✩₊̣̇. Bab 29. Kita, Sebelum Terluka (4)

57 9 15
                                    

     ╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮      
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Selamat Membaca...

     ⚠️Alur Mundur⚠️    
╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Tak lama setelah itu, suara motor terdengar berhenti di depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama setelah itu, suara motor terdengar berhenti di depan rumah. Aura dan Ratu menoleh ke arah pintu, penasaran siapa yang datang. Kenzo masuk kembali ke rumah, diikuti oleh seorang pria yang tampak familiar bagi Ratu.

Ratu, yang awalnya masih sibuk menikmati martabak yang dia ambil sepotong demi sepotong, hampir saja menjatuhkan makanan itu saat sosok pria di belakang Kenzo masuk.

"Assalamualaikum," suara berat yang dikenalnya terdengar. Itu Hamza!

Ratu tertegun sejenak, mencoba mencerna kenapa pria yang pernah ia temui dengan cara memalukan itu bisa ada di sini, di rumah Aura dan Kenzo. Hamza, yang tampak santai mengenakan jaket hitam kasual—berbeda dari penampilannya yang lebih formal saat di barak—juga jelas terkejut melihat Ratu. Namun, dia berusaha tetap tenang dan tersenyum tipis, walau tak bisa menutupi grogi di matanya.

"Waalaikumsalam," jawab Aura sambil berdiri menyambut mereka berdua. Dia tak menyadari ketegangan yang mendadak tercipta antara Hamza dan Ratu.

Kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, dengan Aura di depan Ratu dan Kenzo di depan Hamza, otomatis membuat Hamza dan Ratu duduk bersebelahan. Meskipun suasananya nyaman, ada rasa canggung di antara keduanya, yang masing-masing mencoba fokus pada Aura atau Kenzo untuk mengalihkan perhatian.

"Hamza, kenalin, ini Ratu. Sahabatku yang paling cantik!" Aura memperkenalkan mereka dengan senyum lebar. "Ratu, ini Hamza, sahabatnya Kenzo dari SMA."

Ratu dan Hamza saling mengangguk kikuk, meskipun wajah keduanya terlihat agak tegang. Hamza tampak seolah ingin bicara, tapi grogi, begitu pula dengan Ratu yang sama sekali tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Hamza dalam situasi yang serba kebetulan seperti ini.

Melihat kecanggungan itu, Kenzo tak tahan untuk tidak mengomentari, "Tak usah grogi begitu, santai saja."

Percakapan terus berlanjut, lebih banyak dengan Aura dan Kenzo yang saling bertukar cerita. Namun, baik Hamza maupun Ratu sesekali melirik satu sama lain, mencoba menenangkan pikiran yang bergejolak. Setiap kali mata mereka bertemu, mereka sama-sama cepat-cepat berpaling, seolah tak ingin ketahuan.

Setelah Hamza pulang, suasana menjadi lebih ringan. Namun, Ratu langsung mendekat ke Kenzo begitu Hamza keluar dari rumah.

“KENZO! TEMEN KAMU?!”

Kenzo yang baru saja menutup pintu, menoleh dengan ekspresi bingung. "Emm... iya?"

Ratu menggenggam tangannya di dada, perasaannya campur aduk antara malu dan penasaran. "Ceritain dong! Ceritain semua yang kamu tahu tentang dia!"

Sehembus Angin Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang