s a t u

2.6K 157 122
                                    

Amel Pov.

Ini gue Amelliza Fringka Ardilla gue adalah anak bungsu dari dua bersaudara, gue punya Abang yang gk ada duanya, dia bernama Raka, dia baik, sering dengerin gue curhat, pengertian banget sama gue, selalu jagain gue kalau Mami gue lagi dinas diluar negeri atau luar kota, Abang gue ini udah kerja, dia buka bisnis sendiri yaitu cafe, sebenarnya bisa aja Abang gue kerja sama Mami gue, tapi Abang gue selalu nolak karena dia pengen merasakan gimana rasanya membangun bisnis sendiri tanpa bantuan orang tua, tapi sesekali Abang gue bantu Mami gue buat ngurus perusahaannya, bukan pegawai tetap ya digaris bawahi bukan CEO atau pegawai tetap Abang gue ikhlas bantu karena perusahaan mobil itu yang mendirikan dari nol sampai sesukses sekarang adalah Papi gue, Mami hanya meneruskan bisnis Papi, Ohiya Papi gue udah gk ada sejak gue duduk dibangku SMP, dulu Papi gue yang menjadi tulang punggung keluarga, sekarang gantian Mami yang kerja buat keluarga, walau jarang dirumah Mami adalah sosok ibu yang paling sempurna bagi gue, kalau ada apa-apa sama gue atau Abang gue, pasti Mami akan mendahulukan anaknya dan meninggalkan pekerjaannya, the best wonder woman.

Hari ini gue harus berangkat lebih pagi lagi karena dosen yang mengajar adalah Pak Vino, gue memakai rok berwarna putih selutut dengan di padukan sweater rajut biru muda, tak lupa dengan totebag gue yang bercorak putih dan biru muda, terkesan seperti cewek kue, setelah dirasa penampilan yang sudah sempurna, gue turun dari kamar menuju lantai bawah.

"Mbok Ningsih, Amel berangkat dulu ya" kata gue.

Keluarga gue memang memiliki art bernama Mbok Ningsih, beliau sudah bertahun-tahun bekerja bersama keluarga gue, gue pun sudah menganggap Mbok Ningsih sebagai keluarga sendiri, keluarga gue dan Mbok Ningsih tidak seperti majikan dan juga pembantu, yang selalu berbicara sopan kepada majikannya, Mbok Ningsih sudah biasa merawat gue dan Bang Raka, ibaratkan Mbok Ningsih udah seperti ibu kedua gue kalau Mami gue lagi dinas di luar.

Mbok Ningsih yang tadinya sibuk didapur langsung menghampiri gue, dengan celemek yang masih ada ditubuhnya, Mbok Ningsih bilang "gk nunggu Den Raka Non?"

"Engga Mbok, Amel udah kesiangan banget, bilangin ke Bang Raka kalau Amel ke kampus duluan, karena ada kelas pagi" ucap gue dengan memakan roti dimeja makan itu.

Tak lama setelah gue mengucapkan kata-kata itu, Bang Raka nongol begitu saja, dan dia membalas perkataan gue tadi "Ini bukan sekali dua kali kamu gk sarapan dirumah, kayaknya Abang pikir udah setiap hari."

Gue tersenyum Pepsodent lalu gue mencoba membujuk Abang gue ini "Besok Amel gk ada kelas pagi, jadi besok Amel bisa makan dirumah Bang."

"Kamu selalu ngomong gitu ke Abang, tapi gk pernah kamu jalanin" ucap Bang Raka lalu dia menarik kursi meja makan, dan duduk disana, posisinya gue masih berdiri sambil menelan roti.

"Kali ini Amel gk bohong Bang, ini seriusan Amel lagi buru-buru banget, soalnya dosen Amel killer" mohon gue supaya Bang Raka ngerti.

Bang Raka seperti menghembuskan nafas panjangnya, lalu dia menjawab "yaudah oke fine, awas besok kamu bohongin Abang."

Gue tersenyum senang karena gue berhasil membuat Bang Raka ngerti "Amel berangkat dulu ya, assalamualaikum" tak lupa gue menyalami punggung tangan Bang Raka dan Mbok Ningsih.

"Waalaikumsalam Non, hati-hati dijalan" ucap Mbok Ningsih.

"Waalaikumsalam, jangan lupa sarapan setelah kelas selesai" Timpal Bang Raka.

"Iya siap bos!!" balasku sambil memperagakan hormat, setelah itu gue keluar rumah dan pergi untuk menuju kampus.

Tapi setelah diluar Kak Adam datang bersama motor besar itu, gue kaget karena melihat Kak Adam yang udah stay didepan rumah, lalu gue hampiri Kak Adam.

KISAH CINTA AMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang