Bab 21. Kecelakaan (2)

11.6K 1.2K 27
                                    

"Buset, siapa tuh ganteng banget" gumamnya ketika melihat bayangannya sendiri di cermin, serta dengan tangan mengacak-acak sedikit rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buset, siapa tuh ganteng banget" gumamnya ketika melihat bayangannya sendiri di cermin, serta dengan tangan mengacak-acak sedikit rambutnya.

Namun, begitu melihat dirinya sepenuhnya di cermin, ia meringis kecil. "Kok gue kek orang lagi ngelamar kerja pake item putih segala" 

"Tapi gapapa yang penting gua ganteng, pacar siapa sih.." gumamnya tertawa.

Lalu, tangannya beralih ke botol parfum di atas meja. Satu semprotan, dua, tiga... Hingga akhirnya seluruh tubuhnya dipenuhi aroma segar.

Melirik ponsel yang menunjukkan tanggal 21 april 2019 dan jam 19.30, Karel menarik napas dalam-dalam, lalu langkahnya berjalan keluar dari kamar.

Saat melangkah ke ruang tengah, matanya langsung tertuju pada dekorasi yang ia susun dengan bantuan Daniel. 

Kakinya melangkah perlahan, membawa dirinya lebih dekat ke aroma yang menggiurkan dari makanan yang telah disiapkan ia siapkan tentu dengan bantuan ibu pemeran utama.

Ia berhenti sejenak di depan kulkas besar dua pintu dan membuka pintunya untuk mengambil kue ulang tahun yang telah ia beli sebelumnya. 

Entah kenapa ketika melihat kue tersebut, tiba tiba ia merasa gugup dan jantungnya berdegup lebih kencang.

Setelah mencoba menetralkan nafasnya, dengan hati-hati ia memasang lilin angka 33 di tengah kue dengan.

Kemudian matanya menyapu benyaknya lilin-lilin merah disekeliling meja makan dan bebrepa mawar yang ditaburkan.

Tentu saja ide ini berasal dari tante Rania katanya agar menambah suasana romantis, ia pikir itu adalah ide yang bagus jadi secara impulsif membeli sangat banyak.

Ia mengambil korek api dari saku celananya dan menyalakan satu per satu lilin.

Setelah menyalakan semua lilin merah itu, Karel berjalan menuju piringan hitam di pojok ruangan dan beberapa

Saat piringan hitam itu mulai berputar, alunan musik klasik mulai terdengar di telinganya.

Setelah semua beres, ia mematikan lampu utama, membiarkan cahaya lilin yang redup mengambil alih.

"Gila romantis benget gue" gumamnya bangga atas hasil kerja kerasnya.

Membayangkan malam ini, ia akan makan bersama, berdansa, menonton film hingga pagi dan pikiran liat mulai muncul di otaknya, membuatnya tak bisa menahan sneyum ceria dibibirnya.

Namun, ketika jarum jam sudah melewati pukul 20.01, bibir Karel mulai mengerut.

"Liat aja, ga bakal gue bukain pintunya. Mana katanya ga bakal telat?" gumamnya kesal.

Satu jam berlalu, dan lilin-lilin merah yang tadinya berdiri tegak kini mulai meleleh, menyisakan jejak-jejak lilin yang menetes di tepi lantai.

ia menghela napas dalam-dalam, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan perasaan lelah dan kesal yang bercampur aduk menjadi satu. 

[BL] VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang