✩₊̣̇. Bab 9. Seseorang Yang Berhasil Lolos

103 13 19
                                    

╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Selamat Membaca♡

Hiduplah Di Sini, Hari Ini
Nyalakan Cahayamu Sendiri♡
╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Hiduplah Di Sini, Hari IniNyalakan Cahayamu Sendiri♡╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hamza, kamu tidak kerja?" suara Aura memecah fokus Hamza.

Hamza sontak menoleh ke arah jam tangannya. Pukul 10.30 menjelang siang. Ia tersentak. Biasanya ia sangat teratur. Bagaimana bisa ia melupakan jadwal kerjanya?

"Aku lupa," gumam Hamza sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Terima kasih sudah mengingatkan, Aura."

Dengan cepat, ia memutar otaknya untuk mencari solusi. "Emm, kalian ada rencana ke restoran hari ini?" tanya Hamza, mengarahkan pertanyaan itu kepada Aura dan suaminya, Kenzo.

Sejak beberapa tahun terakhir, Kenzo dan Aura merintis sebuah restoran kecil yang kini berkembang pesat. Mereka biasanya pergi ke sana setiap pagi untuk memastikan semuanya berjalan lancar.

"Tidak ada pekerjaan mendesak hari ini, kok," jawab Kenzo sambil melepaskan lengan Aura dari rambutnya. "Jadi kalau kau butuh bantuan, kita bisa menjaga rumahmu sambil mengawasi pembangunan perpustakaan."

Hamza menghela napas lega, menyadari betapa bersyukurnya memiliki mereka. "Aku sangat berterima kasih. Ini benar-benar membantuku."

Aura tersenyum lembut. "Sudah kewajiban kami untuk membantu. Apalagi perpustakaan ini buat Ratu, kan?"

Hamza tersenyum tipis, memikirkan betapa pentingnya perpustakaan itu bagi calon istrinya. "Ya, benar. Untuk Ratuku."

"Oh, iya, aku kepikiran ini dari tadi. Kok kau bisa dengan mudah mendapat izin dari kepolisian untuk mengakses dokumen-dokumen tentang kasus ini?" tanya Kenzo.

Hamza tersenyum jenaka, "Aku kan punya atasan."

Setelah mengatakan itu, Hamza berdiri dan bergegas menuju garasi sambil mengenakan blazernya. Sebelumnya, ia memasukkan berkas-berkas penting ke dalam tas kerjanya dengan gerakan yang cepat namun teliti, seolah sudah terbiasa dengan rutinitas yang padat.

Mobilnya meluncur mulus keluar dari halaman rumah, membelah pagi yang mulai hangat. Sambil memegang kemudi, pikirannya kembali ke perpustakaan yang sedang dibangun di samping rumahnya-sebuah hadiah sederhana untuk calon istrinya. Tapi di balik semua itu, Hamza tahu ia harus segera kembali fokus pada pekerjaannya dan penyelidikan yang belum selesai.

"Sial, dia sudah pergi, padahal aku masih mau bertanya," gerutu Kenzo.

━─━─━─≪✠≫─━─━─━

Keesokan harinya, di ruang kerja Adipati, suasana terasa mencekam. Di tengah ruangan, Adipati duduk di kursi besar dengan tumpukan dokumen di hadapannya. Sinar matahari sore masuk melalui jendela besar di belakangnya, menciptakan bayangan panjang yang menambah kesan tegang dalam ruangan. Ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu saat suara langkah kaki yang tergesa-gesa mendekat.

Sehembus Angin Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang