Karel berjalan santai mengikuti guru matematika itu.
Guru matematika itu, pria berperawakan tinggi dengan bahu lebar dan ekspresi serius, tampak menyadari kehadiran Karel yang terus mengikutinya dari belakang sehingga berjalan lebih cepat.
"Tunggu!" Teriak Karel yang suaranya sedikit tergesa saat ia mempercepat langkahnya.
Pria itu berhenti sejenak, namun tidak sepenuhnya berbalik. Karel kini sudah berada di sisi pacarnya.
"Bapak menghindar?" tanya Karel, langsung pada intinya.
Sebelum Karel sempat melanjutkan ucapannya, tiba-tiba sebuah tangan besar dan kekar menyentuh bibirnya.
Ia hanya dapat berdiri mematung.
Pria di depannya, menoleh ke kanan dan ke kiri dengan cepat, seolah-olah memastikan bahwa mereka tidak sedang diawasi.
"Jangan di sini" suara serak pria itu memotong ucapannya.
Tangan besar pria itu mengengggam pergelangan Karel dan mulai menariknya pelan.
Mereka berdua berjalan menuju sebuah ruangan yang terletak di ujung koridor. Karel segera mengenali tempat itu adalah ruang pribadi milik Arthur.
Begitu pintu tertutup, suara di luar meredam, menyisakan keheningan yang hanya terpecah oleh nafas mereka berdua.
Arthur memalingkan wajahnya sejenak, seolah mencoba mengumpulkan kekuatan sebelum akhirnya menatap wajah Karel yang sudah lama tak dilihatnya dari dekat.
Ada kerinduan yang jelas terlihat di sorot mata pria itu, namun pria itu cepat-cepat menutupinya dengan sikap dingin dan tegas.
Arthur mengheal nafas kasar, "Jika kamu meminta kunci jawaban, saya tidak akan memberikan,"
Mendengar itu, Karel hanya bisa tertawa getir. "Kenapa nggak bisa? Sebelumnya kan bisa"
Ia mengucapkan itu dengan nada frustasi dengan sedikit nada centil, yang biasa dilakukan Karel asli untuk merayu.
Dengan sikap yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa, ia melingkarkan tangannya di lengan Arthur. Ia tahu bahwa biasanya ini akan cukup untuk membuat Arthur menyerah.
Dalam hati ia melirik lengan yang dipenuhi oleh otot yang keras, dan itu membuatya merasa sedikit iri.
"Apa gue ke gym aja besok" pikirnya sembari melirik tangannya sendiri yang terlihat kurus.
ia seger amengalihkan perhatiannya ke wajah pria di hadapannya, senyum miringpun terbentuk ketika melihat telinga pria di sampingnya memerah.
Pria itu segera melepaskan tangan Karel dari lengannya, lalu mundur selangkah.
Karel menundukkan kepalanya, membuat ekspresi sedih yang sengaja diperlihatkannya.
"Apa karena rumor gue suka Dahlia?" Karel bertanya dengan nada terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Villain
Fantasy|End| Karel terjebak dalam sebuah novel remaja dan harus memerankan sosok penjahat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa bersyukur karena karakter penjahat yang ia perankan hidup dalam kemewahan, jadi ia tidak perlu bekerja keras seperti dikehidupan se...