40

294 56 12
                                    


🥂 HAPPY READING 🥂

"Don't forget to leave a comment and vote!"

***

Pada akhirnya, Ruby memaklumi permintaan Irene yang menginginkan waktu satu hari bersama Limario. Mereka butuh penutupan yang layak untuk hubungan yang pernah mereka jalani. Hal serupa juga dirasakan oleh Ruby, yang hari ini berusaha menguatkan diri untuk bertemu dengan Jongin, dan memindahkan barang-barangnya dari rumah masa depan mereka. Rumah yang seharusnya mereka tempati bersama setelah menikah.

Meskipun berat, Ruby tahu ia harus menghadapi Jongin. Hubungan mereka dimulai dengan baik-baik, dan Ruby ingin mengakhirinya dengan cara yang sama, walaupun kini segalanya terasa lebih rumit. Jongin, yang selama ini menjadi sandarannya, masih menatapnya dengan lembut. Tatapan yang dulu menghangatkan hatinya, kini terasa seperti beban. Betapa menyakitkan baginya harus mengakui bahwa ia telah menjalani hubungan di belakang pria itu bersama Limario.

Sementara itu, Jongin hanya diam, memperhatikan Ruby yang sibuk menyusun barang-barangnya. Jisoo turut membantu Ruby mengepak barang-barang dan memasukkannya ke dalam mobil. Tak banyak Jongin bicara sejak keputusan ini dibuat, tetapi kehadirannya tetap ada disana.

"Semuanya sudah siap," ucap Jisoo dari ruang tamu, menyela keheningan yang seakan merajai suasana. Ruby mengangguk, mengalihkan pandangan dari Jongin yang masih duduk diam. Ia tahu bahwa Jongin pantas mendapatkan penjelasan lebih, mungkin sebuah pengakhiran yang lebih baik. Sama seperti Irene yang memohon waktu sehari bersama Limario untuk menyelesaikan semuanya, Ruby juga merasa butuh mengakhiri kisahnya dengan Jongin secara baik-baik. Mereka memulai semua ini dengan cinta dan komitmen, meskipun akhirnya tak bisa mempertahankannya.

Tatkala Ruby mencoba mengangkat sebuah kotak kontainer yang berat, Jongin tiba-tiba berdiri di sebelahnya. "Biar aku bantu," ucapnya, nadanya tetap lembut seperti biasa. "Kau sedang hamil, Ruby. Jangan terlalu lelah," lanjutnya dengan perhatian yang membuat hati Ruby semakin berat.

Ruby menatapnya sekejap, merasakan ada gemuruh di dadanya. Jongin, pria yang seharusnya menjadi suaminya, pria yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati, kini berdiri di hadapannya, tetap peduli, meski ia tahu betul bahwa Ruby mengandung anak dari Limario. Senyumnya yang tipis berusaha menghapus kekosongan di antara mereka, tetapi sulit. Meskipun semuanya telah berubah. Jongin tetap memperlakukannya baik.

"Terima kasih, Jongin," katanya pelan, suaranya sedikit bergetar.

Jongin hanya tersenyum tipis, seolah memahami semua perasaan Ruby yang tak bisa terucapkan. "Tidak apa-apa," jawab Jongin akhirnya. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."

Keheningan menyelimuti mereka lagi. Ruby merasakan kesunyian itu lebih tajam daripada kata-kata. Tatkala semua barangnya sudah selesai dipindahkan ke dalam mobil, Ruby merasa dadanya semakin sesak. Ini bukan sekadar berpisah dengan Jongin, ini adalah perpisahan dengan segala impian dan harapan yang pernah mereka bangun bersama.

Tatkala ia hendak melangkah pergi, Jongin tiba-tiba berkata, "Ruby... jika kau butuh sesuatu, apapun, jangan ragu untuk menghubungiku."

Ruby menatapnya. Ada sesuatu yang begitu dalam di mata pria itu, sesuatu yang membuatnya hampir ingin menangis. Tetapi, ia menahan air matanya, mengangguk perlahan.

Jongin pun terlihat terpaku di depan mobil, tatapannya tak lepas dari Ruby. Dari ekspresi wajahnya, tampak jelas ia menahan diri untuk tidak mengucapkan salam perpisahan yang penuh emosi, berusaha keras untuk tidak menangis. Sungguh, di antara mereka tak pernah terjadi masalah besar. Tiap masalah yang ada selalu diselesaikan dengan baik-baik. Tapi tiba-tiba, segalanya berubah begitu cepat dan tak terduga. Kemarin, Ruby masih ada di sisinya, pria itu memeluknya erat, tetapi sekarang, Ruby bukan siapa-siapa lagi dalam hidupnya. Perasaan itu begitu menyakitkan.

Paris NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang