"Ayo-ayo makan," ujar Rania meletakkan lauk terakhir di meja, lalu duduk disamping anaknya yang telah kembali.
"Heumm, aromanya bikin tambah lapar" ucap karel menyendok sayur sup dan meletakan ke piringnya.
Ucapan itu membuat Rania senyum halus. Jangan salah, jika soal memuji ia jagonya, karena dulu ia terbiasa berbicara dengan pasiennya atau keluarga pasiennya.
Namun, saat ia mencicipi kuah sup yang hangat, pujian yang awalnya hanya untuk menyenangkan calon miliarder kini terihat tulus. Masakan ini ternyata tak jauh berbeda dengan yang biasa dimasak oleh koki di rumahnya.
Daniel yang duduk tepat di seberang Karel, tak sengaja memperhatikan wajah lucu karel dan itu juga membuatnya senang, tapi ia tak berani menatap lebih lama, takut ia semakin jatuh ke pesona pria didepannya.
Arthur yang menyadari tatapan lain dari Daniel pun mengeluarakan aura permusuhan, ia sangat yakin skeli bahwa daniel memiliki perasaan terhadap karel.
"Memang susah memiliki pacar terlalu tampan," Ia hanya dapat menghela nafas, lalu memakan makannya sendiri dengan tenang.
Satu demi satu, hidangan di atas meja pun habis.
"Terima kasih atas jamuannya," ucap Arthur tulus, mengusap sudut mulutnya dengan sapu tangan putih yang bersih.
"Ini hanya jamuan sederhana. Terima kasih sudah berkunjung,"
Arthur lalu bangkit dari kursinya, diikuti oleh Karel yang berdiri di sampingnya. "Kalau begitu kami pamit dulu," ucap Arthur dengan nada tenang, ia ingin segera pergi agar menghetikan tatapan Daniel melihat kekasihnya lagi.
"Hati-hati di jalan, ini sudah malam," ucapnya, mengantarkan mereka sampai di depan pintu.
Sementara itu, Daniel tetap duduk di meja, menundukkan kepala namun matanya tak lepas dari punggung Karel yang semakin menjauh.
Begitu pintu tertutup dan Rania kembali masuk ke rumah dan kini hanya tinggal Karel dan Arthur yang berjalan beriringan menuruni tangga.
"Sepertinya Daniel menatap kamu dengan pandangan berbeda" Arthur mengeluarkan unek-unek nya.
Karel menaikan salah atu alis nya bingung "Beda gimana?"
Ia mengingat kembali saat mereka bertemu "kayaknya gue ga ada buat salah lagi" batinnya bingung.
"Tidak ada, saya hanya asal bicara" Arthur menarik nafas lelah, apakah pacarnya ini tidak peka jika ada yang menatapnya lapar tadi.
Saat berada di bawah, Karel mempersempit pandangannya saat melihat beberapa anak-anak kecil mengelilingi mobil hitam yang tampak mencolok di leingkungan ini.
Sang sopir yang sedang minum kopi melihat bosnya datang, dengan cepat ia berlari menghampiri "Mari pak"
Arthur mengangguk, tadi sebelum makan tadi ia sudah menghubungi asistennya untuk mengirimkan mobil, mana mungkin ia membiarkan Karel menaiki sepeda untuk kembali ke taman, apalagi malam-malam begini.
"Serahkan kuncinya. Kamu kembalikan sepeda itu ke taman kota," tunjuknya pada dua sepeda berwarna pink mencolok yang terparkir.
"Baik, Pak"
"Ayo" ucap Arthur singkat sambil membuka pintu mobil, mengisyaratkan Karel untuk masuk.
Karel mengangguk pelan dan duduk di kursi samping pengemudi, matanya tak lepas dari interior mewah mobil tersebut.
Ia mengenali mobil ini, yaitu salah satu mobil eksklusif yang pernah ia lihat di pameran mobil mewah dan hanya diproduksi tiga unit saja.
"Buset, gaji guru segini banyaknya? Apa gue jadi guru aja ya" gumam Karel pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Villain
Fantasy|End| Karel terjebak dalam sebuah novel remaja dan harus memerankan sosok penjahat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa bersyukur karena karakter penjahat yang ia perankan hidup dalam kemewahan, jadi ia tidak perlu bekerja keras seperti dikehidupan se...