Bab 29. Bertemu

10.3K 1.2K 29
                                    

Dua bulan kemudian!

.
.

Prabu menatap pria di hadapannya dengan tatapan meremehkan, matanya menyipit seolah ingin memastikan bahwa orang yang duduk di depannya benar-benar layak berada di ruangan yang sama dengannya. 

Meskipun ia sudah diundang ke restoran berkelas. Namun, ia sama sekali tidak tersanjung, seandainya pertemuan ini terjadi beberapa tahun lalu, saat dirinya masih seorang pejabat kecil yang di pemerintahan, ia mungkin akan sedikit lebih menghargai pertemuan ini. 

Namun sekarang ia adalah walikota, kehadiran seorang pemilik perusahaan kecil yang bahkan namanya belum pernah ia dengar, jelas terasa sebagai sebuah penghinaan terhadap statusnya.

Prabu melipat tangannya di dada, tubuhnya sedikit bersandar di kursi empuk Ia mengangkat alisnya malas.

"Ah, anda siapa tadi? Maaf, sejenak saya lupa," Prabu berkata, suaranya terdengar pelan namun sarat dengan nada meremehkan.

Tristan, yang duduk berhadapan dengannya, hanya tersenyum tipis dengan menundukkan kepalanya, sedikit masih dengan sikap tenangnya.

Prabu semakin puas dengan reaksi Tristan yang hanya terdiam, "Ah, benar. Tuan Tristan dan... apa tadi nama perusahaannya? Legacy Investments, bukan?"

Ia berpura-pura teringat sambil menyebutkan nama perusahaan kecil itu dengan sedikit menekankan setiap kata yang belum pernah ia dengar.

Menggenggam cangkir kopinya, Prabu menyesap sedikit cairan hitam itu, "Maaf kalau saya hampir melupakan nama perusahaan anda," lanjut Prabu sambil menurunkan cangkir kopi.

"Maklum, saya tidak pernah mendengarnya sebelumnya." Kalimat itu ia lontarkan dengan sengaja agar perusaahan itu mengerti posisinya, bagaimana mungkin ia akan memberi proyek kepada perusahan seperti itu.

Dirinya yakin, dengan posisinya sebagai walikota yang kini bekerja sama dengan perusahaan raksasa seperti Lichoin, ia tidak seharusnya membuang-buang waktu bertemu dengan pengusaha kecil seperti ini. 

Orang didepannya, tampak seperti sekelompok ikan kecil di lautan besar dan ia tidak merasa perlu untuk memberikan perhatian lebih. 

Mulutnya mendesah bosan, ia kira akan ada yang menyenangkan.

Tristan menyodorkan proposal di hadapannya dengan nada formal. "Kami sangat menyesal telah mengganggu kesibukan Anda yang padat. Namun, kami sangat berharap bisa menerima dukungan dari Anda."

Prabu menyipitkan matanya, Ia menilai perusahaan kecil ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kemitraan besarnya dengan korporasi-korporasi raksasa seperti Lichoin. 

Tapi, menolak langsung tentu tidak akan bijak, ia perlu mempertahankan citranya.

"Tuan Tristan, mungkin saya bisa memperhitungkan ini, tetapi tentunya hal ini memerlukan waktu... dan bukan waktu yang sebentar" ia memasang eskpresi menyesal tapi di dalam hatainya ia tersenyum meremehkan.

Namun tiba-tiba, sebuah gejolak aneh mulai muncul di perutnya.

Ada yang tidak beres, rasa mulas itu semakin melilit perutnya dan tangannya secara otomatis meraba perutnya.

Tristan, yang peka terhadap perubahan ini, langsung memperlihatkan ekspresi khawatir, "Pak Walikota, Anda baik-baik saja?"

Prabu mencoba mengendalikan dirinya. Meski perutnya bergejolak, harga diri sebagai pejabat tinggi tidak boleh jatuh begitu saja.

Bibirnya tersenyum tipis sembari mengangkat tangannya ke udara "Saya baik-baik saja dan sepertinya pembicaraan kita telah usai" setelah mengatakan itu ia segera berjalan setengah berlari untuk mencari toilet.

[BL] VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang