PENGAKUAN SEJATI.

5.9K 102 0
                                    

    Alexa menangis kesakitan, menempelkan wajahnya ke wajah Alan, mengira jika dirinya telah kehilangan Alan. Entahlah, Alexa benar-benar terpukul.

    Beruntung akhirnya, Justine dan yang lainnya segera datang. Pria itu menatap dengan kasihan saat melihat Alexa menangis sembari memeluk Alan. Justine bergegas menghampiri mereka, duduk dan memegangi pergelangan tangan Alan untuk memeriksa denyut nadinya. Justine menghela napas lega karena Alan masih hidup.

    "Alexa, dia masih hidup, dia hanya tidak sadarkan diri." Kata Justine mencoba membuat Alexa mengerti. Tetapi Alexa tidak mendengarkannya dan pikiran kalut dengan pemikiran jika Alan telah pergi meninggalkannya. Jadi, Justine meraih tangan Alexa dan meletakkannya diatas jantung Alan. Dan Alexa nampak senang setelah mendapati jantung Alan masih berdetak. Alexa menghapus air matanya dan bernapas lega.

    "Kenapa kalian hanya berdiri? Bawa dia ke rumah sakit." Perintah Alexa pada anak buah Alan.

    Dua pria bergegas mengangkat Alan dan membawanya masuk kedalam mobil ambulans pribadi yang Justine bawa untuk mendatangi mereka. Alexa berjalan bersama mereka yang mengangkat tubuh Alan sembari memegangi tangan prianya itu, ia menatap wajah Alan dengan cemas.

    Masuk kedalam mobil, Alexa terkejut sekaligus merasa senang karena didalam sana sudah ada seorang dokter dan perawat yang menunggu Alan. Setelah meletakkan tubuh Alan, dokter dan perawat itu segera memasang masker diwajahnya dan mulai memeriksa Alan. 

    Justine duduk disampingnya dan Alexa juga duduk di sana, sementara anak buah Alan ada di mobil sebelah dan dua orang mengendarai ambulans pribadi itu.

    Justine menyentuh pundak Alexa dan menatapnya dengan tatapan teduhnya. "Dia akan baik-baik saja, Alexa." Kata Justine menyakinkan gadis itu, meremas pundaknya.

    "Dia harus baik-baik saja." Balas Alexa, mengalihkan pandangannya kembali pada Alan dan menitikkan air matanya dalam diam.

    **

    Ketika ambulans telah sampai di mansion milik Alan, Alexa menoleh kearah Justine. "Kenapa kita tidak membawa dia ke rumah sakit?."

    "Kita punya rumah sakit sendiri dan alatnya juga tidak kalah lengkap, dokternya pun adalah dokter terbaik." Balas Justine memberitahu.

    "Apa kau yakin? Dia tertembak."

    "Alexa, tenanglah. Justru nyawa bos akan terancam jika kita membawanya ke rumah sakit umum." Justine mencoba menjelaskan dan beruntung Alexa tidak menggunakan keras kepalanya untuk saat ini.
    Mungkin Alexa memang benar-benar telah memahami apa yang coba Justine jelaskan padanya.

    Segera beberapa orang memindahkan Alan ke ruang medis di mansion mereka.

    "Kau tetap di luar." Kata seorang dokter yang melarang Alexa untuk masuk kedalam.

    Alexa mengernyitkan dahinya. "Minggir!." Bentaknya.

    "Tidak, kami di sini memiliki protokol." Sang dokter kembali melarangnya dan Alexa mengerucutkan bibirnya, sebal.

    Sebelum Alexa sempat kembali membantah, Justine telah lebih dulu menyela. "Dokter biarkan dia masuk."

    "Baiklah." Kata dokter menyetujuinya.
    
    Alexa pun masuk kedalam ruang medis dan duduk di kursi disamping brankar Alan. Ia memegangi tangan Alan dan air mata terus menetes, membasahi pipinya.

    Saat dokter sedang mengeluarkan peluru dari perut Alan, Alexa memejamkan matanya dan dia teringat saat bagaimana pria itu mendorongnya untuk melindunginya.

GADIS BADAS MILIK MAFIA KEJAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang