🥂 HAPPY READING 🥂"Don't forget to leave a comment and vote!"
***
Kala itu, malam di Los Angeles terguyur oleh derasnya hujan, dan dingin menusuk tulang. Tetapi di dalam apartemen Limario, kehangatan dan ketenangan melingkupi ia dan Ruby. Suara gemericik hujan tak sedikit pun mengusik suasana hati mereka berdua.
Tengah duduk Limario di meja makan, pandangannya tak lepas dari Ruby yang sedang sibuk menyiapkan steak di dapur. Wanita itu bersenandung pelan, menciptakan melodi yang hanya Limario yang bisa mendengarnya. Senyum kecil menghiasi wajahnya. Kebiasaan Ruby yang selalu bersenandung saat memasak tak pernah berubah, dan setiap gerakan wanita itu selalu berhasil membuat hatinya terisi rindu yang manis.
"Steak nya sudah siap," ujar Ruby memberitahu sekaligus meletakkan daging empuk yang baru selesai dimasak itu ke atas piring.
"Yey!" seru Limario penuh semangat, bak anak kecil yang tak sabar menanti.
Tawa ringan keluar dari bibir Ruby tatkala ia membawa piring-piring ke meja, menoleh pada wajah Limario yang tampak begitu polosnya, penuh kegembiraan.
Tatkala Ruby mendekat dengan piring di tangannya, Limario segera berdiri lantas menarik kursi agar Ruby bisa duduk dengan nyaman. Sikapnya yang manis seperti itu yang selalu membuat Ruby tersenyum.
"Terima kasih, Lim."
"Anything for you," jawab Limario dengan tatapan hangat yang hanya diperuntukkan bagi Ruby.
Sedikit menjijit Ruby agar bisa ia memberi Limario ciuman singkat di bibir, sebuah sentuhan yang begitu sederhana tetapi begitu berarti.
"Duduklah. Aku akan menyuapi bayi besarku ini," ledek Ruby sambil tersenyum.
"Hei, aku bukan bayi..." sahut Limario, berpura- pura tersinggung meski senyuman kecil di wajahnya tak bisa ia sembunyikan.
"Benarkah? Tapi kau begitu manja padaku, selalu saja menempel," balas Ruby dengan mata berkilat nakal.
"Itu karena aku suka saat kau memperhatikanku," jawab Limario pelan, tatapannya begitu teduh juga tulus. Sengaja menunjukan wajah cemberutnya dengan menekuk bibir. Bersama Ruby, ada rasa nyaman yang hanya ia temukan pada wanita itu.
Kini Ruby tertawa kecil, senang melihat reaksi Limario yang selalu tampak seperti itu di hadapannya. "Baiklah," gumamnya sambil mengambil pisau dan garpu, memotong steak itu menjadi potongan kecil.
Limario duduk dengan tenang, menunggunya, dan di saat yang sama menikmati setiap detik perhatian yang diberikan Ruby.
Tatkala Ruby akhirnya mengangkat garpu dengan potongan daging di atasnya, Limario membuka mulut, siap untuk disuapi. Tetapi, dengan sedikit nakal, Ruby justru menggerak-gerakkan garpu itu di udara, berputar-putar seolah pesawat mainan.
"Pesawat lepas landas..." ujarnya sambil menahan tawa.
Limario menekuk bibirnya, pura-pura kian merajuk. "Janeee..." ia merengek pelan, matanya menatap Ruby dengan ekspresi yang membuat hati wanita itu meleleh.
Tak kuasalah Ruby menahan tawa, matanya berbinar penuh kehangatan. "Lihat, kan? Kau memang bayi besar. Hanya sedikit ledekan saja sudah membuatmu seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris Nights
FanficSetelah perceraian mereka yang pahit tujuh tahun yang lalu, Limario Bruschweiler dan Ruby Jane bertemu kembali di Los Angeles, ketika perusahaan mereka tidak sengaja menjalin kerjasama. Pertemuan ini penuh ketegangan karena sakit yang belum usai dan...