Waktu sampe di rumah Nini, ternyata masih rame di sana. Apalagi suara dangdutan dari pos ronda yang gak jauh dari sana.
Nini ditemani beberapa tetangga lagi asik makan pisang goreng, singkong goreng dan makanan khas kampung lainnya.
Pada saat mobil Pak Hardiyana memasuki pekarangan rumah Nini, beberapa orang bangkit untuk mengonfirmasi dan memberitahukan kalau keluarga anaknya sampai dengan selamat.
Para tetangga ramah banget sampe si Reygan yang masih gak mau pisah dari Bunda pun bisa mendadak misah soalnya mereka dengan semangat empatlima nanya-nanya kehidupan sekolah di kota.
Raykan ikut bantu-bantu nurunin barang bawaan tapi disuruh istirahat aja sama Nini. Dia duduk diam, senyum kecil tiap ada tetangga yang mengajaknya bicara. Untung ada Reygan yang gak ditanya pun selalu menjawabnya.
"Lamun lagi gini mah, tau mana a Reygan sama a Raykan tapi kalo sama-sama lagi diem mah susah ya, mirip pisan," celetuk salah satu ibu-ibu.
Reygan noleh, bibirnya senyum tapi alisnya ngerut. Dia nyisir rambutnya pake tangan. "Beda, Bi. Abdi mah ganteng banget pisan."
Semuanya ketawa mendengar jawaban Reygan, mereka muji kalo Reygan ini anaknya ramah dan ceriwis, bonus narsis. Mirip sama Bundanya pas kecil katanya.
Sedangkan Raykan masih dalam kondisi shik shak syok dibalik topeng ramah dan pendiamnya.
Dirinya enggak lupa kok kalo rumah Nini itu di kampung dan di dataran tinggi yang mayoritas hutannya masih alami dan luas. Kalo kata orang sini mah di gunung, di Pucuk Ibun. Tapi meski ramai orang, ramai pula yang gak sengaja keliatan sama dia.
Ayah masih sibuk nurunin oleh-oleh dibantu tetangga, Bunda juga bongkar makanan yang bisa disuguhkan.
Sejujurnya pengen langsung tidur. Jantungnya bekerja lebih cepat sejak memasuki kawasan hutan di perjalanan. Dan pada saat ini pun, jantungnya belum kembali normal. Melelahkan, sangat menguras tenaga.
Namun, bersyukurnya rumah Nini itu ajaib. Di sini terasa hangat walau daerah sini terkenal dengan suhunya yang adem.
Rumah Nini itu, rumah pertama di kampung ini. Ibaratnya itu seperti gerbang, dan sebelah kirinya itu perkebunan pohon karet dan cengkeh luas yang menjadi batas dengan kampung sebelah. Belakang rumah Nini pun semi hutan dan ada makam keluarganya.
Kalo kata Ayah, ini tempat rawan. Bersinggungan langsung dengan jalur khusus tanda kutip.
"Bang, rebahan di dalem aja," kata Ayah pas Raykan gak sengaja ngelamun. Ngantuk beneran.
"Muhun, ayo masuk. Bobonya di kamar aja udah Nini bersihin tadi siang."
Raykan ngangguk terus pamit ikutin Ayah sama Nini yang masuk ke rumah.
Nini nunjukin kamar bekas Bunda yang masih terawat, sama nunjukin letak kasur lantai buat tidur. Terus keluar biarin cucunya sama menantunya istirahat.
"Sholat dulu, baru tidur," kata Ayah sambil gelarin kasur lantai di sebelah kasur.
Raykan diem perhatiin si Ayah. Mukanya agak melas sampai-sampai Ayah natap balik terus pasang muka nanya. Keduanya gak bersuara cuma saling lirik tapi seakan-akan sudah bertelapati, Ayah berkata, "Yuk."
Raykan udah malas bergerak sekaligus agak kurang berani ke kamar mandi sendiri. Kamar mandinya kan letaknya di belakang, beda sama di kota yang mau siang atau malam tetap ramai. Tapi ada Ayah, yakali Ayah bakal ninggalin gitu aja kalo misal ada apa-apa nanti.
Raykan gantian ke kamar mandi sama Ayah. Dia ditungguin pas udah selesai mereka langsung sholat berjamaah. Habis itu Ayah nyuruh anak sulungnya itu tidur aja.
"Jangan dipikirin, mau Ayah atau Reygan yang nemenin?" tanya Ayah.
"Gak papa, pintunya jangan ditutup aja."
Ayah ngangguk terus lakuin seperti yang Raykan minta. Beliau juga duduknya di ruang tamu bareng sama Bunda jadi masih keliatan sama Raykan.
Raykan tenang soalnya dia paham kalo Raykan gak sendirian.
Raykan itu bisa jadi super sensitif, dia peka terhadap lingkungannya, tapi untung ada Ayah yang selalu jadi penyelamatnya. Soalnya gak mungkin Bunda atau Reygan yang notabennya gak 'sama' kayak dia, yang ada mereka kabur duluan.
See you asap!
Raykan aja peka masa kamu yang dikasih kode engga😂

KAMU SEDANG MEMBACA
11-17 The Adhitama
Teen Fiction[The cup of tea] Ini kompilasi tingkah si kembar, yang katanya: saudara kembar itu barang kembar, sifat kembar, baju kembar, hobi kembar, sepatu kembar, artis idola kembar. "Heh, siapa yang bilang kalo kembar selalu kembaran? Sini gua gelitikin empe...