Bab 6. Membayar dengan tubuh?

22.4K 1.5K 29
                                    

"Kasih gua kunci jawaban bulan depan," ucap Karel tiba-tiba, suaranya memecah keheningan yang mengikat mereka berdua.

Hanya dengan mengatakan itu ia merasa pelukan yang berasal dari belakangnya mulai mengendur. 

Arthur mulai melepaskan sosok di depannya, dan hanya menatap diam,
dan tiba-tiba ia merasa kepalanya mulai berputar. 

Tangan terulur memegangi kepalnya, mencoba meredakan pusing yang tiba-tiba menyerangnya.

"Ga bisa, kan?" Karel melanjutkan dengan nada yang lebih dingin. "Kalau gitu gue pergi dulu."

Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah mundur, Ia mengambil handphone yang tergeletak di sofa dekat tempat tidur, lalu bergegas menuju pintu keluar.

Namun, sebelum meninggalkan rumah sakit, Karel berhenti sejenak di depan pintu, pandangannya tertuju pada dokter yang baru saja melintas di lorong. "Dok, tolong periksa lagi pasien di kamar 309"

Karel menatap punggung dokter itu beberapa detik sebelum kembali melangkah pergi, menuju parkiran. 

Di sana, ia segera menuju motornya, menarik helm dari tempatnya dan memasangnya di kepalanya.

Saat hendak menyalakan mesin motor, tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya. 

"Karel!"

Segera ia berbalik, dan mendapati pemeran utama yang tengah memanggilnya.

"Kebetulan lo di sini, gue mau balikin kartu lo, sebelumnya terimakasih banyak" ucap Daniel sungguh sungguh.

Alis Karel terangkat sedikit, menunjukkan ketidakpeduliannya dan ia tidak berniat membuka kembali helmnya. 

Ia hanya mengulurkan tangannya, menerima kartu itu dengan cepat, lalu memasukkannya sembarangan ke dalam saku jaket.

"Sama ini, gue udah ngumpulin ini, ada dua juta didalamnya, sisanya pasti gue cicil" 

Ia hanya menatap amplop coklat tersebut tanpa ada niat menerima.

"Gue gak terima receh," acuhnya, ia tau itu uang yang dikumpulkan oleh protagonis pria selama bekerja sebagai instruktur olahraga.

Dan menurutnya pasca oparasi pasati juga masih memerlukan biaya yg tidak sedikit. 

Kata-kata Karel membuat rahang Daniel mengeras, melihat ini is tidak bisa menahan senyumnya yang penuh ejekan.

"Mungkin saat ini lo bisa bayar pake yang lain," Karel berkata dengan nada ambigu.

Daniel berusaha menahan emosinya, mencoba untuk tetap tenang, kali ini ia akan membiarkan orang ini karena telah membuat ibunya di oprasi.

"Apa maunya lo?" ia sudah menduga bahwa sesuatu seperti ini akan terjadi, mengingat otak licik itu.

Karel melepaskan helmnya, 
Langkahnya mendekat untuk semakin memperkecil jarak di antara mereka.

Sementara senyuman jahat terukir di bibirnya, ia berbisk "Mungkin pake badan lo"

"Bangs*t!" teriaknya, wajahnya memerah karena marah. Tanpa berpikir panjang, tangannya langsung mencengkeram erat kerah baju karel.

"Hahaha, selow dong, lo lupa, lo utang nyawa sama gue," provokasinya dengan nada meremehkan, bibirnya menyunggingkan senyum sinis. 

Mata Daniel yang memerah , ia mencoba mengatur nafasnya. Dengan napas yang berat ia melepaskan cengkeraman tangannya dari kerah baju Karel. 

Seketika itu juga, Karel dengan kasar merapikan bajunya yang kusut, tangannya menyapu kain yang dikenakannya, seolah membersihkan kotoran yang tak terlihat.

[BL] VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang