Keluarga

273 15 3
                                        

Kita lupakan sejenak kelakuan absurd kedua kembar Adhitama. Karena keduanya definisi dari buah jatuh sepohon-pohonnya.

Raykan, si sulung yang waktu mau lahir perlu drama dulu lewat Bunda. Entah itu kasur yang kurang nyaman, warna baju Ayah yang terlalu cerah (padahal waktu itu katanya warna biru laut, kesukaan Bunda) sama prank bidannya. Kepalanya udah keliatan tapi gak lama kemudian ketutup lagi. Pokonya drama.

Lain lagi sama adiknya.

Reygan yang lahir setelah kurang lebih enam menit dari keluarnya Raykan, sangat mudah dan lancar keluar dari pembukaan. Tanpa perlu usaha yang luar biasa dari Bunda yang udah mulai capek.

Sedangkan kepala keluarganya, Adit Hardiyana, sosok yang pertama kali menitikkan air mata kebahagiaan kala Raykan lahir dengan selamat dan sehat, tangisnya menderas kala suara tangisan anak keduanya terdengar. Pelukan hangat sebagai ungkapan terima kasih dan wajah kelegaan yang jarang sekali terlihat begitu terpancar dari mukanya.

Bunda, Tamara Ningtias tersenyum begitu cantik setelah melihat kedua anaknya yang sehat telah hadir di sisi mereka. Air mata bahagia tak kuasa dibendung melihat bayi mungil itu bergerak perlahan.

Kedua manusia dewasa itu mengucap syukur atas segala kejutan di hidup mereka. Tentang pertemuannya, pernikahannya, dan kini para jagoannya.

Kisah cinta mereka, klise dan membosankan. Drama yang umum diantara kisah cinta anak kota dan anak kampung. Bergejolak antara kesenjangan sosial dan keyakinan mental. Kini bisa dibuktikan kalau mereka bisa menghadapi semuanya.

Adhitama, nama mereka diabadikan dan berharap selalu dikenang oleh para anak dan cucunya kelak. Adit dan Tamara. Kisah baru dilingkaran keluarganya.





See you asap!

Bentar, lg cari ide.

11-17 The AdhitamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang