Bab 10. Balikan

17.2K 1.5K 35
                                    

"Saya akan memberikannya"

Setelah mendengar kata-kata itu, mata Karel langsung menyala. Dalam sekejap, ia berbalik, menatap wajah Arthur yang terlihat tekanan.

ia bukan senang karena mendapatkan kunci jawaban, toh dirinya mampu mengerjakan soal-soal itu sendiri. 

Apa yang benar-benar membuatnya puas adalah kenyataan bahwa Arthur telah goyah. Pria yang biasanya tegas dan tak tergoyahkan kini tampak lemah di hadapannya.

Dengan suasana senang, melingkarkan tangannya di sekitar tubuh Arthur, memeluknya erat, hal itu menciptakan kehangatan bagi Arthur.

Arthur, yang awalnya terkejut hingga tubuhnya kaku, namun tetap tak menyia-nyiakan kesempatan, tangannya terangkat dan mendekap tubuh yang lebih pendek darinya.

Tangannya pun tak tinggal diam, jemarinya terangkat dengan lembut mengusap rambut hitam pendek Karel dan merasakan teksturnya yang lembut di sela jemarinya. 

Aroma blueberry yang lembut menguar dari rambut Karel, hinnga membuatnya ingin menhirupnya.

Ketika Karel merasa panas, dengan enggan ia mulai melonggarkan pelukannya.

Namun sebelum ia sempat mundur sepenuhnya, Arthur, yang tak ingin kehangatan itu hilang, dengan tiba-tiba menyambar bibir merah muda Karel.

Karel membulatkan matanya terkejut, namun dengan cepat ia tersesat dalam sensasi yang memabukan, rasanya ada sekumpulan kupu-kupu yang menari liar di perutnya.

ia tak menghindar, malah perlahan membuka bibirnya untuk memberikan akses.

Bagi Karel, ini bukan sesuatu yang benar-benar asing. Ia telah melihat teman-teman kuliahnya dan rekan kerja beberapa kali melakukan hal serupa ketika lelah dnegan aktivitas sehari-hari mereka.

Namun, karena ia menyukai pria, ia tidak bisa mendapat pacar. lagipula usia aslinya sudah duapuluh delapan tahun, dan ia telah menjomblo terlalu lama. Sebelum sempat berciuman ia sudah mati mengenaskan.

Ciuman itu lembut dan memabukan bagi nya, ia tidak akan melewatkan kesempatan kali ini, meski gerakannya kaku, dengan cepat ia belajar menyeimbangi Arthur.

Tangan Arthur yang semula lembut mengusap rambut Karel kini berpindah ke tengkuknya, memperdalam ciuman. Karel pun tak tinggal diam, ia mengangkat tangannya melingkarkan di leher pria yang lebih tinggi darinya.

Setelah beberapa menit, ia mulai meras kehabisan nafas, Ia mencoba menghentikan ciuman itu, namun Arthur enggan untuk melepaskannya begitu cepat.

Karel didalam hatinya Mulai merasa kesal, ia sengaja menggigit bibir bawah Arthur, membuat pria itu seketika tersentak. 

Sang empu pun refleks melepaskan, matanya menatap Karel seolah ia korban.

Karel mengecurtutkan bibrnya kesal, lalu berbaring di sofa, Arthur meskipun bibirnya terasa nyeri ia masih mendekati karel dengan senyum lembut.

Arthur duduk di samping Karel, tangannya kembali mengusap lembut rambut pendek Karel. 

"Maaf, itu karena saya sangat merindukan kamu" matanya menatap karel memelas.

"Salah siapa buat maslah" acuh karel, Arthur yang merasa kesal sekaligus gemas langsung mengacak-acak rambut karel hingga menyebabkan rambut Karel seperti singa.

"Sepuluh menit lagi kelas dimulai," 

Dengan malas Karel beranjak dengan enggan ia berkata "oke" 

Melihat ekspresi malas di wajah Karel, Arthur menyunggingkan senyum tipis yang begitu jarang ia tunjukkan kepada siapa pun.

[BL] VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang