Syaza part 36

189 5 0
                                    

Sehari sebelum keberangkatan Gibran ke luar negeri, Nuha mengajak Syaza untuk bermain di taman kota. Ia bilang merindukan tempat itu, tempat ia dan Syaza kerap menghabiskan waktu berdua.

Kedatangan mereka disambut banyak anak seusia Nuha. Rasa senang meliputi gadis kecil itu, ia mempersilakan sang bunda untuk duduk beristirahat, sedangkan dia bermain bersama anak-anak yang lain.

Suasana taman cukup ramai, sebab ada banyak jajanan dan spot menarik untuk berfoto atau sekedar nongkrong di tepi trotoar.

Syaza memilih kursi taman yang tak jauh dari area bermain Nuha. Bibirnya tak henti tersenyum melihat Nuha yang sedang asik bermain. Rasa sayangnya terhadap Nuha sungguh tak main-main, Nuha gadis kecil yang comel dan menggemaskan, juga perhatian dan patuh padanya. Bagaimana hatinya tidak jatuh cinta, sebab pribadi Nuha yang begitu baik.

Sebelumnya Nuha yang memiliki rambut panjang kerap memamerkan helai-helai indah itu ketika keluar rumah. Kini setelah Syaza resmi menjadi bundanya, ia mulai mengikuti gaya berpakaian Syaza. Ia merengek kepada Gibran untuk diberi izin berbelanja pakaian yang longgar dan menutup aurat.

Pada awalnya Gibran menanyakan niat sang putri berbelanja pakaian baru yang menutup aurat.

"Bunda Syaza terlihat anggun dengan pakaian menutup aurat, juga dengan kerudung panjang. Nuha juga mau cantik seperti bunda."

Jawaban yang membuat Gibran mengangkat kedua alis, ia tak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti itu dari bocah berusia 6 tahun.

Dengan senang hati Gibran memberikan kartu kredit miliknya kepada Syaza. Selain untuk keperluan Nuha, ia juga memberi kebebasan pada Syaza untuk menggunakan kartu itu.

"Heh! Jangan melamun."

Memerhatikan Nuha membuat Syaza terkejut akan kedatangan seseorang.

"Aish! Zein! Ucapkan salam jika bertemu sesama muslim!" Syaza langsung mengingatkan sang paman.

"Paman Zein. Ingat, aku lebih tua darimu." Ia mengambil duduk di sebelah Syaza.

"Dih, sama Adrian saja aku panggil tanpa embel-embel paman. Apalagi sama kamu. Ingat, kita seumuran. Kamu lebih muda dari Adrian."

"Tapi aku paham kamu!" Seenaknya Zein menjitak kepala Syaza.

Wajah wanita itu seketika memerah, ia mendengus pada Zein "Oh, oke! Jadi maunya main fisik."

Jemari lentik Syaza terlihat kecil, orangnya pun memiliki tinggi tak seberapa. Tapi jangan anggap remeh jemari kecil itu, saat mencubit lengan Zein ia mampu membuat sang empu mendesis menahan sakit.

"Sakit!!"

Syaza tertawa melihat Zein yang kesakitan. Salah sendiri, kenapa main tangan duluan.

"Aku balas!"

"Coba!" tantang Syaza.

Yah ... Zein tidak tega jika harus menyakiti Syaza. Ia hanya berlagak hendak memukul kepala Syaza, namun urung dia lakukan.

Syaza kembali tertawa, ia tau Zein tak seburuk itu.

Interaksi manis mereka ternyata menyita perhatian seseorang. Sejak tadi Bella yang tak sengaja lewat meminta supirnya untuk putar balik, saat melihat Syaza dan Nuha di taman bermain.

Sungguh momen yang sangat Bella nantikan, melihat Syaza bercanda gurau dengan pria asing, ia langsung merekamnya menggunakan ponsel.

Beberapa menit kemudian rekaman itu telah sampai pada Gibran. Jelas sekali ia hendak memprovokasi pria pujaan hati itu. Dalam video itu wajah Zein tak nampak jelas. Gibran sempat memanas melihatnya.

Istri Untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang