✩₊̣̇. Bab 20. Apa Kamu Sedang Bersama Ratu?

84 11 14
                                    

     ╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮      
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Selamat Membaca...

Mari Perjuangankan
     Yang Memperjuangkan    
╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Begitu membuka mata, Ratu mendapati dirinya berada di dalam mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Begitu membuka mata, Ratu mendapati dirinya berada di dalam mobil. Cahaya matahari yang redup menembus kaca, dan suara deru mesin yang stabil membuat suasana terasa tenang, namun asing. Matanya masih berat, tubuhnya lemas, seolah-olah ada sesuatu yang menahannya untuk sadar. Dia berusaha fokus, mengerjap beberapa kali.

Di kursi pengemudi, Daniel duduk dengan tenang, mengendalikan setir di jalan yang sunyi dan tak familiar. Senyum tipis tersungging di bibirnya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Kamu sudah bangun, Ratu?" tanya Daniel dengan nada lembut, terlalu lembut, seperti seorang ayah yang menenangkan anaknya dari mimpi buruk.

Ratu memandangnya dari kaca spion depan, kebingungan mulai merayapi pikirannya. "Loh, Pak Daniel? Ini... di mana ya?" Suaranya serak, matanya masih mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk.

Daniel hanya tersenyum tanpa menoleh. "Kita hanya jalan-jalan sebentar. Kamu bisa pulang nanti. Mau, ya?" katanya dengan santai, seolah-olah mereka tengah menikmati hari yang damai, meskipun kenyataan yang dialami jauh dari kesan damai.

Ratu mengerutkan kening, namun pikirannya masih kabur. Tidak ada alarm yang menyala di dalam benaknya. Semuanya terasa kabur, hampir seperti mimpi. "Oh... jalan-jalan?" ulangnya, suaranya lemah.

"Iya, sekadar refreshing," jawab Daniel dengan nada yang tetap tenang. Meski begitu, di balik nada suaranya yang ramah, ada sesuatu yang mengusik—sesuatu yang tidak bisa dirasakan Ratu dalam kondisi setengah terbius.

Ratu menatap keluar jendela, tapi matanya kembali memberat. "Kalau begitu. Biar saya temani mengobrol, Pak," ucapnya pelan, berusaha melawan kantuk yang terus menyerangnya.

Daniel menghela napas ringan, tatapannya tetap lurus ke jalan. "Tidurlah lagi. Nanti aku bangunkan saat kita sudah sampai."

Ratu menolak, ingin tetap terjaga, tapi tubuhnya tak lagi bisa melawan. Dalam hitungan detik, ia kembali terlelap, terperangkap dalam kelelahan yang tak tertahankan. Mobil terus melaju di jalan sepi, dan senyum misterius Daniel tetap terjaga.

━─━─━─≪✠≫─━─━─━

Hamza melangkah masuk ke ruang pengadilan dengan langkah mantap, meski begitu, pikirannya penuh dengan kekhawatiran yang bercampur aduk. Di tangannya, terdapat berkas tebal yang berisi bukti baru—bukti yang selama ini diabaikan oleh pihak berwenang. Ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk membuka kembali kasus kematian Raga dan membeberkan kejahatan Daniel.

Sehembus Angin Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang