✩₊̣̇. Bab 19. Ingat Dosa, Wahai Manusia

87 12 20
                                    

╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Selamat Membaca♡

We Are Not Perfect
But, We're Limited Edition
╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

We Are Not PerfectBut, We're Limited Edition ╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak Daniel biasanya tidak seperti itu. Begitu kamu datang, dia jadi lebih sinis. Dan tatapanmu saat melihatnya... tidak kalah tajam. Ada apa di antara kalian? Entah kenapa aku jadi teringat ayah. Beliau juga pernah bersikap begitu. Awalnya, kupikir ini hanya ketidaknyamanan biasa karena aku mungkin mengganggu percakapan mereka, tapi sekarang rasanya ada sesuatu yang lain. Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?"

Peka sekali kamu, Ratuku, Hamza berkata dalam hati.

Namun, sebelum Hamza sempat merespons, suara langkah kaki terdengar, dan tiba-tiba Aura serta Kenzo muncul. Aura langsung menghampiri dan memeluk Ratu erat-erat.

"Selamat, ya! Kamu pulang hari ini, kan?" tanya Aura dengan suara penuh semangat.

"Iya, alhamdulillah, aku bisa pulang hari ini," jawab Ratu, balas memeluk sahabatnya.

Aura melepaskan pelukan dan menatap Ratu dengan wajah ceria yang tidak bisa disembunyikan. Ada cahaya kebahagiaan di matanya yang membuat Ratu penasaran.

"Kamu terlihat sangat bahagia hari ini. Ceritakan padaku, apa yang membuatmu begitu bersinar?" tanya Ratu, mencoba memancing cerita dari Aura.

Aura tersenyum lebar sambil duduk di seberang Ratu, ditemani oleh Kenzo. "Kamu adalah bintang utamanya hari ini. Aku nggak mau mengganggu momenmu."

"Ah, ayolah! Ceritakan saja... Aku bisa melihat ada sesuatu yang luar biasa!" Ratu mendesak dengan senyum penasaran.

Aura tertawa kecil sebelum akhirnya membocorkan kabar baiknya. "Aku hamil," katanya, diiringi tawa kecil yang penuh kegembiraan. "Akhirnya aku akan jadi seorang ibu."

Wajah Aura bersinar penuh kebahagiaan, dan kalimatnya terasa sarat dengan kehangatan dan harapan.

Ratu tersentak sejenak, matanya membesar dengan penuh kegembiraan. "Alhamdulillah! Aura, ini kabar yang luar biasa!" Suaranya dipenuhi dengan antusiasme. Dia memeluk Aura lagi dengan erat, seakan berbagi kebahagiaan yang sama.

Hamza, yang masih duduk di sofa, tersenyum simpul mendengar berita itu, meski pikirannya masih tersangkut pada percakapan sebelumnya dengan Daniel. "Selamat, Aura," ucapnya, suara pelan tapi tulus.

Kenzo mengangguk sambil tersenyum lebar. "Terima kasih, Hamza. Kami sangat bersyukur."

Aura melirik Hamza, lalu kembali menatap Ratu. "Ini mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan," katanya dengan nada penuh haru. "Tapi aku tahu, kamu juga sedang dalam perjalanan menuju kebahagiaanmu sendiri. Aku bisa melihat itu."

Sehembus Angin Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang