36

328 36 11
                                    


🥂 HAPPY READING 🥂

"Don't forget to leave a comment and vote!"

***

Terbangun Ruby pagi itu, merasakan sentuhan pada rambutnya, belaiannya penuh kasih sayang. Dalam dekapan Limario, yang menginap malam sebelumnya setelah pergulatan panas mereka untuk kedua kalinya setelah memastikan Jongin pulang, Ruby tertidur sangat lelap. Kini, kepalanya yang bersandar pada dada Limario dapat merasakan debaran jantungnya, berdenyut teratur seperti irama pagi yang menyambut. Begitu menenangkan.

Ia mengangkat kepala, menoleh ke arah Limario yang sejak tadi rupanya sudah terbangun, memperhatikannya dengan tatapan lembut.

"Good morning, honey," sapa Limario dengan senyum lebarnya.

"Morning," jawab Ruby pelan, sambil memanyunkan bibir, menginginkan ciuman selamat paginya. Limario pun tanpa ragu menundukkan kepala sedikit lantas memenuhi keinginan Ruby.

"Bagaimana tidurmu?" tanya Limario, suaranya masih terdengar serak, bercampur kehangatan.

"Selalu nyenyak setiap kali kau di sisiku," jawab Ruby jujur, bibirnya tersenyum.

Limario tertawa kecil, suara tawanya menimbulkan getaran lembut di dada yang masih menjadi sandaran Ruby. "Kau tahu betapa aku mencintaimu. Aku ingin setiap hari seperti ini, saat pagi datang, aku membuka mata dan melihatmu di sampingku."

Ruby tersentuh dengan ucapan Limario yang selalu berhasil menghangatkan hatinya. Tanpa berpikir panjang, ia tarik kepala Limario mendekat dan mendaratkan ciuman lembut di bibirnya. Tetapi, tak berlangsung lama ciuman itu, karena Limario dengan cepat melepaskannya. senyumnya masih terukir nakal di wajahnya.

"Aku bukannya tidak ingin menciummu lebih lama, tapi kau tahu, pagi hari membuat tubuhku sedikit... lebih aktif," ucap Limario dengan godaan. "Aku tak ingin membuatmu lebih lelah dari ini, meskipun aku ingin."

Ruby tak bisa menahan tawa kecil, lantas memukul dada Limario dengan manja. "Ya sudah, kalau begitu, kau mau aku buatkan sarapan apa?"

"Kau adalah sarapan kesukaanku," jawab Limario tanpa ragu.

"Lim..." Ruby memutar bola matanya, berusaha terlihat kesal. "Seriuslah, jangan bercanda."

Limario terkekeh pelan. "Apa saja yang kau buat, aku pasti suka," katanya, menyerah.

Ruby tersenyum kecil. "Baiklah, tunggu sebentar di sini. Aku akan membawa sarapan ke kamar. Jangan keluar, para penjaga rumah bisa curiga dengan kehadiranmu."

Limario mengangguk patuh, memperhatikan Ruby yang menyampirkan selimut dari tubuhnya dan turun dari ranjang tanpa busana. Langkah-langkahnya begitu santai ttakala ia mengambil pakaiannya. Tidak canggung atau apapun itu dengan tubuhnya seperti saat ini. Bagi Limario, pemandangan itu adalah kenikmatan tersendiri di pagi hari. Senyumnya semakin lebar, merasa beruntung bisa menikmati keindahan seperti itu begitu ia membuka mata.

Ruby yang sudah berpakaian, menoleh ke arahnya sekejap dan melemparkan senyum sebelum meninggalkan kamar. Limario hanya bisa memandangi pintu yang tertutup, merasakan debaran halus di dadanya, membayangkan betapa indah hari-hari ke depannya jika ia terus bersama Ruby.

Paris NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang