Ketika masih terkurung di rumah selama masa pemulihan lutut, percaya tidak jika kubilang aku sering belajar?
Setidaknya satu hari rata-rata empat jam. Bukan karena aku rajin, tapi kan mau beraktivitas apa lagi? Scrolling sosmed lama-lama membuatku pusing karena konten yang tersaji campur-aduk, menonton serial juga sudah bosan karena wish-list tontonanku sudah kupenuhi semua saat masih di RS. Aku juga tidak bisa mengganggu Mama yang harus WFH demi menjagaku di rumah. Jadi, ya sudah lah.
Pak Guru sempat prihatin padaku yang baru masuk sekolah tapi sudah menghadapi ulangan Matematika, padahal aku belum sempat diajari beliau. Aku sendiri tidak merasa perlu diprihatini, justru cukup percaya diri. Dan benar saja, soal ulangan kemarin ternyata tidak sesusah itu.
Hari ini hasil ulangan Matematika sudah keluar. Skor yang kudapat lumayan tinggi juga, yaitu 85. Wow! Ada apa ini? Kalau Ericky tahu, dia pasti bangga padaku.
Haruskah aku pamer padanya?
Baiklah.
"Ky. Mau lihat hasil ulangan Matematika gue, nggak?" ucapku ketika kami berada di mobilnya, dalam perjalanan pulang dari sekolah.
"Lo ada ulangan? Bukannya masuk sekolah baru tiga hari yang lalu?"
"Hehe... Iya." Kuambil selembar kertas dari tas, lalu kupamerkan pada lelaki yang duduk di kursi kemudi itu.
"Liat deh! Gue dapet 85, Ky!" seruku antusias. "Keren, kan? Keren, kan? Padahal gue belum pernah diajarin materinya sama Pak Guru, tapi gue lolos remedial. Hehe... Bangga, nggak? Bangga, nggak?"
Ericky tersenyum. "Bangga banget."
"Hehe... Ini berkat lo juga, sih, soalnya waktu itu sempet ngajarin penjelasan di buku cetak (*). Makasih, lho. Cowok gue emang keren banget. Nilai gue yang oke ini patut dirayakan, kan? Kita rayakan ini sama-sama yuk, Ky! Dengan cara ... ummm... kita ice skating lagi, yuk! Eh tapi kan kaki gue belum sembuh. Hinggg! Sedih banget. Aha! Cooking date aja gimana? Kita masak di apart lo, lalu kita makan bareng. Kedengeran romantis, kan? Iya kan, Ky?"
Kekehannya meluncur kecil. "Why are you so cute, Zurielle? Ngomong nggak ada rem dan ekspresif banget."
"Gue lagi seneng soalnya. Jadi gimana? Mau nge-date-nya di mana?"
"Cooking date ide yang bagus."
"Beneran, ya?"
"Tapi nggak weekend ini, kan? Mau nonton turnamen basket katanya."
"Hm. Gue harus dukung Nevan dari tribun."
Kepalanya menoleh cepat, serta rautnya nampak kesal. Aku pun terkikik. "Dukung Skyblitz maksud gue. Tim basket sekolah kita itu. Hidup Skyblitz!" seruku sembari mengepalkan tangan di udara. "Skyblitz, jaya! Jaya! Jaya!"
Akhirnya raut kesal Ericky berganti menjadi senyum lagi, dan aku suka melihatnya. Dia nampak lucu jika tersenyum, karena matanya akan menyipit membentuk mata kucing, bibirnya yang tertarik kadang memamerkan barisan giginya yang kecil, serta tak jarang kutemukan dimple di pipinya.
Dia sangat manis, membuatku gemas ingin memeluknya erat sampai dia meletus.
Bercanda, kok.
---
---Goldenshot Tournament, sebuah kejuaraan basketball tingkat SMA, sudah menggelar babak penyisihan pada bulan lalu. Sudah dipastikan Skyblitz, tim basket sekolah kami, akan bertanding di perempat final di hari Sabtu ini melawan Soleil Storm, tim basket asal SMA Ramachandra.
Ada empat pertandingan yang akan digelar di indoor court yang terletak di tengah kota ini, yang mana setiap berganti tim tanding ada jeda satu jam untuk preparation ke pertandingan selanjutnya. Pertandingan Skyblitz VS Soleil Storm dapat giliran ke-tiga, yang diperkirakan dimulai jam dua siang nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCH OF THE CATCH || (LMK)✓
Teen Fiction(Romance) Tak ada yang bisa mengatur Zurielle (Zu) yang sering melanggar peraturan sekolah. Bahkan guru-guru dan Kepsek pun tak berkutik lantaran Zu berada di satu circle pertemanan dengan anak pemilik sekolah. Aphrodite. Itulah nama circle yang ber...