╭━─━─━─≪✠≫─━─━─━╮
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمSelamat Membaca...
Sudah makan? Jangan Lupa
Makan, Ya...
╰━─━─━─≪✠≫─━─━─━╯Setelah Hamza memberikan perintah strategis, tim Bimva bergerak dengan kecepatan dan presisi tinggi, menutup akses bagi para bodyguard yang tersisa dan memperkuat posisi mereka. Ledakan flashbang dari Fahri memberi mereka keuntungan beberapa detik untuk mendekati lantai atas. Hamza tetap waspada, matanya tak pernah lepas dari setiap sudut yang bisa menjadi jebakan.
Sementara itu, Daniel dengan cepat menuju ruang persembunyiannya. Ruang tersebut dirancang khusus dengan pintu tersembunyi di balik rak buku besar, hanya bisa diakses melalui mekanisme rahasia yang dipicu oleh tombol kecil di balik salah satu buku. Begitu pintu terbuka, ia masuk ke ruangan sempit namun canggih, yang dilengkapi dengan berbagai perangkat teknologi dan dokumen-dokumen yang dikumpulkannya selama lebih dari dua dekade.
Di lantai bawah, Hamza memimpin timnya menuju ruangan tempat terakhir Daniel terlihat. "Dia ada di sini, saya yakin," ucap Hamza dengan nada tegas. Nalurinya mengatakan bahwa Daniel belum keluar dari rumah ini.
Faris, yang ahli dalam mengamati detail kecil, memperhatikan jejak yang aneh di lantai dekat rak buku. "Pak, lihat ini," bisiknya sambil menunjuk goresan di lantai yang menunjukkan rak itu baru saja dipindahkan.
Hamza mendekat, menatap rak buku tersebut. "Geser rak ini," perintahnya. Dua anggota tim segera mendorong rak, dan ketika rak itu bergeser, pintu rahasia pun terlihat. Hamza tahu mereka hampir menangkap targetnya, "Yogi, buka pintu. Fahri, siapkan granat asap," ucapnya, tetap waspada terhadap kemungkinan jebakan di balik pintu.
Begitu pintu terbuka, sebuah ruangan terungkap. Hamza masuk lebih dulu, dengan senjata siap di tangan. Ruangan itu penuh dengan peralatan teknologi. Di tengah ruangan, Daniel berdiri dengan sikap tenang.
Sebelumnya, Daniel menerima kabar dari rekannya yang langsung meredakan kepanikannya. Mereka mengatakan akan sampai besok pagi untuk menjemput Daniel dengan jet pribadi.
Kabar itu membuat Daniel merasakan kembali rasa kemenangan yang memabukkan. Daniel merasa angkuh, yakin bahwa dirinya selalu punya jalan keluar.
Daniel tersenyum sinis melihat Hamza. "Luar biasa. Prajurit khusus memang berbeda," ejeknya. Tanpa peringatan, Daniel melempar granat sungguhan ke arah Hamza dan tim Bimva.
Ledakan menghantam ruangan, membuat Hamza dan timnya segera berlindung. Di tengah kekacauan, Daniel berhasil melarikan diri.
Hamza bersiap mengejar, namun tiba-tiba rasa sakit yang luar biasa menjalar dari punggungnya. Ia merasakan nyeri tajam yang tak tertahankan, memaksanya berlutut di lantai. Wajahnya menegang, sementara tangannya mencengkeram punggungnya dengan kuat—penyakit OPLL yang dideritanya selama ini memburuk, dipicu oleh tekanan fisik dan mental dari operasi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehembus Angin Harapan [On Going]
ActionRatu, seorang wanita cantik berusia 28 tahun, baru saja menikah. Namun, ada sesuatu yang mengganjal tentang suaminya kali ini, Raga. Ia merasa ketakutan bahwa Raga mungkin akan bernasib sama seperti tiga suaminya yang terdahulu, yang meninggal dalam...