Cerita Harga Diri

163 10 13
                                    


Ada hal paling absurd selama Raykan lewat dari masa akil baligh yang gak mau, gak ingin, gak bakalan Raykan ulangi lagi.

Hal paling memalukan yang gak bakalan dia ceritakan kepada orang lain, pun dengan sang Bunda.

Semuanya cuma karena satu entitas yang berbagi DNA yang sama, satu makhluk hidup berakal yang suka nyimpen kewarasannya di kulkas, dan satu-satunya saudara seayah seibunya yang katanya gak sengaja mengunci pintu kamar dari luar disaat dirinya berada di dalam kamar.

Pas pulang, pelaku cuma nyengir watados. Dia bawa makanan yang katanya sebagai sogokan minta maaf. Gak dulu.

Meski lapar, Raykan lewatin meja yang di atasnya ada bungkusan keresek buat pergi ke halaman samping. Tempat kotak sampah sama sebagian tanaman bonsai milik Ayah.

Reygan cuma liatin dari dapur.

Raykan balik lagi terus langsung mandi, Reygan lagi-lagi cuma liatin.

"Ray, ini gak mau lu makan sekarang?"

"Gak."

Reygan masukin makanan yang dia beli ke dalam kulkas terus nyusul ke lantai atas. Raykan ada di kamar lagi buka jendela lebar-lebar.

Reygan nyender di deket pintu, terus pas ada semilir angin dari jendela, semilir pula bau yang gak asing.

Reygan endus-endus sekitaran sana, "Ray, lu ngompol di sini? Kok bau pesing?"

Raykan hela napas panjang, dia natap adeknya dengan tatapan rumit.

"Apa?" tanya Reygan.

"Keluar."

"Hah?"

"Get out."

"What, artinya apa?"

"Iya." Raykan dorong Reygan keluar kamar terus tutup pintunya. Gak kasar kok, pelan-pelan.

Dia hela napas kasar, terus liat ke kirinya. Tempat dimana hal memalukan itu terjadi. Sebenarnya kalo dipikir-pikir itu gak sememalukan itu. Cuma bagi Raykan itu aib yang gak boleh kesebar kecuali dia mau diejek seminggu, sebulan atau berbulan-bulan oleh ayah dan adiknya.

Kilasan tadi saat dirinya masih membaca dan merasa gak percaya saat Reygan bilang dia ada di sebuah kafe yang jauh dari rumah, saat dia yang udah gak nahan pengen buang air kecil terekam jelas di memorinya.

Waktu dia masukin pot bunga ke dalam keresek hitam sedang yang gak cukup ukuran kemudian dipaksa cukup.

Waktu dia merosotin celana (kolor) buat menuntaskan tujuannya. Di sana, di pojok ruangan ada seseorang yang melihat dan memandang Raykan dengan ekspresi menjijikkan.

Dan kemudian waktu ketika dia menunggu adiknya pulang ditemani dengan wangi dari pot bunga yang terasa lebih berat. Ditemani juga oleh makhluk kecil yang sedari tadi mengejeknya.

Lagi, Raykan menghela napas berat sekali.

Kira-kira udah berapa kali dari sejak pagi tadi dia hela napas, ya? Kalo dihitung mungkin udah dapat piring cantik.

"Udah besar hihi masih ngompol di celana. Nanti Mommy marah."

Berat sekali cobaannya dan cukup menyakiti harga diri seorang Raykan.


See you asap!

11-17 The AdhitamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang