✩₊̣̇. Bab 47. The Bloodthirsty (2)

51 9 13
                                    

      ╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮      
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


  Selamat Membaca💫

  Jangan Lupa Bahagia💌
  Dan Biarkan Setiap Kata Yang Kalian
Baca Membawa Sedikit Banyak
Pelajaran Yang Mungkin Berguna 🌱

╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Malam itu, Ratu mendengar kabar dari adik Gevan bahwa ia belum pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Ratu mendengar kabar dari adik Gevan bahwa ia belum pulang ke rumah. Biasanya, Gevan sudah ada di rumah sekitar jam 8 malam, tapi sekarang sudah pukul 10 dan masih belum ada kabar darinya. Ratu mulai merasa cemas. Segera, ia memutuskan mencari Gevan ke kantornya.

Setibanya di kantor, Ratu bergegas menuju gerbang depan, di mana ia melihat Darwin. Dia baru selesai lembur dan masih mengenakan seragam kerjanya.

"Mbak Ratu? Ada apa?" tanya Darwin dengan nada serius, melihat wajah khawatir Ratu. 

"Saya cari Kak Gevan, Pak. Tadi adiknya bilang dia belum pulang. Apa mungkin masih di sini?"

"Dia udah pulang tadi, jam 8. Langsung ganti baju kasual, kirain mau ketemu mbak. Enggak, ya?"

Ratu menggeleng, "Nggak, kita belum ketemu hari ini. Saya juga nggak dengar kabar dari dia."

Darwin mengerutkan kening, berpikir sejenak. Kemudian ia segera masuk ke gedung, mencari petugas front desk yang mungkin melihat ke mana Gevan pergi setelah jam kerja.

"Pak, tadi pas Gevan keluar, dia bilang mau ke mana, gak?" tanya Darwin dengan nada serius.

Petugas itu menggeleng. "Enggak, Pak Dar. Tapi saya lihat dia keluar bareng Pak Rama sama anak-anak yang lain. Saya dengar mereka nyebut mau ke bar."

Darwin menatap petugas itu dengan raut serius, lalu mengangguk kecil. Ia tahu betul reputasi Rama dan teman-temannya—mereka sering ke lingkungan yang bukan tipe Gevan. Dengan firasat yang tidak enak, Darwin berpaling ke Ratu.

"Mbak Ratu, saya tau kemungkinan besar di mana Gevan sekarang. Tapi tempatnya… nggak seharusnya dia ada di sana."

Ratu menggigit bibir, cemas. "Saya ikut. Saya nggak akan tenang kalau nggak lihat langsung."

Setelah Darwin setuju, mereka bergegas. Darwin memilih untuk naik motor, sementara Ratu mengikutinya dengan mobil.

Di depan bar, Darwin meminta Ratu menunggu di mobil, tetapi setelah beberapa menit yang menegangkan, Ratu memutuskan masuk. Ia tak ingin berdiam diri. Ratu menyusul Darwin, yang saat itu sedang berhadapan dengan Rama dan teman-temannya di meja VIP.

"Darwin! Santai dulu lah, bro. Ini kan tempat santai," ucap Rama dengan senyum lebar, seolah tak ada masalah.

"Mana Gevan?" Darwin menggeram, matanya menyipit.

Sehembus Angin Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang