bab 12

757 77 1
                                    

Hari ini Salsa sedang dikampus tepatnya di ruang organisasi dia seorang diri disana sebenarnya tidak ada rapat atau apapun dia hanya numpang ngadem karena kelasnya dibatalkan sepihak oleh dosen matkulnya jadi dia merasa bosan dan tidak tau harus apa.

Saat Salsa sedang merebahkan kepalanya diatas meja sambil menscroll akun sosial medianya dia dikejutkan dengan pintu yang tiba-tiba dibuka dari arah luar Salsa hanya mengangkat kepalanya sebentar setelah itu dia kembali merebahkannya kembali setelah tau siapa yang membuka pintu.

"Eh Sal kok ada disini?"

"Iya nih"

"Ga ada kelas?"

"Dosennya ga masuk"

"Oh pantes tadi aku lewat depan kelas kamu tapinya kosong, aku kira pindah ke ruang kelas lain"

"Engga emang dibatalin kelasnya". Salsa masih anteng dengan kegiatannya dan tetap merebahkan kepalanya menghadap samping. Fathur menggeser kursi dan duduk dihadapan Salsa, Salsa memilih mengabaikan.

Hening. Tak ada yang bersuara diantara mereka, Salsa menegakkan badannya tetapi dia masih terus asik dengan ponselnya.

"Sal, si Lian suka sama kamu ya?". Salsa yang mendengar pertanyaan itu mengangkat alisnya sebentar lalu menatap ke arah lawan bicaranya.

"Ngaco". Balas Salsa singkat

"Keliatan kok kalo dia naksir kamu". Salsa menggeleng heran dengan perkataan Fathur yang tiba-tiba.

"Jangan sama dia Sal, si Lian itu anak geng motor kan? Aku pernah liat dia di club lagi minum-minum sama temannya bisa aja dia mungkin udah ngelakuin yang lebih dari itu".

"Kamu jangan salah paham aku ke club cuma jemput teman aku yang tepat waktu itu, tapi aku ga ada minum-minum kok".

"Kamu ga cocok sama orang yang berandalan kaya gitu sal, mending kamu sama laki-laki yang ga banyak tingkah lebih banyak ikut kegiatan positif kaya yang kamu dan aku lakuin".

Salsa hanya menyimak. Sejujurnya dia sudah muak dengan segala apa yang Fathur ucapkan. Dia tau maksud Fathur adalah daripada sama Lian mending sama gua gitu kan. Tapi Salsa sangat tidak tahan dengan mulutnya yang terus-menerus menjelekkan orang lain dan mengagungkan dirinya seolah dia adalah orang paling suci di muka bumi.

"Gini, gua agak panas ya dengar lu ngomong". Salsa mengubah cara bicaranya yang tadinya aku-kamu menjadi gua-lu kepada Fathur.

"Antara gua sama Lian dan antara lu sama Lian, yang lebih kenal Lian itu gua. Lian minum-minum di luar sana gua ga peduli selagi Lian ga pernah jahat sama gua, kita semua pendosa kak jadi kayanya ga pantes kalo kita merasa lebih suci ketimbang orang lain".

Salsa bangkit dan hendak keluar dari ruangan itu, namun pergerakannya terhenti.

"Oh iya dan gua juga ga pernah lupa sama kasus pelecehan maba 1 tahun lalu yang nyeret nama lu berakhir si Maba di D.O dan kasusnya hilang gitu aja".

"Gua tuh muak sebenarnya sama lu, lu tuh cuma anak manja yang bisanya ngumpet di ketek bokap lu, duit bokap lu yang nutupin semua kejelekan lu jadi ga usah bangga".

"Nyatanya lu juga ga lebih baik dari orang yang lu jelekkin tadi".

Salsa keluar ruangan dia memilih ke kantin lantai 3 menunggu Bila dan yang lain.

Fathur tertegun menatap kepergian Salsa dengan pandangan kosong. Dia seperti tertampar dan teringat dengan semua kejadian-kejadian yang lalu. Setelah kejadian itu sebetulnya Fathur merasa sangat bersalah begitu tau bahwa si perempuan di keluarkan dari kampus, Fathur menjalani hari-hari nya dengan terus diliputi rasa bersalah tetapi dia juga tidak punya keberanian untuk mengakui semua kesalahannya bukan hanya itu saja ayahnya memintanya untuk diam tidak mengatakan apapun demi reputasinya dan dia terlalu pengecut untuk bisa melawan. Salsa benar Fathur hanya bisa berlindung dibalik uang dan kuasa ayahnya.

Belum Terlambat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang