27. Zurielle - Clean Streak

11 0 0
                                    

Kejadiannya begitu cepat.

Saking cepatnya, aku tak sempat merasa kaget ketika sebuah motor menabrakku empat jam yang lalu. Yang kutahu, aku sedang berdiri di trotoar jalan bersebelahan dengan Donita dan Florence, menunggu Eva mengeluarkan mobilnya dari parkiran kafe di belakang bangunan. Kami bertiga terlalu malas berjalan ke parkiran belakang, sehingga kami menunggu saja di trotoar jalan lantaran enggan mengganggu arus keluar-masuk kendaraan di depan kafe.

Aku berdiri di tengah-tengah mereka berdua, menanti Eva yang akan muncul dari belokan karena dia harus berkendara memutari bangunan kafe. Namun, tahu-tahu aku terdorong ke depan bersamaan dengan sepeda motor melaju ke arahku.

Iya. Aku terdorong. Atau lebih tepatnya merasakan dorongan di punggungku. Entah siapa yang melakukannya, aku tak berani berasumsi. Mustahil jika salah satu dari Donita dan Florence. Mereka sahabatku, hei! Gila saja jika salah satu dari mereka sengaja ingin mencelakaiku!

Tidak mungkin salah satu dari mereka, kan?

Iya, kan?

Mungkin ada pejalan kaki yang tak sengaja menyenggolku, begitu lebih masuk akal. Itu prediksi yang lebih bisa kuterima daripada sebelumnya. Aku lebih ingin mempercayai bahwa semua ini adalah kelalaian, bukannya kesengajaan.

Maksudku, bagaimana bisa mentalku kuat menerima dua kemungkinan buruk sekaligus?! Satu, kemungkinan bahwa ada orang sengaja ingin mencelakaiku, dan dua, kemungkinan aku takkan bisa tampil bersama cheers team di pembukaan turnamen basket kurang dari dua minggu lagi.

Oh sial, sepertinya yang kedua bukanlah kemungkinan.

"Zurielle fokus ke kesembuhan Zu aja. Nggak usah ngelakuin aktivitas fisik yang berat-berat dulu." Mama bertutur lembut sembari menggenggam tanganku. "Kata dokter, Zu harus fokus pemulihan selama tiga bulan ke depan."

"Kok tiga bulan sih, Ma?! Kan Zu harus tampil cheerleading dua mingguan lagi!" protesku. "Bilang ke dokternya dong, Ma, kalau Zu nggak bisa nunggu selama itu! Dokternya harus cari cara biar Zu bisa sembuh seminggu aja! Bilang, Ma! Pasti ada cara, kan?"

Mama menatapku sedih. Flo, Eva, dan Dee yang berdiri di sekitar ranjangku pun tak bisa berbuat banyak. Pandangan mereka sama nelangsanya seperti Mama.

"Ma! Bilang ke dokternya! Dokternya harus usaha dulu, dong! Masa belum apa-apa udah pasrah, sih?! Pasti Zu bisa sembuh seminggu aja! Dan juga, lutut Zu nggak separah itu! Nggak patah, kok. Cuma cedera dikit aja, kan? Pasti bisa sembuh cepet. Iya kan, Ma? Ma, jawab!! Jangan diem aja! Jawab Zu, Ma!!"

Air mata Mama menetes seiring bibir beliau melengkung ke bawah. Hatiku nyeri, dan aku langsung menangis lepas saat Mama memeluk tubuhku.

Aku sudah latihan bersama cheers team dari lama untuk tampil nanti. Gerakan routines kami sudah kompak. Ekspektasi aku yang akan tampil memukau di hari-H nanti sudah bergelayut di imajinasiku. Aku yang melakukan stunts, aku yang melakukan beberapa gerakan akrobatik di atas lantai lapangan indoor, aku yang menyorakkan cheers and chant penuh semangat bersama teman-teman lainnya, suara sorakan dan tepuk tangan para penonton di tribun yang terhibur atas penampilan kami. Aku sudah mengekspektasikan semuanya.

Bagaimana bisa semua itu hancur hanya dalam satu detik? Andai saja refleksku bagus dan bisa menghindar pada sepersekian detik sebelum tabrakan, mungkin aku takkan berakhir seperti ini.

Sekarang Mama sudah keluar dari ruanganku untuk mengurus administrasi. Hanya ada Aphrodite di sini, yang bergiliran mengucapkan kata-kata penghiburan, yang sayangnya tak berefek banyak. Aku memang sudah berhenti menangis, tapi tetap saja ini menakutkan.

Aku ... takut.

Takut bahwa semua ini bukan kecelakaan. Dan takut bahwa aku sungguh takkan bisa tampil cheerleading nanti.

MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang