d u a p u l u h t u j u h

182 17 3
                                    

Saat ini keduanya sudah berada disebuah pantai yg begitu  indah, hawanya begitu sejuk, angin sepoi-sepoi menerpa wajah Amel, kini mereka sedang duduk menghadap air yang mengalir, Vino tidak berkata  apa-apa, sesekali ia melirik Amel yang sedang bermain pasir.

"Makasih ya Pak sudah mengajak saya kesini."

"Sebenernya saya sudah lama pengen berkunjung, bukan karena mau mengajak kamu" balasnya membuat Amel ingin sekali menendang Vino ke laut.

"Pak Vino kalau ngga ngeselin sehari aja kayaknya demam ya?"

Vino tidak membalas, pria itu justru tersenyum tipis, memang dasarnya Dosen killer 100 pintu.

"Saya mau tanya" ucap Vino dengan wajah serius.

"Tanya apa Pak?"

"Kamu sama Adam sedekat itu ya?

"Wajar lah Pak, kan kita sudah kenal lama."

"Firasat saya mengatakan Adam menyukai kamu."

"Maaf banget ini Pak, Bapak jangan bahas Kak Adam dulu ya, saya disini selain pengen bantu Bapak, saya mau menenangkan pikiran saya."

"Kenapa? Bingung milih saya atau Adam?"

Amel melirik sinis kearah Vino, bisa-bisanya kepedean banget jadi Dosen.

"Dih, pede banget ini orang tua."

"Banyak khasus Dosen dan Mahasiswi cinlok, kalau misalnya itu terjadi diantara kita, apa tanggapan kamu?"

Amel terkejut, karena Pak Vino menanyakan hal diluar prediksinya, sebenernya apa yang sedang Vino pikirkan.

"Sudah ya Pak Vino, ini sudah terlalu jauh. Kalau Bapak tidak memberi hukuman saya, mungkin kita tidak akan sering bertemu seperti ini Pak."

"Tapi kalau saya bilang, saya mulai nyaman sama kamu ketika liburan di Bandung waktu itu, gimana?"

Deg

Jantung Amel dibuat berdebar-debar tak karuan oleh Vino, Amel menelan ludahnya dan menatap serius Vino, begitupun sebaliknya, Vino juga menatap Amel lekat penuh kepastian. Wajah Amel menjadi panas ketika mata mereka terus beradu untuk bertatapan, sesekali ia membenarkan anak rambutnya yang menutupi matanya.

Dan tiba-tiba tangan Vino mulai mengarah ke wajah Amel, pria itu dengan telaten membenarkan rambut Amel yang menutupi wajahnya, lalu pria itu berkata.
"Saya tidak lagi mencoba menggoda kamu, tapi saya berbicara tentang fakta."

Amel mencoba menjauh, cewek itu membalas "Kita itu bagaikan langit dan bumi, jauh berbeda Pak. Saya cuma murid biasa dan Bapak adalah Dosen."

"Memangnya kenapa?"

"Gatau Pak saya bingung, lebih baik kita balik ke hotel aja Pak" ucap Amel, ia memakai tas yang sebelumnya ia taruh di tanah, lalu ia berdiri dan meninggalkan Vino yang menatap Amel dengan tatapan lesu.

Itu tandanya saya di tolak ya? Hahaha miris sekali. Gumam Vino lalu ia ikut menyusul dibelakang Amel.

——

Sehari setelah kejadian itu mereka tak lagi membicarakan hal-hal yang mengarah ke urusan pribadi, mereka hanya berbicara seperlunya saja, bahkan Amel memilih untuk pesan kamar lagi agar mereka tidak satu kamar, terlebih kejadian di pantai itu membuatnya masih bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi untungnya masalah pekerjaan Vino bisa teratasi.

Amel tengah berada di kelas, dengan suasana yang begitu berisik, tetapi anehnya cewek itu tidak merasa terganggu, ia hanya merebahkan kepalanya di meja dengan masih bertumpu tangannya, cewek itu sembari memainkan bolpoin yang ia pegang, kedua sahabatnya tidak terlihat karena biasanya mereka akan datang mepet.

KISAH CINTA AMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang