Ketika Reygan sibuk merhatiin cewe-cewe yang juga sibuk bersihin jaket, si empunya malah berdiri terus mau pergi. Ditahanlah tangannya.
"Mau kemana?"
"Pergi."
"Iya, kemana perginya?"
"WC."
"Oke, jangan kelamaan."
Raykan ngangguk terus pergi gitu aja.
Balik lagi nih, persoalan jaket dan ketiga tersangka. Bingung sih Reygan harus gimana, antara pengen ketawa tapi kasihan sama muka-muka panik.
Mereka ini anak-anak SMP, harusnya Raykan gak bakalan mempersalahkan. Harusnya.
"Kayaknya gak bakalan ilang kecuali di cuci," ucapan Reygan bikin ketiganya ngangkat kepala.
"Tapi kayaknya kalo di cuci juga lama ilang nodanya. Aku sempat punya dan gak cukup sekali cuci," jawab salah satunya.
"Gimana atuh, ya? Mana si Aa tadi keliatan marah gitu," timpal yang satu lagi.
Si kerudung pink cuma diem sambil terus usaha ngelap noda kuning itu. Reygan gak tega sebenernya tapi tiba-tiba aja ide random ngelintas di otaknya.
"Marah dikit palingan. Gapapa, tenang aja, masih ada dua lagi jaket kesukaan dia yang jarang kepake kok."
Reygan, padahal lagi puasa tapi tetap aja nyiram bensin ke kobaran api. Makin paniklah ketiga cewe itu. Apalagi si kerudung pink, gosokkannya makin kenceng.
"Tenang aja nanti aku bantu bilangin tapi kita kenalan dulu. Aku Reygan yang tadi Raykan."
"Bener 'kan, mereka kembar."
Mereka bisik-bisik dulu terus saling jabat tangan sambil nyebutin nama mereka masing-masing kecuali si kerudung pink yang tangannya masih sibuk bersihin jaket walau udah kentara kalo dia putus asa.
"Oh, iya. Kalian dari mana?"
"Cuma keliling sini, A, nyari takjilan," jawab Sarah.
"Maksudnya rumahnya."
"Oh, kita semua dari KLPC, cuma sekolah di SMK Kesehatan."
"Lho, udh SMK? Kirain masih SMP, soalnya mini-mini." Reygan ketawa dan sukses bikin mereka tersenyum.
Mereka lanjut ngobrol sampe Raykan balik lagi ke sana. Mukanya masih keliatan kesel.
Laki kok ngambekan, batin Reygan.
Maklum aja, Reygan suka gak bawa kaca.
"Pulang, ya, Gan?" Raykan gak peduliin ketiga pasang mata yang natap dia was-was. Agak jengkel sejujurnya.
"Denger dulu penjelasan mereka." Raykan nolak dan langsung mau ambil kantong kresek mereka tapi tangannya dipegang sama Reygan. "Dengerin dulu, habis itu kita balik."
"Gapapa, cuma jaket. Lain kali hati-hati." Raykan akhirnya natap ketiga perempuan itu terutama yang lagi pegang jaketnya. Seinget Raykan, emang dia pelakunya.
"Ini jaketnya boleh aku cuci dulu gak? Nanti aku kembaliin pas udah bener-bener bersih."
Aruna, si kerudung pink, berdiri sambil natap Raykan walau ujung-ujungnya langsung nunduk lagi. Kedua temennya juga ikut diem, bingung mau gimana.
"Nan," panggil Reygan. Raykan ngehela napas pasrah.
"Gak usah. Sini jaketnya." Raykan ulurin tangannya tapi malah tangan Reygan yang nyambut.
"Gapapa, biar Aruna cuci dulu sebagai bentuk permintaan maafnya. Lu harus maafin lah bang, mereka cewe lho. Tega?"
"Terserah."
Reygan tos sama Sarah sama Fia. Sedangkan Aruna akhirnya senyum seneng sambil ngucapin makasih sama maaf sekali lagi.
Raykan natap mereka aneh. Makin aneh waktu Reygan ngasih nomor whatsappnya ke cewe yang dipanggil Aruna. Nomor whatsapp Raykan lho, tanpa minta izin pemiliknya.
Setelah dibuat keputusan mereka akhirnya berpisah lagi setelah Aruna berjanji akan mengembalikan jaket Raykan.
"Mereka anak SMK anjir, gua kira masih SMP," kata Reygan saat mereka sampai di gerobak terakhir.
Raykan gak menanggapi malah mesen minuman. Tapi Reygan tahu kok kalo kembarannya nyimak obrolan dia. Udah biasa dikacangin.
"Duduk lagi, Njeng. Tadi lu lama bener di WC ngapain sih?"
"Beli ini." Raykan nunjukin satu kantong kresek bening yang isinya olahan seafood yang tadi gak jadi dibeli. "Buat kamu."
See u asap!
24/04/06
KAMU SEDANG MEMBACA
11-17 The Adhitama
Teen Fiction[The cup of tea] Ini kompilasi tingkah si kembar, yang katanya: saudara kembar itu barang kembar, sifat kembar, baju kembar, hobi kembar, sepatu kembar, artis idola kembar. "Heh, siapa yang bilang kalo kembar selalu kembaran? Sini gua gelitikin empe...