Ericky kok cute, ya?
Aku yang ingin membeli aksesoris, tapi dia yang nampak lebih antusias dariku.
Sedari tadi pandangannya memindai takjub ke jajaran aksesories yang dipajang di toko ini. Mulutnya pun sesekali bergumam 'whoaaa!' sama-samar. Dia seperti manusia goa yang diculik dan dibawa ke kota metropolitan.
"Kalo gue punya adik cewek, kayaknya gue bakal beli banyak buat dia, deh," katanya, tak henti memandang takjub ke barisan aksesoris-rambut-perempuan di depannya.
"Nggak usah punya adik cewek pun boleh beli banyak, kok." Aku menjawab, tengah bercermin setelah memasang bando lucu berbentuk tanduk iblis di kepalaku.
"Beli doang sih boleh, tapi kan buat apa. Masa gue pake sendiri?"
"Buat pacar lo, lah!"
"Hmm. Masuk akal. Beli kadonya duluan, cari pacarnya belakangan."
Sontak aku menoleh ke belakang, memincing sinis pada lelaki yang sedang memegangi dua gelas-plastik iced choco oreo di tangannya. Dia balas menoleh padaku, hanya tersenyum jenaka.
Menyebalkan sekali! Di hari ini, sepanjang waktu aku menggenggam tangannya, dua kali aku mencium pipinya, dan satu kali aku memeluk tubuhnya, tapi dia masih tidak menganggapku pacar?!
"Buy as much as you want, Zu. I'll pay." Ternyata dia memahami arti lirikan sinisku.
"Nggak usah." Aku berlagak gengsi. "Gue nggak nerima pemberian dari cowok yang bukan pacar."
Dari pantulan cermin di depanku, kulihat dia di belakang sana sedang menahan tawa.
"Zu, I was kidding. You are my girlfriend for today."
For today, he said?! For today?!! Only for today?!! I can't believe my ears. "Sama yang ini ya, Mbak," ucapku pada pramuniaga toko sembari mengulurkan bando tanduk iblis yang sebelumnya kucoba, pertanda aku ingin membeli benda itu. Lalu aku beralih mencoba bando lainnya yang lebih manusiawi.
Cermin di depanku menampilkan Ericky yang sedang menaruh dua minuman kami ke kursi kayu, lalu berjalan mendekat. "Zu, yang ini kayaknya bagus. Cobain, deh!" Dia mengambil bando pink berhiaskan boneka Hello Kitty.
"Kayak bocah, Ky," tolakku. "Gue udah 17, ngomong-ngomong."
"Ummm... Kalo gitu, coba yang ini!" Kali ini dia mengulurkan bando Kirby. Demi Tuhan! Itu tidak lebih baik!
"Do you see me as your younger sister?" tanyaku sarkas, kemudian berlalu menuju meja kasir. "Udah itu aja, Mbak." Pramuniaga toko mengiyakan dan mengantarkan barang-barang yang kupilih ke kasir. Tidak banyak. Hanya dua jepit rambut dan satu bando saja.
Di dekat meja kasir, aku melihat gelang berwarna perak yang cukup menarik minatku. "Sama ini dua ya, Mbak."
"Kenapa beli gelangnya dua?" Ericky bertanya.
"Mau couple-an sama Nevan."
Aku tidak peduli pada reaksi lelaki itu karena sibuk mengamati belanjaanku yang sedang diproses, lalu membayarnya dengan cara scan kode Qris lewat ponsel.
Baru setelah kami keluar dari toko lah aku mulai peduli. Hal itu karena dia diam saja sedari tadi, tidak mengajakku mengobrol bahkan setelah kami sudah cukup jauh dari toko. Menoleh padanya, kudapati ekspresinya cukup datar. Tidak nampak sedih, tidak pula nampak sedang menjahiliku.
"Duduk dulu, yuk!" ajakku.
Bangku panjang tanpa sandaran di suatu koridor sepi adalah yang kupilih. Ericky duduk di sebelahku, masih memegangi dua gelas-plastik minuman kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓
Teen Fiction(Romance) Tak ada yang bisa mengatur Zurielle (Zu) yang sering melanggar peraturan sekolah. Bahkan guru-guru dan Kepsek pun tak berkutik lantaran Zu berada di satu circle pertemanan dengan anak pemilik sekolah. Aphrodite. Itulah nama circle yang ber...