Syuting drama terbaru yang dibintangi Gibran dan para rekan artis telah selesai. Meski bukan selalu jadi pemeran utama, popularitas seorang Gibran juga tak bisa dipandang sebelah mata. Dalam drama itu ia berpasangan dengan Bella, sebagai pasangan yang pernah menjalin tali kasih asmara.
Hari masih sore, di sebuah hotel ternama pada tepian kolam renang, Gibran dan Bella diminta untuk menyapa para penggemar melalui siaran langsung, pada akun W resmi agensi yang menaungi mereka berdua. Bukan hanya mereka berdua, ada pemeran utama pria dan wanita juga bersama mereka.
Bella berdandan cantik, demi bertemu dengan Gibran. Ia memiliki rambut panjang yang kerap ditata mengembang indah seperti kupu-kupu. Aroma wangi semerbak tercium dari tubuhnya, juga dari rambutnya. Pesona seorang Bella sering membuat para pria tenggelam dalam keindahan mahakarya sang pencipta, namun tidak bagi Gibran.
Dandanan Bella terlihat lebih heboh dari sang pemeran utama wanita, yang terlihat anggun dalam polesan makeup tipis.
Duduk berdekatan, saat siaran berlangsung Bella hendak menggenggam jemari Gibran, lekas pria itu merapikan kerah bajunya, menghindari sentuhan Bella. Tak ingin Bella melakukan aksinya lagi, Gibran berpura-pura mengambil air minum.
"Gibran dan Bella bersikap romantis." Begitu tulisan pada papan yang dipegang salah satu staf.
Gibran langsung bicara pada asisten sutradara, bahwa hal itu tak ada dalam pembahasan mereka sebelum siaran ini dilangsungkan. Lagipula, Alasan ia menerima peran dalam drama ini karena ia dan Bella adalah pasangan yang telah lama berpisah. Hingga akhir drama tak ada kisah manis tentang mereka, yang itu menyatakan bahwa mereka tak akan beradu adegan romantis.
Jika dalam siaran langsung ini mereka harus membangun Chemistry indah nan manis, bukankah itu bertolak belakang dengan peran mereka di dalam drama! Yang selalu bertikai dan beradu argumen.
Gibran memang dikenal sebagi sosok anti keromantisan. Maka dari itu, ia lebih senang membintangi film horor atau drama komedi yang tidak mengharuskan dirinya bersentuhan mesra bersama wanita. Bukan sok suci, hanya saja ia tak terbiasa berinteraksi terlalu dekat dengan para wanita.
Usai melakukan tugasnya, para pemeran dan kru dalam drama terbaru itu hendak makan siang bersama, Gibran menolak. Ia mengatakan harus segera pulang untuk beristirahat, sebab keberangkatannya ke luar negeri sudah dijadwalkan.
Setelah pamit undur diri, bersama Anton ia meninggalkan area hotel.
"Gibran!" Suara seorang wanita mengentikan langkah dua pria itu.
Anton yang lebih dulu menoleh ke belakang, ternyata itu Bella.
Gibran mendengus kesal, apa lagi maunya wanita ini!
"Aku temani kamu istirahat, ya. Kita bisa pesan makanan dan makan bersama di rumahmu."
"Tidak perlu. Bi Anis sudah menyiapkan masakan di rumah, lagipula setelah itu aku ingin beristirahat, tidur." Sembari menggeser pintu mobil, kemudian ia masuk dan mendudukkan diri di kursi.
Sedangkan Anton, ia langsung menyala mobil, yang itu artinya kehadiran Bella tak mereka harapkan. Bella mendelik pada Anton, dan pria itu tak peduli padanya.
Tak menyerah begitu saja, Bella terus mencari alasan agar bisa ikut bersama Gibran"Saat kamu tidur aku bisa menemani Nuha bermain. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami bertemu."
"Nuha sudah ada yang mengurusinya."
"Siapa?" Bella langsung menyambar kata-kata Gibran.
"Aku mempekerjakan Syaza sebagai pengasuh Nuha. Kamu tau kan Nuha sangat menyukainya. Dengan begitu aku tak lagi pusing mendengar rengekannya, meminta dipanggilkan Syaza untuk teman bermain."
Bella diam sejenak, hatinya memanas. Dia melipat kedua tangan di dada dan mulai bicara dengan angkuhnya"Kamu yakin tante Adila akan menerima dia sebagai pengasuh Nuha? Dia hampir mencelakai Nuha karena teledor." Bella mengungkit masalah selai kacang yang sudah lama berlalu.
Menyilangkan kedua kakinya dengan santai, Gibran berucap"Alhamdulillah, mama menerima Syaza. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari satu kesalahan yang ia perbuat. Kita hanya manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan, Bella."
Sikap tegas Gibran membuat mundur langkah Bella. Lagi-lagi wanita biasa itu! Kehadirannya dalam keluarga Ahmad seolah tergeser begitu saja. Hal ini tidak bisa dibiarkan, ia akan mencari cara untuk menendang Syaza dari hidup Gibran.
Memandangi mobil yang membawa Gibran hingga hilang dari pandangan, barulah Bella meninggalkan area parkir. Hatinya kesal sekali, sebab usahnya mendekati Gibran mengalami kemunduran.
Sempat berhasil meluluhkan sikap dingin Gibran padanya, juga sempat bebas bertandang ke kediaman pria dengan manik bulat seperti boba itu, kini Bella harus menelan pil pahit, jalannya kembali pada titik awal, karena kehadiran Syaza.
"His! Apa sih bagusnya wanita itu!" Bella menggerutu dengan langkah menghentak.
***
Di tengah badai salju Mariana tetap datang ke apartemen Hans. Pria itu sedang demam, mungkin belum terbiasa dengan cuaca dingin di sini.
Mariana datang dengan banyak belanjaan, ia berniat memasak sup untuk menghangatkan tubuh Hans.
"Kenapa tidak menyalakan penghangat ruangan? Tubuhmu sepertinya belum terbiasa dengan cuaca di sini. Atau, penghangat ruangan ini rusak?"
Hans yang semula berada di kamar, kini merebahkan diri di sofa, sementara Mariana mulai sibuk di dapur. Ruangan itu cukup besar, dan hanya dinding kaca yang memisahkan area dapur dan ruang tamu. Mereka masih bisa mengobrol meski Hans berada di ruang tamu, sedangkan Mariana di dapur.
"Penghangatnya baik-baik saja. Hanya aku yang sering keluar, sibuk bekerja."
Mariana berdiri di muara dinding kaca dapur"Dan kamu tak memakai kantong penghangat di mantelmu?"
Kepala Hans menyembul dari balik sofa, ia tersenyum lebar.
"Ckckckck, tuan Hans ... perhatikan tubuhmu." Menggeleng seperti sedang mengomeli seorang anak kecil, anak kecil yang kepergok makan permen berlebih.
"Baik nona Mariana." Terdengar Hans melenguh. Membuat Mariana lekas menghampiri.
"Kenapa?"
Hans memegangi perutnya dengan posisi meringkuk.
"Hans ...." Mariana mulai panik.
Pria itu masih meringis.
Menggoyangkan tubuh Hans lebih keras"Hans ..., Hans Geraldo!" Hardik Mariana.
"Mariana sayang .... aku lapar," lirih Hans perlahan membenarkan letak duduknya.
"Aish! Kamu berlebihan! Aku pikir kamu kenapa-kenapa!"
Tersenyum lebar lagi, Hans memainkan dua alisnya agar Mariana tak mengomel.
Sembari berjalan menuju dapur lagi"Pertama berjumpa kupikir kamu pria berhati dingin. Ternyata jahil, suka mengerjaiku!"
"Kamu lucu ketika panik."
"Itu tidak lucu sama sekali, Hans!"
Hans terkekeh. Setelahnya ia izin untuk memejamkan mata pada Mariana.
"Hem, istirahatlah. Kalau hidangan sudah siap aku akan membangunkanmu."
Hans memejamkan mata, namun dalam keadaan itu dirinya membenarkan ucapan Mariana, sejak menjalin hubungan dengannya, ia sudah jarang murung.
Bahkan hatinya terasa hangat jika bertemu dengan Mariana. Pesan darinya pun kerap mengukir senyum di wajah Hans.
"Oh Tuhan .... apakah dia adalah jawaban atas doaku?" ucap Hans di dalam hati.
To be continued ....
Salam anak Borneo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Ayah
RomanceSyaza, seorang guru TK yang sedang berjuang untuk bertahan hidup. Sejak kehilangan kedua orang tuanya, dia hanya memiliki seorang paman saja sebagai tempat bersandar. Keinginan hati menganggap sang paman adalah orang yang dapat diandalkan, namun say...