"Kanjéng, sepatu gua dimana?!"
Tumpukan kotak dus yang sudah ditata rapih siap angkut kembali berserakan di dalam kamar itu. Tutupnya kebuka dengan bekas selotip yang dirobek paksa. Hasil tangan si pemuda yang masih sibuk menggali tiap dus untuk mencari barangnya.
Yang membereskan itu Bundanya, wajar dia enggak tahu pembagian barang di tiap kotaknya.
"Gak usah teriak juga kedengeran, Gan," sahut sang Kakak yang hanya berselisih 6 menit sebelum kelahiran si pelaku teriakan.
Reygan--si pencari barang sudah hampir menumpahkan semua isi kotak jika saja kembarannya tidak melempari dia dengan sepatu putih dengan tanda ceklis di pinggirnya.
Bibirnya menyunggingkan senyum manis disusul senandungan lagu yang sudah dia putuskan bakal jadi lagu favorit.
Setelah itu berdiri di depan lemari yang pintunya full kaca untuk merapihkan rambutnya yang tetap begitu-begitu saja. Memakai kacamata hitam lalu menyemprotkan wewangian yang sebenarnya milik si saudara kembar.
"Buset, cakep betul anak Bunda."
Raykan yang melihat adiknya begitu sibuk dengan urusan kurang berguna itu hanya mendengus malas. Tangannya sibuk menarik resleting koper miliknya, sedangkan matanya mengitari lantai kamar yang kembali berantakan.
Mau menegur tapi percuma, mau dibereskan sudah malas. Karena percaya atau enggak sudah dua kali dia mengepak ulang barang-barang tersebut. Pelakunya masih sama, saudaranya, Reygan si bungsu Adhitama.
Tangannya berkacak pinggang melihat kelakuan sang adik, tiba-tiba melintas ide bagus. Raykan pergi keluar kamar tanpa disadari oleh Reygan. Tujuannya ke teras rumah.
Di teras ada sang penguasa rumah alias Bunda. Wanita hebat yang berhasil melahirkan Raykan dan Reygan dan mendidiknya hingga sekarang, bersama sang Ayah tentunya.
"Bun, kotaknya--"
Belum selesai kalimatnya, teriakan nyaring dari Nyonya Adhitama terdengar. Supir mobil angkut barang pun sampe noleh horor. Raykan cuma balas ketawa canggung.
"Anu ... itu ibunya mantan penyanyi rocker, ya, mas?"
Sementara itu di kamar.
"Lemah banget lu, jantung," katanya sambil elus-elus dada.
Lebay, jantung Reygan kayak mau copot waktu Bunda teriak manggil namanya. Padahal cuma manggil, belum marah-marahnya tapi udah dag-dig-dug gini.
"Reygan! Kalo masih belum turun juga Bunda buang kotak sepatu kamu!"
"Siap, Ndan, siap ini lagi otw!"
Bunda itu sabar kok, buktinya Bunda masih betah sama Ayah yang irit ngomong. Tapi itu sama Ayah bukan sama si kembar.
Poor you, Reygan.
See you asap!
240112
KAMU SEDANG MEMBACA
11-17 The Adhitama
Novela Juvenil[The cup of tea] Ini kompilasi tingkah si kembar, yang katanya: saudara kembar itu barang kembar, sifat kembar, baju kembar, hobi kembar, sepatu kembar, artis idola kembar. "Heh, siapa yang bilang kalo kembar selalu kembaran? Sini gua gelitikin empe...