Bab 20. Persiapan ulang tahun

12.1K 1.3K 50
                                    

"Pemerintah mengumumkan bahwa dua kasus pertama COAID telah terkonfirmasi di Indonesia. Kedua pasien sedang dalam isolasi dan perawatan intensif. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, menjaga kebersihan, dan menghindari keramaian." 

Orang-orang yang mendengar suara reporter itu tampak takut, dengan berbagai spekulasi muncul di otak mereka.

Tapi ada juga yang mengabaikan berita itu dan menganggap berita itu adalah konspirasi elit global, bahkan sampai di buat bahan becandaan di media sosial.

Di sisi lain, Karel, yang mendengar berita tersebut, sedang berbaring santai di atas sofa mewah di apartemennya dengan di sekelilingnya terdapat berbagai macam camilan.

Baru saja ia juga diberitahu oleh pihak sekolah, bahwa sekolah akan diliburkan selama dua minggu. Namun, ia tau peristiwa ini tidak sesederhana yang orang lain kira.

Bukan hanya dua minggu, tapi dapat mencapai dua tahun.

Armageddonnnn...🎶

Mendengar dering ponselnya, ia segera menyandarkan punggungnya ke sofa sambil mengambil ponselnya, setelah menggeser tombol hijau ia segera mendekatkan handphone itu ke telinga.

"Sayang, saya dengar kamu libur. Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" suara Arthur terdengar lembut, membuatnya terdiam sejenak.

"Tumben banget. Biasanya juga kamu lebih sibuk makan bagereng sambil ngerjain laporan itu," sindirnya halus. 

Selama ini, kesibukan Arthur dengan pekerjaannya membuat mereka jarang bertemu, bahkan saat ia sengaja datang ke apartemen Arthur, pria itu selalu duduk di hadapan laptopnya.

Karel mendesah pelan dalam hati, mengingat malam-malam di mana Arthur harus lembur karena laporan."Ini pasti gara-gara si ojol Maxim itu, yang buat laki gue lembur" batinnya kesal.

"Sayang kamu disana" tanay Arthur memastikan.

"En"

Arthur menarik napas panjang di ujung telepon, "Maaf akhir-akhir ini ada beberapa masalah internal, sehingga harus segera ditangani, dan malam ini adalah hari ualang tahun saya, jadi saya ingin makan bersama dengan orang yang berarti untuk saya, apa kamu bersedia?"

Mendengar itu, pupil matanya membesar seketika, rasa terkejut dan sedikit rasa bersalah muncul dalam dirinya "i-tu Maaf aku" 

"Tak apa, sayang," Arthur mengerti menjawab dengan lembut, tapi ada sedikit kesedihan yang tersirat di nadanya.

Karel menggigit bibirnya, rasa bersalah mulai menghantuinya "sebagai hadiah ulangtahun gimana kalo makan di apart aku dan aku bakal masakin kamu makanan, gimana-gimana? terus abis makan malem kita nonton movie sampe malem"

Arthur tertawa ringan di ujung sana, kehangatan kembali hadir dalam suaranya. "Tentu, saya akan segera menyelesaikan ini dan datang tepat jam delapan."

"Deal!" Karel tersenyum puas.

Ia menghela napas lega setelah mendengar nada suara Arthur yang terdengar lebih ceria. "Oke, jangan terlambat, atau enggak aku nggak akan bukain pintu"

Arthur terkekeh pelan  "Saya pastikan akan tepat waktu. Selamat tinggal sayang" nada Arthur lebih lembut dari biasanya dan terlihat sedikit sendu.

"Emm, bye. Ingat, jangan telat," balasnya sebelum cepat-cepat menutup telepon, tak ingin mengganggu Arthur yang pasti masih sibuk dengan pekerjaannya.

Tanpa menunda lagi, ia segera mengambil kunci mobilnya dan keluar ke supermarket, bersiap untuk membeli bahan-bahan makanan.

Namun, begitu sampai di depan deretan sayuran segar yang berjajar rapi di rak, Karel terdiam, menatap dengan pandangan kosong.

"Goblok, gue kan nggak bisa masak!" ia menepuk kepalanya sendiri. ia tadi berbicara secara implusif karena rasa bersalah melupakan ulang tahun Arthur.

"Karel?"

Mendengar namanya dipanggil, Karel cepat berbalik, dan di hadapannya berdiri Rania, ibu dari pemeran utama pria.

"Eh, pagi, Tante! Nggak nyangka ketemu di sini," balas Karel ramah sambil menjabat tangan Rania.

"Tante lihat dari tadi kamu bengong di sini. Ada apa?"

Karel tersenyum malu, merasa agak canggung untuk mengatakannya "Itu, Tante... jadi, pacar Karel ulang tahun, dan Karel ada rencana mau masakin sesuatu untuk dia. Tapi...Karel nggak bisa masak."

Rania tertawa kecil, merasa geli dengan kejujuran Karel "ayo Tante bantuin kamu masak, kebetulan Tante lagi luang"

"Eh, seriusan Tante? Nggak repotin?" Karel mengusap belakang lehernya, merasa sedikit sungkan.

"Enggak apa-apa," jawab Rania sambil tersenyum. 

"Tapi, selain makanan, kamu sudah nyiapin dekorasi sama kue ulang tahun?" tanya Rania memperingati.

Dengan ekspresi malu Karel menggeleng 

Rania mengangguk paham, lalu memanggil, "Daniel, sini! Kamu bantuin Karel cari kado dan dekor ulang tahun dan soal sayur biar Tante yang urus."

Daniel yang merasa dipanggil langsung meletakan apel yang ia pilih, matanya membulat kaget ketika mendapati karel sedang berada didekat sini.

ia memegangi dadanya untuk mencoba menghentikan detak jantungnya yang semakin cepat.

"Oke" 

Dahi Karel berkerut, ada angin apa protagonis langsung menurut jika berada di dekatnya. Namun, ia tidak ingin memikirkan lebih lanjut ulang tahun Arthur prioritasnya.

Ia segera mengeluarkan dompetnya dan memberi kartu hitam kepada Tante Rania "Tante Karel kebantu banget terimakasih"

Rania menerima kartu itu "jangan terlalu sungkan, kalau gitu Tante ceri bahannya dulu, Daniel kamu temani karel"

Ibu pemeran utama semakin menjauh dari pandangannya meninggalkan ia dengan Daniel dalam suasan canggung.

"Ayo" ia kembali mengeluarkan perintah dengan nada arogan, lagipula ia tak perlu berpura-pura baik didepan Daniel, karena orang pertama yang menganggapnya jahat ya protagonis.

Setelah berkeliling cukup lama akhirnya ia membawa setumpuk troli yang tentu didorong oleh Daniel.

Entah karena apa ia tidak mendengar Daniel berkomentar buruk tentangnya dan menuruti tanpa syarat.

Ketika ia melewati bagian pakaian ada sesuatu yang melintas di otaknya "hadiah"

Jika dilihat lihat lemari Arthur sudah penuh dengan pakaian mahal. 

Namun, saat matanya tertuju pada dasi hitam bercorak macan, senyumnya perlahan mengembang. Ia merasa semakin bersemangat untuk memakaikannya pada Arthur nanti.

Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya mereka tiba di kasir dengan setumpuk troli penuh barang—tentu saja yang mendorong adalah Daniel.

Selesai membayar, ia segera melangkah keluar dan tak lama setelah itu, ia melihat Tante Rania yang sedang kesusahan membawa barang-barangnya.

Dengan cepat, ia berlari menghampiri dan mengambil alih tumpukan barang tersebut, menuntunnya masuk ke mobil.

"Oiya tante lupa nanya, pacar kamu suka makan apa?" Tanya Rania 

Karel berpikir sejenak, mengingat saat-saat bersama Arthur. "Dia suka semuanya, kok... kecuali wortel," jawabnya sambil tersenyum kecil. 

Pikirannya melayang ketika mengingat Arthur mencoba memakan salad miliknya dan arthur menyingkirkan wortel dari piringnya.

Bruk!

"Astaga Daniel kamu gapapa kan, kok bisa sampai jatuh begini"

.
.
.
.
.

Jangan lupa untuk vote dan komen ya

Sampai jumpa besok

Untuk yang bertanya Mile siapa: itu adalah pemeran pria ke empat dalam novel yang Karel baca😉

Dan Leonard adalah pemeran pria ke tiga.

.
.

Terimakasih telah berkunjung

Salam hangat @karel😣

[BL] VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang