"Ini tante abis belaja, ayo makan bereng di rumah tante" ucap Rania penuh harap.
Entah mengapa saat pertemuan pertama ia langsung menyukai anak muda ini, tidak seperti anaknya yang pendiam ia melihat bocah di depannya tampak ceria.
"Tidak perlu, kit..,"
Namun, sebelum Arthur bisa menyelesaikan kalimatnya, Karel dengan cepat menyela. "Serius, Tante, kebetulan saya lagi laper"
ia mengatakan itu dengan nada lemas menyakinkan, sambil memegang tangan Arthur yang seperti mau menolak undangan ibu si pemeran utama.
Menolak? Mana mungkin. Kapan lagi bisa ia makan bareng pengusaha terkenal di masa depan?
"Siapa tau, waktu Daniel mau ngebagkrutin perusahan gue, tante Rania bisa nyegah" batinnya merancanakan.
Rania tersenyum lebar. "Kalau gitu ayo! Rumah Tante dekat kok, cuma sebentar!"
Tiba-tiba, Karel mengangkat tangan, seperti baru ingat sesuatu. "Saya ajak satu orang lagi boleh kan, Tante?" tanyanya sambil melirik ke arah samping.
Rania kemudian menoleh ke arah samping Karel, menyadari bahwa ada seseorang berdiri di sana. "Oh, ternyata ada orang di sini," batinnya.
Melihat sosok tersebut, ia tersenyum hangat. "Boleh dong! Kamu... kakaknya Karel?" tanyanya bingung.
Arthur menggeleng sambil tersenyum sopan, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Rania. "Bukan, saya bukan kakaknya. Saya gurunya Karel. Kami kebetulan bertemu tadi"
"Oh, guru Karel ya, wah senang bisa ketemu!" Rania terlihat makin semangat. "Kalau begitu, ayo kita jalan sekarang keburu malem!" ucapnya sambil mulai melangkah.
Tapi, Karel tiba-tiba menahan langkahnya dan melihat ke arah sepedanya. Wajahnya tampak ragu.
"Em, Tante," panggil Karel, sedikit ragu. "Tante bisa naik sepeda nggak?" Ragu karel, karena mau diapakan sepeda ini? mana ia sudah membayar untuk satu hari, sayang untuk di kembalikan sekarang.
"Hahaha, jangankan sepeda, motor aja Tante bisa!" ujar Rania tertawa.
Karel tersenyum mengangguk, lalu menyerahkan sepedanya.
"Saya boncengan aja Pak Arthur. Soalnya dia nggak bisa bawa sepeda, ini Sayurnya biar saya yang bawa," katanya sambil mengambil alih bungkusan sayur dari tanagn ibu pemeran utama.
"Terimakasih Karel" setalah mengucapkan itu Rania mulai mengayuh sepeda.
Sementara itu, Karel menyerahkan bungkusan sayurnya kepada Arthur yang masih tampak ragu.
"Kamu yakin bisa bawa sepeda ini?" bisik Arthur pelan.
Karel dengan bangga menepuk dadanya sendiri "Tenang aja, pegangan yang kuat," ucapnya percaya diri, lalu dengan sengaja mengayuh pedal sepedanya lebih kuat.
Arthur hanya menghela napas kecil, lalu tersenyum. Alih-alih merasa takut, ia malah mengeratkan pelukannya di pinggang Karel dengan erat.
Mereka mengikuti Rania yang sudah lebih dulu melaju di depan. Jalan yang mereka lalui semakin lama semakin gelap, hanya disinari oleh beberapa lampu jalan yang temaram.
"Berani banget ya, Tante Rania, sendirian lewat jalan kayak gini," batinnya ngeri.
Karel tiba-tiba merasakan sebuah sensai ketika sebuah tangan dingin masuk ke dalam bajunya, merayap perlahan di sepanjang kulit perutnya.
ia menghela nafas dan tau pelakunya, dengan satu tangan masih memegang stang sepeda, Karel menggunakan tangan lainnya untuk meraih tangan yang kini berada di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Villain
Fantasy|End| Karel terjebak dalam sebuah novel remaja dan harus memerankan sosok penjahat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa bersyukur karena karakter penjahat yang ia perankan hidup dalam kemewahan, jadi ia tidak perlu bekerja keras seperti dikehidupan se...