Chapter 1: Revisi (Tulis Ulang)

201 15 0
                                    

    Disebuah kota perbatasan timur tempat manusia biasa tinggal, terdapat pasar besar yang penuh dengan suara-suara berisik penjual untuk menarik seorang pembeli. Disalah satu sudut pasar yang jarang dilewati orang, ada seorang penjual buah dan sayuran yang barang dagangannya tidak terjual satupun.

Penjual dengan penampilan tertutup yang tidak bisa dibedakan pria atau wanita tersebut merenung memikirkan  penyebab tokonya sepi tanpa ada satupun pelanggan.

‘Sudah 6 jam aku berdiri disini menunggu pelanggan namun tidak ada satupun yang muncul, apakah karena aku memilih tempat yang sangat terpencil ini yang menyebabkan barangku tidak terjual?’

Penjual tersebut yakin kegagalannya dalam menjual barang tersebut pasti karena pemilihannya yang buruk dalam mencari tempat untuk membuka kiosnya. Meskipun demikian itu bukanlah kesalahan penjual tersebut, mengingat kota perbatasan tersebut sangat jauh jaraknya dari tempat dia tinggal, butuh waktu 2 jam baginya dengan berjalan kaki untuk mencapai kota tersebut.

‘Kalau begini terus, aku tidak akan pernah bisa menjual barang daganganku. Walaupun bangun lebih pagi tetap saja percuma jika lawanku untuk mendapatkan tempat strategis adalah penjual yang tinggal di kota ini.’

“Andai saja saat dipindahkan ke dunia ini aku diberi cheat seperti jari emas, pasti hidupku lebih mudah daripada hanya menjadi orang biasa saja. Kalau tidak beri saja aku bakat dalam berkultivasi, bukan malah tubuhku yang berubah menjadi wanita yang entah  apa gunanya bagiku.” Desah penjual tersebut dengan suara kecil.

Seperti yang dikatakan penjual itu atau yang bernama Vheena. Tepat 2 tahun lalu, dia dipindahkan ke dunia ini saat dia sedang menyelamatkan seorang anak yang hampir ditabrak mobil. Walaupun anak yang dia tolong selamat, sayangnya dia terlambat menghindar dari tabrakan tersebut. Saat dia menutup mata untuk merasakan sakitnya tabrakan tersebut, anehnya tidak hanya dia tidak merasakan sakit, malah dia tiba-tiba saja berada di hutan yang antah berantah.

Saat itu, Vheena masih belum yakin kalau dirinya dipindahkan ke dunia lain. Walaupun dia terkejut saat dia mengecek tubuhnya dan malah mendapati dua tonjolan besar didadanya serta dua bola didalam celananya menghilang. Yang lebih mengejutkannya lagi adalah kecantikan tubuh barunya yang tidak manusiawi, dia memiliki mata heterochromatic yang berwarna merah di pupil kanannya dan emas di pupil kirinya, rambut putih panjang yang halus, kulit putih susu, serta bentuk tubuh yang sangat indah saat dia melihatnya di pantulan air sungai.

Namun, keraguannya akan dunia lain menghilang setelah melihat seorang kultivator yang terbang di langit hanya dengan menggunakan pedang. Melihat kultivator tersebut membuatnya menyadari akan bahayanya dunia yang sekarang dia tempati.

Setelah tersesat di hutan selama 3 hari hanya dengan mengandalkan minum saja, Vheena beruntung melihat sebuah desa di dekatnya. Saat sedang menjelajahi desa tersebut, Vheena bingung kenapa penduduk desa itu menatapnya terus. Setelah bertanya kepada penduduk desa acak, dia menyadari kalau penduduk desa itu mengira ia adalah seorang abadi.

Walaupun menyangkalnya, penduduk desa tersebut tidak percaya perkataanya. Mereka yakin Vheena adalah seorang abadi karena penampilannya.

Karena tidak bisa menyangkal, Vheena hanya bisa pasrah dan berpura-pura menjadi seorang abadi. Dengan berpura-pura dia jadi bisa mendapatkan informasi yang dia inginkan dari penduduk desa tersebut. Untung baginya karena dia dapat memahami bahasa serta tulisan dunia ini yang memudahkan dia mendapatkan informasi.

Sayangnya penduduk desa tersebut hanya tau sedikit informasi yang dia inginkan. Seperti mata uang dunia ini adalah koin perunggu, perak, dan emas, nama kerajaan terdekat tempat dia jatuh adalah kerajaan Fallen Rainbow.

Merasa cukup dengan informasi tersebut, Vheena meminta makanan dan jubah untuk menutupi wajahnya karena takut akan hal yang tidak diinginkan lalu pergi meninggalkan desa tersebut. Merasa jika tinggal di desa tersebut dengan berpura-pura menjadi abadi akan melelahkan, dia kembali memasuki wilayah hutan yang aman dan cukup jauh dari desa tersebut serta membangun rumah kayu disana.

“Haah… cukup sudah dengan keluhan ini, lebih baik bagiku menutup tempat ini lebih awal daripada panas-panasan di siang hari ini.” Ungkap Vheena sambil membereskan barang dagangannya.

Selesai membereskan barangnya Vheena pergi meninggalkan sudut pasar yang sepi itu. Walaupun Vheena jarang pergi ke kota, dia cukup akrab dengan tata letak kota tersebut.

Selagi melewati jalan kecil di tempat sepi yang menurutnya jalan tercepat ke pintu gerbang kota. Mata Vheena tanpa sadar menoleh keseorang anak kecil berambut kusut pendek dan kurus kering seperti kurang gizi, serta memakai pakaian yang tidak layak seperti seorang pengemis.

Merasa kasihan melihat anak tersebut diapun mendekati anak itu ingin membagikan buahnya.

“Hey, sepertinya kamu lapar ini ada buah kalau kamu mau ambil saja.” Ungkap Vheena sambil mengeluarkan buah dan memberikannya ke Anak tersebut.

‘Daripada buah yang kubawa membusuk lebih baik jika kuberi beberapa kepada anak ini, tapi kenapa dia malah menatapku tajam?’ pikir Vheena sembari bingung melihat perubahan ekspresi anak  itu.

Anak itu menatap tajam Vheena seperti ingin tau apa niatnya, iapun menyerah menatapnya karena tergoda dengan buah yang ditawarkan Vheena. Tanpa basa-basi anak itu mengambil buah tersebut lalu memakannya dengan lahap seperti orang yang tidak pernah makan selama 3 hari.

Melihat anak itu tidak cukup makan hanya dengan 1 buah, Vheenapun membagikan semua buahnya kepada anak tersebut.
‘Cukup menyedihkan melihat anak kecil seperti ini kelaparan tanpa ada orang yang memberinya makan, aku jadi ingin tahu dimana orang tua anak ini sehingga membuatnya jadi seperti ini.’ Pikir Vheena sambil melihat anak itu dengan ekspresi sedih.

“Anak kecil kalau boleh tau dimana orang tuamu? Meli-“

“Aku tidak punya orang tua.” Balas anak itu dengan cepat sambil memotong pembicaraan Vheena.

Mendengar perkataan anak itu membuat Vheena terdiam untuk melanjutkan pembicaraan, mengingat di dunia lamanya dia tidak pernah melihat di depan matanya anak-anak terlantar yang selalu kelaparan. Terdiam cukup lama dia hanya bisa melihat anak itu menghabiskan makanannya.

Setelah menghabiskan makanan tersebut, anak itu membungkuk kepada Vheena lalu mengucapkan “Terima kasih”  karena buah yang dia berikan lalu pergi meninggalkannya.

Mendengar suara anak itu meyakinkan Vheena bahwa ia adalah seorang perempuan. Melihat anak kecil itu membuat Vheena membayangkan masa depan anak itu dengan buruk.

‘Aku takut jika dia terus tidak beruntung, nantinya dia malah akan menjual diri atau mati di gang sepi tanpa ada yang tau. Walaupun banyak anak-anak di dunia ini yang sama tidak beruntungnya seperti anak itu, setidaknya aku ingin membantunya.’

Seperti yang dipikirkan Vheena, di dunia dimana yang kuat berkuasa dan lemah ditindas. Banyak anak-anak tidak beruntung seperti anak ini yang jika tidak kuat pasti akan tersingkir dengan kelemahan mereka. Walaupun tidak semua orang bisa dibantunya setidaknya dia bisa membantu anak ini.

‘Jika aku membantunya tanpa ada balasan pasti dia akan mencurigaiku mengingat kehidupannya yang keras, aku bisa membawanya untuk tinggal bersamaku dan menyuruhnya untuk membantuku. Mungkin dengan ini dia tidak akan mencurigaiku.’ Pikir Vheena.

“Gadis kecil! Hey! Tunggu dulu! Dengar… kalau kamu memang tidak memiliki orang tua atau siapapun, kamu bisa mengikutiku jika kamu mau.” Vheena mengejarnya sambil mengucapkan kata itu dengan nada ramah.

Anak itu berhenti mendengar perkataan Vheena, lalu dia menatapnya cukup lama dan berkata:
“Terima kasih sekali lagi dengan buah yang kamu berikan, cuma aku tidak bisa mengikuti orang mencurigakan sepertimu yang menutupi wajahmu tanpa bisa kulihat. Nenekku bilang jauhi orang yang mencurigakan walaupun dia berbuat baik di awal.”

Mendengar balasan anak itu membuat Vheena bingung untuk menjawab, berpikir sebentar diapun mengumpulkan tekad lalu melihat sekeliling untuk mengetahui apakah sepi dan Vheenapun melepaskan tudung kepalanya untuk memperlihatkan wajahnya kepada anak itu.

“Lihat gadis kecil, aku bukan orang mencurigakan bukan? Jadi apakah kamu masih mau mengikutiku?” balas Vheena penuh dengan perasaan ramah.

Melihat wajah Vheena membuat anak itu terkejut dengan mulut dan mata terbuka lebar. Terkejut cukup lama tanpa menjawab pertanyaanya, anak itupun sadar kembali dan berpikir dengan keras. Iapun sampai pada suatu kesimpulan lalu  berbicara keras kepada Vheena dengan ekspresi penuh semangat.

“Nona! Tidak! Guru! Tolong jadikan aku muridmu!!!” Teriak anak itu.

‘Ehhhh….’

Menjadi Guru Terkuat Dengan Murid Yang Jenius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang