Alan melepaskan dirinya dari Alexa. "Cepat bersiap, kita sudah terlambat."
"Kau selalu berhenti di tengah." Rengek Alexa.
"Kita akan melanjutkannya nanti, apa kau tidak suka jika aku memberimu kejutan?." Sebelah alis Alan terangkat.
"Aku senang, tapi sebelum itu aku menginginkan hal lain." Alexa menunduk dan Alan mengikuti arah pandang Alexa.
"Apa?." Tanya Alan tak mengerti.
Alexa meraih kerah kemeja Alan dan menarik pria agar sedikit membungkukkan badannya. "Aku mau kau." Kata Alexa menatap mata Alan secara mendalam. Kedekatan mereka membuat detak jantung berdegup kencang.
"Dimana?." Tanya Alan berbisik sembari mengusap paha Alexa.
"Area kewanitaan ku." Kata Alexa lirih. Sembari menutup matanya, Alexa kembali melanjutkan perkataannya. "Aku ingin merasakan sesuatu yang jauh daripada hanya berciuman dan bersentuhan."
Alan menyeringai setelah mengetahui betapa Alexa sangat menginginkannya. "Kau harus menunggu." Alan melepaskan cengkraman tangannya Alexa di kerahnya."Berapa lama lagi kau akan membuatku menunggu?." Alexa mengernyitkan dahi dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Penantiannya tidak akan sia-sia, Sunshine."
"Aku tahu." Alexa tersenyum. "Tapi aku tidak mau menunggu." Kata gadis itu sembari membuka simpul bathrobe, dan bathrobe tersebut langsung jatuh kelantai.
Kedua mata Alan terbelalak karena terkejut. "Kau tidak bisa dipercaya." Pria itu menggelengkan kepalanya.
"Masih yakin ingin menundanya?." Tanya Alexa dengan berani. Berjalan mendekati Alan dan melingkarkan tangannya di leher pria itu.
Sementara itu, Alan mau tak mau memeluk pinggang Alexa dan tangan sebelah lagi meremas pant*** gadis itu. Sebuah erangan lembut keluar dari mulut Alexa. Dia sangat menikmati sentuhan yang Alan berikan dengan mata tertutup.
Sekarang mata Alexa terbelalak saat Alan tiba-tiba memukul pant*** nya. "Ya, aku masih ingin menundanya."
Alexa tak percaya dengan apa yang dia dengar dan sebelum harus itu sempat buka suara, Alan telah lebih dulu menyelanya.
"Aku akan menunggumu di kamar, bersikap dan cepat keluar." Alan mencium bibir Alexa dengan cepat dan berlari keluar dari dalam walk in closet.
Alexa menghela napasnya dan berbalik menatap gaun yang disedia untuknya.
**
Beberapa saat kemudian, Alexa keluar dengan telah mengenakan gaun slip paha hitam dan dengan sepatu hak berwarna hitam. Gadis itu nampak memukau dan seksi seperti biasanya, di tambah dengan make upnya yang natural.
Saat pandangan Alan tertuju pada Alexa, pria itu terus menatapnya tanpa berkedip. Alan tersenyum dan berjalan kearah Alexa. "Ayo berangkat." Dia mengulurkan tangannya sembari tersenyum. "Kau terlihat sangat menggairahkan, Sunshine." Pujinya, menggenggam erat tangan Alexa dan dengan lembut mencium punggung tangannya.
Alexa hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kemudian mereka berdua keluar ruangan sambil bergandengan tangan dan tersenyum.
Keduanya anak buah Alan telah berdiri dan menunggu diluar kamarnya. Alan membawanya ke lift dan anak buahnya mengikuti mereka. Salah satu anak buah Alan menekan tombol dan pintu lift terbuka.
Mereka berdua melangkah masuk kedalam.
"Kalian berdua ikut kami." Perintah Alan pada anak buahnya dan mereka mengangguk padanya dengan lemah lembut.
Alan pun menekan tombol yang membuat mereka menuju ke lantai paling atas atau rooftop.
"Kenapa kita pergi ke rooftop?." Alexa terlihat bingung.
"Kau akan mengetahuinya nanti." Jawab Alan dengan nada rendah, lalu mengecup puncak kepala Alexa.
Pintu lift terbuka dan mereka melangkah keluar. Ada helipad di atap mansion Alan..
"Oh! Jadi, kita akan pergi ke suatu tempat dengan helikopter?." Alexa bertanya pada Alan dan gadis itu terlihat sangat bahagia.
"Ya, sayang." Alan menganggukkan kepalanya.
Seorang pilot berjalan kearah mereka dan menjabat tangan Alan.
"Jadi apa semua sudah siap, Nino?." Tanya Alan.
"Iya Bos." Dia menganggukkan kepalanya.
"Kapan helikopter yang lainya tiba?."
"Mungkin dalam beberapa menit lagi, Bos." Jawab pria yang di panggil Nino oleh Alan.
"Kalau begitu, ayo pergi!." Seperti yang Alan katakan, Nino menganggukkan kepalanya dan dia berbalik badan, mereka berjalan mendekati helikopter dan menaikinya.
"Begitu helikopter yang lainya datang, kalian berdua mengikuti kami." Alan mengintruksikan pada anak buahnya yang berdiri di luar helikopter.Alan sengaja memerintahkan anak buahnya membawa helikopter yang lain demi keamanan, karena Alan tidak ingin mengambil resiko apapun sekarang, semua ini tentang keselamatan gadis nakalnya.
"Siap, Bos." Kata mereka berdua bersamaan.
Keduanya di tugaskan untuk memberikan informasi pada sesama rekan anak buah Alan, jika Alan dan Alexa akan berangkat terlebih dahulu.
"Beri aku satu pistol sekarang." Alan mengulurkan tangannya kesalahan satu anak buahnya dan pria asing itu memberikan pistol pada Alan.
Dengan isyarat, Alan memerintahkan anak buahnya itu untuk pergi. Meraka menganggukkan kepala sebelum akhirnya pergi.
"Sunshine, aku ingin kau menyimpan ini untuk keamanan mu." Alan menoleh kearah Alexa dan memberikan pistol tersebut pada gadisnya.
"Oke, Tuan Tampan." Alexa menerimanya dan mengedipkan sebelah matanya.
Alan hanya tersenyum dan menyelipkan pistol itu di garter yang Alexa kenakan di sekitar pahanya.
"Itu adalah tempat terbaik bagi seorang wanita untuk menyimpan senjata yang mereka bawa." Kata Alan sembari membelai paha Alexa, seperti biasanya.
Alexa mengangguk. "Aku selalu menyimpan pisau tajam di garter."
Sebelah tangan Alan terangkat, menyelipkan anak rambut Alexa. Dan saat itu Alexa buka suara. "Aku selalu menyiapkan diri untuk semua bahaya." Katanya dan tersenyum bangga.
"Kau benar-benar berbeda, Sunshine. Dan itulah mengapa aku sangat menyukaimu." Alan berbisik, memeluk pinggang Alexa. "Dan karena kau berbeda dengan yang lain, aku sampai mencurigaimu bahwa kau adalah seorang agen dan sedang memata-matai ku."
"Aku bisa saja memata-matai mu."
"Aku tidak perduli karena sekarang kau milikku." Alan mengangkat dagu Alexa dan mencium bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS BADAS MILIK MAFIA KEJAM✓
RomanceDia adalah seorang bos mafia yang kasar, sombong, agresif dan kejam, seorang pria yang benar - benar menakutkan dan di takuti banyak orang. Seakan seluruh dunia berada di bawah kaki nya. Tidak seorang pun yang berani untuk tidak menaati semua perint...