GADIS BADASKU

8.8K 131 0
                                    

    "Apa yang terjadi padamu?." Alan menangkup wajahnya dan kekhawatiran terlihat jelas. Alan memang tidak mengerti bagaimana caranya menghibur karena dia belum menangani siapapun dalam kondisi seperti ini, dia ingin menenangkan Alexa karena entah mengapa dia tidak tega melihat Alexa seperti ini.

    Alexa membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi bibirnya bergetar. Sulit baginya untuk mengucapkan satu kata pun. Keadaannya memburuk setiap detiknya, Alexa menutup matanya dengan perasaan yang sedih.

    Saat berikutnya yang terjadi adalah, ketika Alan menarik Alexa kedalam pelukannya yang kuat dan hangat, membenamkan wajah Alexa didada bidangnya.

    "Tenanglah, aku ada bersama mu, Alexa." Bisiknya, satu tangan kekarnya mengusap punggung Alexa dan satu tangannya yang lain mengusap rambut panjang gadis itu. Alan mencoba menenangkannya dengan kata-katanya. Dan Alan benar-benar melakukan apa saja yang di perintahkan oleh hatinya.

    Dia melakukan hal seperti ini untuk pertama kalinya dan pertama kalinya, Alan mau mendengarkan apa kata dari isi hatinya.
    
    Dalam beberapa menit, tubuh Alexa berhenti bergetar, pernapasan dan detak jantungnya kembali normal. Alexa merasa aman dan nyaman berada didalam pelukan Alan yang hangat. Itulah satu-satunya kata yang perlu dia dengar saat itu. Alexa membutuhkan kepastian bahwa seseorang selalu ada untuknya.

    Alan menarik Alexa lebih dekat lagi dan semakin erat memeluknya. Pria itu merasa lega ketika melihat Alexa yang sudah jauh lebih terlihat tenang. Gadis itu terlihat menjadi lebih baik didalam pelukannya yang menenangkan.

    Sebelumnya, setiap kali Alexa mengalami serangan kecemasan, tidak ada seorang pun yang bisa menyakinkannya bahwa mereka bersamanya. Alexa belum pernah merasa begitu aman didalam pelukan siapapun sebelumnya. Pelukan Alan memberinya kedamaian yang mendalam, kedamaian yang ia cari selama bertahun-tahun. Alexa telah menemukan rumahnya dalam pelukan Alan.

    Selama beberapa menit, mereka berdua saling berpelukan dan seakan melupakan seluruh dunia. Diam-diam bibir mereka membentuk senyuman puas.

    Perlahan mereka melepaskan pelukan itu, saling bertatapan secara intens. Dengan posisi mereka yang hanya berjarak beberapa inci, napas panas mereka saling membelai dan keinginan untuk berciuman semakin kuat setiap detiknya. Napas mereka menjadi lebih berat ketika hasrat batin mereka mendorong agar mereka semakin dekat untuk berciuman.

    Alexa menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya, menatapnya dengan penuh kasih sayang. Alexa tak percaya jika seseorang yang berada dihadapan saat ini adalah seorang bos Mafia kejam yang sama dengan orang yang telah membawanya secara paksa ke tempat ini beberapa menit yang lalu dan menyiksa bibirnya, karena ingin menciumnya.

    "Apa kau baik-baik saja?." Alan bertanya dengan tulus dan prihatin. Ia menyelip anak rambut Alexa kebelakang telinga gadis itu.
    
    Alexa hanya mengangguk dalam diam, masih merasa tidak enak badan.

    Alan menyentuh wajah Alexa. "Kau membuatku takut, syukurlah jika kau baik-baik saja." Kata Alan menghela napas lega.

    Dan Alan tiba-tiba memberikan kecupan lembut di kening Alexa, membelai pipi mulus itu dengan ibu jarinya. Alan menutup matanya dan mengambil napas dalam-dalam saat bibirnya menyentuh kulit lembut Alexa. Dia sudah lama sangat ingin merasakan sentuhan seperti ini sejak pertama kali mereka bertemu, Alan sedikit melirik kebawah dan menemukan senyuman bahagia yang terpancar dari bibir Alexa saat setelah dia menciumnya.

    Lalu Alan meraih teko berisi air putih yang di letakan di atas nakas, samping tempat tidur dan menuangkan airnya kedalam gelas. Menyodorkan gelas itu pada Alexa.

    "Dan tetap saja, meski sudah seperti ini kau tetap tidak mau mengaku jika kau perduli padaku." Kata Alexa dengan suaranya yang pelan setelah ia meminum air dari dalam gelas.

    Alan tetap diam, masih belum siap menerima kenyataan bahwa ia memang peduli pada Alexa..

    "Apa yang terjadi padamu, tadi tiba-tiba kau seperti orang aneh." Alan bertanya, seakan ingin mengubah topik pembicaraan mereka. Tetapi ia juga merasa penasaran dengan Alexa yang tiba-tiba terlihat sangat panik.

    "Itu bukan urusanmu, iblis." Jawab Alexa singkat. Diri Alexa yang tangguh telah kembali. "Tinggalkan aku sendirian untuk beberapa waktu." Bentaknya.

    Alexa merasa kesal dengan dirinya sendiri karena ia menjadi lemah, lagi. Padahal gadis itu selalu membanggakan dirinya sebagai orang yang kuat dan tidak pernah ingin menunjukan kelemahannya pada siapapun.

    Meskipun sebenarnya Alan tetap ingin bersama dengan Alexa. Namun, pria itu tidak membantahnya dan memilih berjalan keluar dari kamar Alexa tanpa berkomentar sedikitpun.

    Setelah memastikan Alan telah pergi, dari saku dress yang Alexa kenakan, gadis itu mengeluarkan sekotak rokok dan korek api yang selalu ia bawa kemana-mana dan menjepitnya diantara dua jari telunjuk dan tengah, menyalakan batang rokok itu dengan korek api.

    Alexa menyadarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur dan memasukan ujung filter rokok kedalam mulutnya. Gadis itu menarik napas, memejamkan matanya dan menghembuskan asap rokok, menatap kearah langit-langit kamar dengan banyak pikiran yang berkecamuk dibenaknya.

    "Mengapa kepanikan itu datang lagi? Alan selalu bertanya apa kelemahan ku dan masa laluku adalah kelemahan ku." Kata Alexa pada dirinya sendiri.

    Setiap kali dia mengingatnya, hal itu selalu membuat Alexa menjadi rentan. Alexa selalu berharap agar bisa ia melupakan masa lalunya. Dan untuk pertama kalinya, seseorang bisa menenangkannya tanpa obat atau pun suntikan. Alexa merasa sangat baik, aman dan tentram berada didalam pelukan Alan.

    ***

    Sementara itu ditempat lain. Alan sibuk berjalan kesana kemari didalam ruangan kerjanya, sembari memikirkan sesuatu yang ada di kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi pada dia? Dan kenapa aku bisa begitu cemas melihat keadaannya tadi?." Alan kembali berbalik dan berjalan ke sisi yang lain. "Apa aku perduli padanya?." Pria itu terus bertanya pada dirinya sehingga. "Aku tidak tau mengapa, tapi aku benar-benar perduli padanya."

    Alan pun berjalan mendekati sofa singlenya dan mendaratkan tubuhnya disana. "Setelah melihat kondisinya tadi, aku merasa bersalah telah mengikatnya. Tetapi dia tidak memberiku pilihan apa pun saat itu. Mengapa dia tidak bisa mengerti jika hidupnya dalam bahaya? Jika dia mencoba untuk tidak mematuhi instruksi sekali lagi, dia harus menghadapi sisi terburuk ku, karena itu semua demi keselamatannya. Aku tidak tau apa yang terjadi diantara aku dan dia, tapi aku ingin menjaganya agar tetap aman. Hari ini, aku menyadari bahwa aku tidak bisa melihatnya kesakitan. Aku akan melindungi dia dan merawatnya, karena mulai hari ini dia akan menjadi gadis nakalku." Kata Alan menyatukan kedua tangannya.





GADIS BADAS MILIK MAFIA KEJAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang