l i m a

1.2K 63 1
                                        

Amel sekarang sudah berada di rumah Jihan, mereka memang sudah janjian dari hari sebelumnya, biasanya ia nebeng bersama Dara kalau ingin ke rumah Jihan, kali ini Amel pergi sendiri menggunakan ojek online, ia tidak ingin naik mobil sendiri karena menurutnya sangat ribet, toh dia juga tidak akan lama dirumah Jihan, ia hanya ingin melihat keponakan kecilnya itu, sudah lama sekali ia tidak datang kerumah Jihan.

Amel mengetuk pintu yang langsung di sambut oleh Pak Dewa.

"Mau ketemu Jihan ya?" Tanya Pak Dewa.

"Iya Pak, Jihan ada kan?" Balas Amel.

"Ada kok di dalam, kamu masuk dulu, saya panggil Jihan, dia lagi sibuk ngurus Narendra yang lagi rewel."

Amel mengangguk lalu masuk kedalam rumah besar itu, ia berjalan kedalam dan memutuskan untuk duduk di sofa ruang tamu yang luas itu, lalu sesaat kemudian Jihan datang menghampiri Amel.

"Udah lama nunggu Mel?" Tanya Jihan yang benar-benar terlihat seperti sosok ibu yang sibuk mengurus anaknya, Jihan memakai daster dan rambut yang sudah acak-acakan, Amel paham sahabat nya ini pasti sibuk mengurus anak-anaknya, Amel sebenarnya juga khawatir karena semenjak Jihan sibuk dengan anak-anaknya mereka sudah jarang bertemu, bertemu pun hanya di kampus saja, itu pun Jihan tidak setiap hari masuk kampus, kadang Jihan harus daring.

"Oh engga Ji, gue baru aja sampai."

"Lo gk berangkat bareng Dara?"

"Engga Ji, gue naik ojek tadi kesini."

"Oalah yaudah, gue ambilin cemilan ya sama minuman, gue mau mandi dulu, dari pagi gue sibuk ngurus anak gue, rewel terus."

"Iya Jihan, gk usah buru-buru, gue gapapa nunggu disini."

"Thanks ya Mel" Ucap Jihan lalu wanita itu pergi.

Amel menyusuri matanya ke sekeliling ruang tamu rumah Jihan itu, ia sesekali tersenyum senang, melihat foto keluarga kecil Jihan, kadang Amel merasa tidak menyangka bahwa secepat itu ia melihat Jihan menikah, dulu Jihan sering sekali menghabiskan waktu bersamanya dan Dara, sekarang Jihan sudah tidak bisa sebebas itu, karena Jihan sudah memiliki keluarga kecil yang bahagia, Amel selalu berdoa semoga dirinya juga bisa memiliki kebahagiaan seperti Jihan, mempunyai suami yang sangat perhatian dan anak-anak menggemaskan, mungkin harta Jihan sekarang adalah suami dan anak-anaknya, membayangkan bagaimana dirinya kelak pun Amel sudah salting sendiri, tapi ia tidak bisa iri kepada Jihan, karena ia juga sudah memiliki Mami dan Abang yang menyayanginya, memiliki mereka didalam hidup Amel adalah suatu hal yang indah baginya.

Beberapa saat kemudian Pak Dewa membawakan beberapa cemilan beserta dua cangkir jus, Amel yang melihat Pak Dewa membawa semuanya sendirian pun mencoba membantunya.

"Sini Pak saya bantuin."

"Gk usah Amel, kamu duduk aja."

Dewa pun meletakkan semua cemilan dan minuman itu di meja.

"Sebenarnya gk usah repot-repot Pak, saya kesini hanya ingin melihat Narendra dan Jihan saja."

"Gapapa Mel, santai aja."

"Oh iya tumben bukan bibi yang ngambilin?"

"Dia lagi pulang kampung Mel, makanya hari ini kita berdua sangat kerepotan."

"Oh begitu ya Pak, saya bisa bantu juga kok jaga anak-anak Bapak."

"Kamu gk keberatan Mel?"

"Engga Pak."

"Saya boleh minta tolong jemput Naya kesekolah? Kebetulan ini udah waktunya Naya pulang."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam" balas Amel dan Dewa bersamaan.

Amel seketika lupa bahwa Pak Vino adalah sahabat baiknya Pak Dewa, ia sepertinya juga datang diwaktu yang tidak tepat hari ini.

"Nah kebetulan kamu disini Vin, tolong antar Amel untuk jemput Naya ya."

Mendengar ucapan Pak Dewa, seketika membuat Amel merinding sebadan, menjemput Naya saja Amel juga bisa sendirian, kenapa Pak Dewa malah menyuruh Pak Vino mengantarkannya, rasanya ia ingin pergi dari sini sekarang juga.

"Saya bisa sendiri kok Pak" tolak halus Amel.

"Gapapa aku antar, kebetulan aku juga kangen banget sama Naya" balas Vino, perkataan Amel tadi seperti tidak di gubris oleh kedua pria itu.

"Saya minta tolong ya Mel, saya mau kedalam dulu ngurus berkas-berkas saya" setelah mengucapkan itu, Dewa buru-buru pergi dari sana.

Dan ya, setelah kepergian Dewa, Vino dan Amel tetap berdiri disana, hawa canggung mulai memasuki ruang tamu itu, tidak ada yang beranjak maupun bersuara, mereka seperti menjadi patung hidup.

"Tunggu apa lagi? Kamu mau Naya lama nunggu jemputan?" Ucap Vino memecahkan suasana.

"I-iya ini mau jalan" balas Amel gagap.

Merekapun berjalan menuju mobil, walau hanya berjalan beberapa langkah, Amel sudah berpikir keras, bagaimana ia duduk nanti, ia harus duduk di samping kemudi atau di belakang?

Setelah sampai di mobil Vino, buru-buru Amel membuka pintu belakang dan duduk disana, Vino yang melihat Amel duduk di belakang sedikit kaget, Vino membuka pintu mobilnya, lalu masuk kedalam di bagian pengemudi.

"Kamu pikir saya supir pribadi kamu?"

Deg

Amel sedikit was-was, ia seperti memiliki trauma kepada dosen killernya itu, bagaimana jika nanti Amel di makan oleh dosen ganasnya itu.

"E-enggak enak Pak duduk di samping Bapak" ucap Amel bohong.

"Kenapa? Takut suka ya?"

Rasanya Amel ingin sekali memukul kepalanya dengan tasnya sekarang juga, ternyata selain killer Pak Vino juga pede tingkat tinggi.

"Pede amat sih Pak."

"Ya terus kenapa?"

"Saya takut nanti ketemu pacar Bapak di jalan, terus nanti saya di labrak, kan gk lucu Pak."

"Saya juga takut kalau gitu."

"Hah? Takut kenapa."

"Saya takut nanti ketemu pacar kamu di jalan, terus nanti saya di ajak adu jotos."

Menyebalkan sekali, dasar dosen killer jelekk!

"Apasih Pak, saya mah masih single, limited edition."

"Kalau kamu single, yang kemarin itu bukannya pacar kamu."

"Dih kepo banget sih, Bapak kemarin juga bawa PACAR Bapak kan" Balas Amel sambil menekankan kata Pacar.

"Dih kepo banget sih" ucap Pak Vino mengikuti Amel.

"Apasih Pak, ngikutin mulu!"

"Udah deh, kamu mau pindah kedepan atau mobil ini gk akan jalan sampai nanti?"

Dengan perasaan kesal dan jengkel, Amel keluar dari mobil itu, dan berpindah ke depan.

"Puas?"

Vino tersenyum melihat Amel kesal, rasanya melihat Amel seperti ini membuatnya semakin salah tingkah.

"Tunggu apa lagi? Nanti kalau Naya nunggu lama, Bapak mau?"

"Iya-iya, bawel banget" ucapnya lalu menjalankan mobilnya keluar pekarangan rumah Dewa.

"Biarin, wlee" balas Amel sambil menjulurkan lidahnya.

Senyum Vino kembali terlihat di bibirnya, tapi Amel tidak menyadari bahwa Vino tersenyum, rasa ingin memasukkan Amel ke karung, agar bisa ia peluk sepanjang waktu, sungguh bawel, cantik dan lucu baginya, hatinya tidak bisa berbohong jika ia suka melihat Amel kesal.

***

14 Maret 2024

KISAH CINTA AMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang