11

804 49 1
                                    


🥂 HAPPY READING 🥂

"Don't forget to leave a comment and vote!"


⚠️🌚⚠️


Tanpa sadar, mereka berdua mulai mendekat. Limario bergerak perlahan, wajahnya kian tak berjarak. Ruby pun menutup sela di antara mereka, saling terpejam, dan desiran hasrat yang selama ini tertahan kini tak bisa lagi dibendung.

Jarak di antara mereka semakin tipis, bibir mereka akhirnya bersentuhan. Ada detik-detik sunyi yang terasa panjang, seakan dunia terhenti. Limario bisa merasakan bibir Ruby, hangat dan sedikit gemetar di atas bibirnya. Perlahan, ia memiringkan kepalanya, menunggu isyarat dari wanita itu.

Pun Ruby merasakan getaran yang menguncang dadanya saat bibir mereka bertemu, sedikit ia memiringkan wajahnya. Sentuhan pertama terasa sehalus sutra, pelan, ragu-ragu, seperti sedang menguji apakah mimpi ini benar-benar terjadi. Apakah ini Limario yang dulu ia mau?

Perlahan, Limario menarik diri, cukup hanya untuk melihat reaksi Ruby yang masih memejamkan mata, diam tak bergerak.

Ruby membuka matanya, meraskaan kehilangan saat sentuhan bibir Limario tidak berada pada bibirnya. Pandangannya bertemu dengan mata Limario yang sarat dengan kerinduan dan keinginan.

"Jane, kau tahu... jika aku mulai, aku tak akan bisa berhenti," bisik Limario, suaranya serak. Ia tidak ingin ada keterpaksaan saat mereka melakukannya. Cukup waras untuk menahan diri jika ini dianggap terlalu jauh.

"Dan aku tidak ingin kau berhenti, Lim."

Untuk sesaat, Limario terdiam, memastikan kata-kata itu nyata atau tidak. Lantas perlahan mendekat lagi dia. Kali ini, mengecup bibir Ruby dengan lebih lembut, mengulur waktu, ingin merasakan setiap detik yang terlewat. Jemarinya meluncur di sepanjang rahang Ruby, menyentuh kulitnya dengan sentuhan yang hati-hati.

Ruby pun merespons dengan perlahan, membalas ciuman itu dengan sentuhan yang hangat. Ada kerinduan yang mendalam dalam setiap tarikan napas mereka, dalam setiap gerakan bibir yang menyusuri satu sama lain, mencari kehangatan yang hilang selama bertahun-tahun.

Limario memiringkan sedikit kepalanya, memperdalam ciuman itu, menyusuri bibir Ruby dengan sentuhan penuh kasih sayang. Ia ingin menyampaikan semua yang tak terucap selama ini, semua penyesalan dan perasaan yang masih tersisa lewat ciuman itu.

Dia menggigit bibir bawah Ruby dengan pelan, membuat sang wanita menghela napas, terkejut sejenak, namun jelas menikmati sensasi itu kini. Ruby memahami sinyal itu, membuka sedikit bibirnya, membiarkan lidah mereka bertemu dan saling menjelajah, mencoba mencari rasa yang sudah lama hilang.

Setiap gesekan kecil di antara mereka membawa kenangan lama yang tiba-tiba menyeruak, membuatnya semakin menggila dalam ciuman itu. Tangan Limario bergerak perlahan kini ke belakang leher Ruby, menariknya lebih dekat, memperdalam pagutan mereka, tak lagi ingin kehilangan sang wanita.

Tangan Ruby yang semula gemetar kini bergerak ke dadanya, merasakan detak jantung Limario yang berpacu, mengikuti irama dari ciuman mereka. Pun dia merasakan hal yang sama. Ada rasa tak terungkap yang meledak di antara mereka-rindu yang tertahan, hasrat yang tak bisa lagi dihentikan.

Kacau. Mabuk. Candu. Tak terkendali. Semakin menggebu kini, tangan Limario menyusuri punggung Ruby, menelusuri lekuk tubuhnya, menariknya lebih dekat ke dadanya, merengrengkuhnya erat di antara decapan bibir mereka yang bergema di kamar itu.

Paris NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang