kak! Sama temennya juga." Zurielle tersenyum dan mengibas-ngibaskan tangannya pertanda suruhan mendekat pada mejanya.
"Eh anjirr?? Gila aja kalo gabung sama anak Aphrodite!" Januar bergumam khawatir.
"Sini aja, Kak! Nggak apa-apa!" seru Zu lagi. "Flo, Dee, sama Eva nggak keberatan kok kalo kalian gabung."
"Ya gue yang keberatan, jirr!" gumam Januar lagi.
"Nggak apa-apa, kok." Kali ini Evangeline yang berbicara. "Kalian duduk di sini aja daripada makan sambil berdiri."
"Ya udahlah, Jan. Daripada berdiri mulu. Yuk!" ajakku.
"Awkward gue, Ky."
"Gue juga awkward, tapi diusahain santai aja, lah. Mie gue keburu ngembang. Gue juga pengen cepet-cepet makan."
Januar mengalah, sehingga kami mendekat ke meja yang ditempati Zu, Eva, Dee, dan Flo tersebut.
Aku duduk di samping Zu, berhadapan dengan Januar.
Sedangkan Januar, baru satu detik pantatnya menempel di kursi, dia bergegas minggat sembari berkata, "Gue gabung ke meja sana aja, deh! Makasih udah ditawarin sebelumnya. Gue pergi, ya? Bye, Iky!" Lalu dia bergabung ke meja kumpulan siswa yang merupakan teman-temannya di klub musik.
Lah? Aku ditinggalkan sendirian?? Bersama para Aphrodite?!!
Kalau bisa, aku juga ingin ikut dengannya, tapi kursi kosong di sana sebelumnya hanya satu, dan baru saja ditempati oleh Januar. Tidak ada ruang untukku.
Kulirik Zu, berharap dia bisa membaca rautku bahwa aku sedang awkward. Kuharap dia mengerti bahwa aku sedang tidak ingin dia melakukan yang aneh-aneh di momen ini.
"Kenalin, girls! Cowok gue." Zu tersenyum memperkenalkanku.
Aku menyengir kikuk.
"Zu udah ceritain yang sebenernya, kok," kata Florence. "Santai aja, Kak."
"Iya."
Oke. Flo, Dee, dan Eva sudah tahu aku dan Zu hanya pura-pura pacaran. Mereka pun tidak ada gelagat yang aneh-aneh, justru menyambutku dengan baik. Harusnya tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Kulirik cup yang sedari tadi kupegang. Popmie-ku sudah matang belum, ya? Aku ingin cepat makan lalu pergi dari sini sesegera mungkin.
"Kak Iky kelasnya di 3-1, kan?" tanya Dee.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓
Novela Juvenil(Romance) Tak ada yang bisa mengatur Zurielle (Zu) yang sering melanggar peraturan sekolah. Bahkan guru-guru dan Kepsek pun tak berkutik lantaran Zu berada di satu circle pertemanan dengan anak pemilik sekolah. Aphrodite. Itulah nama circle yang ber...