Bab 8. Mama pengen punya cucu ga?

17.9K 1.5K 43
                                    

Karel berjalan dengan langkah tenang menuju kelasnya, jemarinya terus sibuk menggulir layar iPad yang menampilkan latihan soal.

Sesekali, alisnya mengernyit, ketika mendapati soal yang susah, beberapa gadis yang berpaspasan dengannya selalu menunjukan senyum genit.

Ketika ia tiba di depan pintu kelas, ada sesuatu yang menarik perhatiannya, matanya beralih dari layar ke sudut belakang kelas dimana pemeran utama pria sednag dirundung oleh sekeompok siswa.

"Bangsat, tanggung jawab lo udah buat Kara nangis" seorang pria dengan baju acak acakan menendang kursi Daniel secara tidak sabaran, hingga kursi tersebut bergeser beberapa senti.

"Gue gatau siapa Kara yang lo maksud" Daniel dengan tenang memajukan lagi kursinya, ia tidak ingin membuat maslah lebih lanjut, karena itu akan berdampak untuk beasiswanya.

"Sok polos lagi lo! Kara bilang lo nolak surat dari dia, sok kegantengan banget lo! Lo itu cuma orang miskin!" cecar pria itu dengan nada yang penuh cemoohan.

bruk!

Suara itu membuat bebrapa orang menoleh kearah karel. Dengan ekspresi malas, Karel menatap sekumpulan siswa yang berkerumun di belakangnya.

"Brisik! Balik lo semua ke kelas lo," bentaknya sambil mengorek telinganya, seolah-olah suara mereka benar-benar mengganggu.

"Sorry" pria itu menelan ludahnya kasar.

"Sialan" batinnya mengepalkan tangan, lagian biasanya karel ikut ikut bully siswa miskin itu, tapi kenapa hari ini seperti menolong secara tidak langsung.

"Cabut, Awas lo"  katanya sambil melirik dengan tajam ke arah Daniel sebelum beranjak pergi.

Daniel melirik kenan sekilas, dengan pandangan aneh, ia mengelengkan kepala lalu kembali meninjau buku pelajarannya.

Pagi ini adalah pelajaran fisika. Tadi malam, ia memutuskan untuk tidur lebih awal agar tidak mengantuk saat mendengarkan penjelasan, bahkan pagi tadi ia juga meneguk segelas kopi.

Setelah kelas berakhir, Karel menarik Daniel untuk mengikutinya. Ketika melihat Karel menggandeng tangan Daniel, seluruh siswa yang melihatnya langsung mengucek mata untuk memastikan apa yang mereka lihat.

Di depan kelas, Daniel menghentikan langkahnya dan menghempaskan tangan Karel, "Mau ke mana?"

"Bacot, jalan aja ikutin gue," 

Daniel memejamkan matanya, berusaha bersabar, lalu akhirnya melangkah mengikuti Karel. 

Dahinya berkerut saat mereka mendekati kantin guru, tempat yang biasanya tidak didatangi siswa tanpa alasan.

Di depan kantin, seorang guru wanita muda yang tampak ramah melihat mereka dan menyapa dengan senyum hangat. "Karel, Daniel, kalian di sini?

Tentu saja guru tersebut mengtahui namanya, seorang siswa berprestasi yang selalu mendapat peringkat pertama, sekaligus pewaris perusahan besar yang termasuk yang menopang ekonomi negara.

Karel tersenyum manis dan menjawab dengan bahasa baku "Ah, hari ini kantin sangat ramai, Bu. Karena kami sedang belajar bersama untuk olimpiade, jadi kami berencana untuk belajar sembari makan di sini. Apakah tidak apa-apa?"

"Tentu saja tidak apa-apa, tapi kalian juga harus mementingkan diri sendiri dan jangan lupa beristirahat,"

"Siap!" jawab Karel dengan ceria, sambil menirukan posisi hormat.

di sampingnya daniel tiak bisa menahan rasa jijik ketika melihat sikap karel yang bermuka dua.

Guru tersebut tersenyum melihat semangat siswa ini. "Andai semua murid seperti Karel, mungkin semua guru akan sejahtera," gumamnya dalam hati.

[BL] VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang