"Selama bertahun-tahun di dunia hiburan, kenapa anda tak pernah mengambil peran utama dalam film atau drama romantis? Apakah karena anda yang menolak, atau memang belum ada tawaran untuk menjadi pemeran utama?"
Gibran nampak tenang menghadapi pewawancara untuk sebuah stasiun televisi. Meski tidak melakukan siaran langsung, tapi Gibran tetap memberikan pelayanan yang terbaik dalam bekerja.
Dia duduk pada sebuah sofa tunggal berwarna coklat tua berbahan kulit, sedangkan sang pewawancara duduk pada sebuah sofa tunggal lainnya. Wawancara ini khusus mengulik tentang kehidupan dirinya, jadi tak heran jika mereka menduduki kursi tunggal masing-masing.
Menanggapi pertanyaan tadi, Gibran tersenyum sebelum memberikan jawaban, "Bukan tidak ada tawaran untuk bermain dalam film atau drama romantis sebagai pemeran utama, saya ..." Ucapan Gibran menggantung. Membuat mereka yang berada di sana berdebar ingin segera mendengar jawaban darinya.
"Sejauh ini saya belum menemukan sesuatu yang menarik untuk menjadi pemeran utama film romantis."
"Sesuatu yang menarik? Bukankah berlakon dengan wanita cantik itu sangat menarik?" tanya sang pewawancara.
Gibran mengangguk kecil, "Ya, tapi ... jujur saja saya merasa canggung jika berdekatan dengan wanita."
Oh! Semua yang ada di sana lantas berseru tertahan, bisik-bisik mulai terdengar.
"Oh ya?" tanya sang pewawancara lagi, "tapi bagaimana dengan nona Bella? Bukankah dia satu-satunya wanita yang paling dekat dengan anda?"
"Bella, ya? Dia lebih cocok berteman dengan putri saya. Lebih tepatnya, yang memiliki hubungan dekat adalah Bella dan Nuha, putri saya."
Pewawancara itu menatap Gibran lekat dan spontan pertanyaan aneh terlontar dari mulutnya, "Gibran, anda ..." Tangannya seolah ingin mengungkapkan maksud dari pertanyaan yang ragu itu.
Sedikit memiringkan kepalanya menatap sang pewawancara, Gibran seolah bertanya dengan tatapan mata, "Hem?"
"Semua orang di sini pasti setuju bahwa Bella adalah wanita yang sangat menarik. Tapi, anda ... hanya menganggap dia sebagai teman putri anda? Meski kalian kerap terlihat bersama dalam beberapa acara?"
Mulai mengerti dengan pertanyaan yang mengarah pada hal tak masuk di akal, Gibran justru tertawa lebar, "Oh, oke! Oke! Kecantikan itu tak bisa diukur hanya dengan menilai keindahan wajah saja. Dan kecantikan tidak mengharuskan semua orang harus tertarik padanya. Satu lagi, tidak memiliki ketertarikan pada Bella bukan berarti saya tidak normal."
Semua yang ada di sana tergelak tawa, termasuk sang pewawancara, meski tawanya sedikit canggung.
"Lantas, wanita seperti apa yang menurut anda menarik?"
"Bukankah sebelum melakukan wawancara ini anda sudah lebih dulu mencari tahu tentang saya?"
"Ya, memang. Tapi informasi tentang wanita yang menarik di mata anda, kami tidak menemukan informasi tersebut."
Tersenyum simpul sembari mengangguk kecil, "Nampaknya kalian harus menahan rasa ingin tahu itu?"
"Kenapa?" tanya pewawancara cepat.
"Karena tidak ada yang tahu selain saya, maka biarkan informasi itu menjadi rahasia," ujar Gibran masih menebar senyuman.
"Oh, ayolah, Gibran!"
"Bukankah itu menarik? Membiarkan rahasia menjadi rahasia saja," ujar Gibran lagi.
Semua yang ada di sana kembali berbisik-bisik, mereka terdengar kecewa. Tapi menurut perjanjian yang telah mereka tandatangani, Gibran berhak menolak menjawab jika dia tak bersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Ayah
RomanceSyaza, seorang guru TK yang sedang berjuang untuk bertahan hidup. Sejak kehilangan kedua orang tuanya, dia hanya memiliki seorang paman saja sebagai tempat bersandar. Keinginan hati menganggap sang paman adalah orang yang dapat diandalkan, namun say...