Mengenai kediaman yang akan diberikan Claudia kepada Syaza dan Gibran, pasangan ini memilih kediaman yang cukup sederhana.
Sederhana? Hunian dengan tiga lantai, dua badan hunian dan 1 roof top yang didekorasi untuk bersantai. Menikmati waktu santai di lantai paling atas itu pasti sangat menyenangkan. Rumah itu juga memiliki kolam renang, taman dengan banyak tanaman hias dan ayunan. Di bagian samping halaman terdapat kolam ikan, Nuha pasti senang memberikan ikan-ikan itu makanan. Jadi, hunian itu apakah pantas disebut sederhana? Tentu tidak, kan?
Tapi, dari sekian pilihan yang ditawarkan Claudia, hanya rumah itu yang terlihat lebih sederhana dibanding rumah yang lain. Pada awalnya Gibran enggan menerima, tapi Syaza yang sudah pernah menolak tawaran itu mengatakan bahwa Claudia tak menerima penolakan.
Terlebih, rumah itu tak jauh dari rumah sang nenek, itu juga menjadi pertimbangan mengapa mereka memilih rumah tersebut.
Jika Syaza mendapatkan hadiah yang mewah untuk pernikahannya, lantas bagaimana dengan Adrian? Bukankah dia juga seharusnya mendapatkan sebuah hadiah atas pertemuan kembali dengan sang ibunda?
Claudia bukan tak pernah menawarkan bermacam hadiah untuk Adrian. Mulai dari pembangunan kembali rumah yang ditinggali Syaza dan Adrian sebelumnya, atau menawarkan rumah baru kepada Adrian, juga menawarkan posisi yang bagus untuk Adrian dalam perusahaan mereka. Semua itu Adrian tolak!
Setelah Hans pergi ke luar negeri, Adrian resmi menjadi pengangguran. Zein, sebagai adik yang tak ingin jauh-jauh dari abangnya, menawarkan bisnis yang dibangun mereka berdua.
"Aku tak punya uang, jangan mulai bertingkah dengan pamer uang padaku!" ujar Adrian. Kala itu Zein ingin mengajaknya membuka sebuah cafe. Hal ini Zein katakan sebelum Syaza dan Melia hendak memulai bisnis mereka, dan hingga saat ini Adrian masih enggan memulai bisnis yang ditawarkan Zein.
"Aku sebagai pemodal, abang sebagai pengelola. Ini bukan masalah mau pamer uang, aku hanya ingin berbisnis dengan abang. Biar pertemuan kita tak melulu tentang minum alkohol dan memakan cemilan."
"Aku tidak mengajakmu, kamu sendiri yang mengekoriku seperti tupai. Sudahlah! Aku sudah cukup nyaman dengan hidupku!" Adrian sungguh tak berminat dengan rencana Zein.
Kini, acara pembukaan galeri busana Syaza dan Melia telah dimulai. Pada hari-hari sebelumnya mereka telah merekrut beberapa karyawan tapi hanya perempuan saja. Para karyawan itu menyebar brosur yang berisi promo pada pembukaan galeri mereka. Selain itu, Melia juga melakukan promosi pada akun media sosial miliknya.
Ada banyak orang berbondong-bondong mendatangi galeri mereka yang diberi nama Galeri SyaLia, gabungan dari nama Syaza dan Melia.
Mulia dari pakaian gadis-gadis muda hingga orang dewasa, memenuhi setiap sudut ruangan galeri tersebut. Selain pakaian, mereka juga menjual tas, sepatu, sendal dan aksesoris wanita yang terletak di lantai 2 galeri.
Dada Syaza rasanya akan meledak, melihat antusias para pembeli. Mereka menjual dengan harga miring tapi kwalitas barang mereka bukan kaleng-kaleng. Tentu hal ini yang menjadi daya tarik utama mereka diserbu para pembeli.
Gibran sudah mendapatkan hari liburnya, namun saat ia hendak bertandang ke galeri tersebut, Syaza menolaknya dengan tegas, "Big no!!"
Sebuah jawaban melalui pesan singkat yang melukai hati Gibran. Ia sudah berdandan rapi dan wangi saat mengirimkan pesan tersebut. Namun Syaza sangat jelas tak menerima kedatangannya.
Anton tengah mengobrol dengan tukang kebun di kediaman Gibran dan Nuha. Saat Gibran keluar dengan wajah masam dari kediamannya, Anton mulai merasakan hawa-hawa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Ayah
RomanceSyaza, seorang guru TK yang sedang berjuang untuk bertahan hidup. Sejak kehilangan kedua orang tuanya, dia hanya memiliki seorang paman saja sebagai tempat bersandar. Keinginan hati menganggap sang paman adalah orang yang dapat diandalkan, namun say...