✩₊̣̇. Bab 22. Agamaku Adalah Cinta

83 11 21
                                    


     ╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮      
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Selamat Membaca...

     Jangan Lupa Bahagia♡    
╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Tidak lama, dari balik pintu, terlihat Ratu menyusuri setiap detail rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak lama, dari balik pintu, terlihat Ratu menyusuri setiap detail rumah itu. Ia meraba tembok berwarna krem dengan ukiran-ukiran rumit yang menghiasi sekeliling. Lukisan-lukisan futuristik tergantung di dinding, serta beberapa potret wajah asing yang tak dikenalnya. Saat menoleh dan melihat Daniel duduk di sofa, Ratu menghampiri, kemudian duduk di seberangnya. Tidak ada meja di antara mereka, hanya permadani mewah yang membentang di lantai.

Daniel menyunggingkan senyum miring ketika melihat Ratu mendekat. Persetan dengan Gio—yang terpenting sekarang adalah Ratu berada di genggamannya.

"Pak, sekarang jam berapa, ya? Saya belum sholat. Sepertinya saya tidur terlalu lama," ucap Ratu, sama sekali tidak mencurigai apapun, matanya masih sibuk menelusuri sekeliling, mencari jam dinding. "Sepertinya saya juga lupa membawa ponsel."

Daniel merogoh sakunya, kemudian mengeluarkan ponsel Ratu. "Ini ponselmu."

"Oh, terima kasih, Pak." Ratu mengulurkan tangannya untuk menerima ponsel itu, tetapi tiba-tiba Daniel menarik lengannya dengan kuat, membuat Ratu terjatuh ke dalam pelukannya.

Terkejut, Ratu buru-buru berdiri, menunduk sopan, dan meminta maaf, seolah-olah kejadian tadi adalah kesalahannya.

"Apa kamu tidak takut padaku, Ratu?" tanya Daniel sambil menatapnya penuh intensitas. Dia perlu memastikan satu hal lagi.

(Flashback lanjutan)

"Persetan, aku bisa melakukannya sendiri jika mau," gumam Daniel saat itu, mengabaikan Gio.

Dia menyalakan ponselnya untuk segera memulai rencana pulangnya. Namun, Gio lebih cepat. Lelaki bermata hazel itu menyodorkan selembar kertas.

"Aku menyalinnya dari laptop wanitamu," kata Gio, matanya berbinar penuh kemenangan.

Daniel melirik kertas itu dan terkejut. Kertas tersebut berisi bukti-bukti operasi ilegalnya. Dia membelalak dan cepat-cepat menoleh ke arah Gio.

"Masih mau menolak kebaikanku?" Gio tersenyum licik.

(Kembali ke waktu sekarang)

Ratu tersenyum canggung, bingung harus bagaimana merespons pertanyaan Daniel. Namun sebelum sempat menjawab, Daniel melanjutkan ucapannya, kali ini dengan suara yang lebih rendah, penuh misteri.

"Bukankah kau tahu siapa aku sebenarnya?" tanyanya dengan nada tajam.

Ratu tertawa renyah, mencoba menenangkan suasana yang mendadak terasa menekan. "Iya, saya tahu. Anda ayahnya Raga. Dan sekarang Anda adalah ayah saya juga, kan?"

Sehembus Angin Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang