Salah satu kesalahpahaman terbesar orang-orang terhadap Aphrodite adalah, mengira bahwa kami kumpulan perempuan yang suka mem-bully orang lain.
Padahal tidak.
Aku, Evangeline, Florence, dan Donita tak ada riwayat melakukan perundungan sebelumnya, dan tidak pula kami berminat melakukannya di kemudian hari, karena ... untuk apa? Tidak ada gunanya.
Perundungan terjadi karena pelaku merasa inferior atas dirinya sendiri, tapi dia tidak menerima itu. Dia tidak menerima dirinya sendiri. Maka, untuk melawan rasa inferior itu, dia menindas orang lain untuk memunculkan perasaan superior. Iya. Inferiority dan superiority bisa berjalan beriringan dan saling menutupi. Orang inferior yang trying so hard to look superior akan muncul sebagai pem-bully, arogant bastard, narsistik, grandious, dan big fragile ego. Sedangkan orang superior yang trying so hard to look inferior biasanya menjadi si tukang humble-bragging, atau si playing-victim, si paling korban ketidakadilan semesta, si paling depresi with zero effort to get better.
Wait a minute! Kenapa arah bicaraku jadi melantur kemana-mana?!
Intinya, Aphrodite bukanlah circle para pem-bully, dan tidak pernah berencana menjadi circle pem-bully. Kami tahu kami keren, tanpa harus menindas orang lain lebih dulu.
Namun, orang-orang sepertinya lebih memilih mempercayai apa yang ingin mereka percayai.
Seperti halnya dulu aku digosipkan mem-bully Ericky hanya karena dia rutin mengantarku berangkat dan pulang sekolah, sekarang pun muncul gosip Aphrodite mem-bully Shafira hanya karena kami sekarang makan bersamanya di kafetaria sekolah.
Para penghuni kafetaria bergantian melirik sinis pada kami berlima sembari berbisik-bisik dengan teman-temannya. Kadang mereka melempar pandangan kasihan pada Shafira. Lewat secret account-ku, aku tahu ada beberapa murid yang membuat tweet di X tentang situasi sekarang. "Shafira, Ruuun!!!", "I won't forgive them if Shafira get hurt even if it's just a tip of her nail", "#StopBullying", "SayNoToBullying", "Watch them till the end. Record it. Biar kalo ada apa-apa ada bukti".
Dasar manusia-manusia lebay! Hidup kalian pasti membosankan sekali sampai-sampai ada waktu dan energi untuk menciptakan gosip groundless selebay ini.
"Kalian suka banget sama The Leander, ya?" tanya Shafira sebelum menyedot milkshake-nya.
Eva, yang duduk di sebelah Shafira, langsung menjawab. "Suka banget! Gue tahun kemarin nonton Europe-tour mereka yang di Paris."
"Oh, ya? Wow! Sama Aphrodite?"
"Nggak. Sama cowok gue."
"Wah! Romantisnya. Kalo kalian gimana?" tanya Shafira, beralih pada aku, Florence, dan Donita.
"Gue ngoleksi album dan merchandise mereka," jawab Dee bangga, tapi ekspresinya perlahan berubah sedih. "Tapi belum pernah ke konsernya."
"Gue listener aja, sih." Kali ini Flo yang menjawab. "Gue hafal semua lagu mereka. Coba lo puter random lagu mereka yang apa aja, gue bisa ngikutin."
"Kalo Zurielle gimana?" Giliran aku yang ditanya Shafira. Dia menatapku cukup lekat sembari mengaduk minumannya dengan sedotan.
"Gue sama kayak Dee. Listener, album collector, sama merchandise juga, tapi belum pernah dateng ke konser mereka," jelasku. "Can you really do that? Helping me to put a check on my wishlist?"
Dia tersenyum tipis. "I can do that. I really can. I mean, my uncle. He will secure the tics for you all."
"Lo bukan bagian dari Aphrodite sampai kami sudah selesai nonton konsernya. Lo paham itu, kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/369936155-288-k120094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓
Teen Fiction(Romance) Tak ada yang bisa mengatur Zurielle (Zu) yang sering melanggar peraturan sekolah. Bahkan guru-guru dan Kepsek pun tak berkutik lantaran Zu berada di satu circle pertemanan dengan anak pemilik sekolah. Aphrodite. Itulah nama circle yang ber...