- 23 -

333 30 2
                                    


                       ——————

TYPO BERTEBARAN ❗

Di ruang ICU yang tenang, suasana terasa berat. Lampu neon berkelap-kelip menerangi ranjang Pasien yang dikelilingi alat-alat medis canggih. Di tengah-tengah peralatan yang bersinar dan berderak lembut, ada seorang wanita cantik terbaring  dalam kondisi kritis. Monitor jantung memantau detak jantungnya yang lemah, sedangkan mesin pernapasan mengatur ritme napasnya yang tidak teratur.

Di luar ruang ICU, Owen berdiri tegak dengan tangan terlipat di dada, wajahnya menyiratkan kepanikan yang mendalam. Matanya terus-menerus melirik ke arah bawah karena tak sanggup menatap pintu ICU di depan nya.

Terdengar suara langkah kaki mendekat, Owen mengalihkan pandanganya ia melihat Starlla mendekat ke arah nya.

"Owen kamu gapapa kan?" Tanya Starlla cemas.

"Enggak papa kok, Owen cuma cemas sama keadaan kak Gadis, Owen takut kakak ninggalin Owen sendiri" Balas Owen menatap sayu ke arah Starlla.

"Kamu udah bayar biaya perawatan nya?" Tanya lagi Starlla sambil mengelus-elus kepala Owen.

Owen menunduk dan menggeleng pelan, ia juga bingung bagaimana cara membayar pengobatan sang kakak.

"Sudah jangan khawatir, biar kak Starlla yang bayar, kamu cukup berdoa agar kakak mu cepat sembuh" ujar Starlla memeluk Owen lembut.

Di lorong rumah sakit yang panjang dan steril, seorang wanita muda tampak gelisah. Wajahnya menunjukkan campuran kecemasan dan keputusasaan saat matanya menyapu setiap papan petunjuk dan ruangan yang dilewati. Ia bergegas dari satu tempat ke tempat lain, bertanya kepada perawat dan petugas keamanan dengan nada mendesak, berharap mendapatkan informasi tentang kekasihnya yang telah kecelakaan.

Setelah mendapat informasi Alpha segera menuju ke ruangan Gadis di rawat, namun langkah nya terhenti saat melihat Starlla sedang memeluk adik ipar nya.

Tangan nya mengepal kuat, urat leher nya mulai terlihat kaki nya melangkah lagi dengan tegas.

Alpha menarik paksa Starlla dan langsung menampar nya, "Berani nya kau datang ke sini brengsek" Raung Alpha.

Owen mencoba melerai mereka, dan dia juga mendorong kencang tubuh kecil Alpha, "Harus nya kau yang tidak ke mari! Gara-gara kau kakak ku harus seperti ini!" Cecar Owen.

Alpha hanya terdiam tak berkutik, ia menerima semua ocehan Owen lalu ia menatap sayu ke arah pria itu, "Owen bolehkah aku melihat kakak mu"

"Kurang ajar, kau sudah membuat kakak ku di ambang kematian!" Balas Owen.

"Sekali saja, aku hanya ingin melihat kondisi nya"

Owen membuang mukanya, lalu dengan berat hati ia mengangguk kan kepalanya.

Alpha segera masuk ke ruangan ICU tersebut.

Alpha berdiri dengan tatapan kosong, menatap pacarnya yang terbaring kritis di ranjang. Tubuh wanita itu terlihat begitu lemah, dengan selang-selang dan alat-alat medis yang terhubung ke tubuhnya.

Wajahnya yang dulu ceria kini pucat pasi, dan napasnya terdengar berat, diiringi dengan suara mesin yang terus berbunyi.

Alpha menggenggam erat tangan kekasihnya yang dingin. Air mata perlahan jatuh dari matanya, membasahi pipinya yang kaku menahan kesedihan.

"Hei... Sayang aku di sini, aku tahu kamu bisa mendengarku. Bangun ya sayang... Aku merindukan suara tawamu, senyummu, dan semua tentangmu. Semua orang di sini menunggu kamu kembali, terutama aku. Aku janji bakal berubah" Alpha menghela nafas dan suaranya sedikit bergetar

THREE LITTLE FOXES (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang