"Tumben pengangguran nganggur."
Hening.
Kucing yang tadi meong-meong mulu di betis Reygan kini duduk santai sambil jilatin bulu-bulu abunya.
"Jul," panggil Reygan sambil nyikut lengan Panji. "Panjul!"
"Paan sih, ah! Kepeleset kan," keluh Panji yang karakter gamenya mati masuk jurang. Panji itu lagi serius buat cetak skor baru, pokoknya dia mau jadi nomor satu gak mau kalah dari curut di sampingnya.
"Tuh, denger gak?"
Panji diem mencoba memahami situasi dan kondisi barulah Panji denger ada suara yang memanggil mereka.
"Woi, Pengacara!" (Baca pengangguran banyak acara)
"Ih, apaan tuh? Masa siang bolong gini Mba Kun keliaran, gak takut item apa?" Panji bangkit duduk seketika. Dia lirik kanan kiri sambil pose perawan yang terancam diambil keperawanannya.
Panji sama Reygan saling tatap-tatapan, mereka pasang muka horor yang lebih mirip sama kodok mau kawin. Gak lama kedengeran lagi suara yang manggil-manggil mereka campur suara kucing mengeong.
Biasanya kan hewan lebih peka terhadap hal gituan, jadi kemungkinan besar nih kucing liat dan merasakan sesuatu.
Sekarang tatapan mereka pindah ke si kucing.
Sampe akhirnya gerbang besi rumah Reygan digoyang-goyang brutal. Tiba-tiba banget Panjul angkat kedua tangan dan berdoa pake suara kenceng.
"Bismillahirrohmannirrohiim!" Mulainya sambil tutup mata.
Reygan melongo sebentar lantas ikut menaikkan kedua tangannya dan berseru: "AAMIIN!" Hingga membuat kucing abu yang lagi anteng gesek-gesek badan terlonjak dan kabur.
"Allohumma baarik lanaa!"
"AAMIIN!
"Fiimaa rozaqtanaa!"
"AAMIIN--"
"Beneran stres ya lu berdua?!"
Suara perempuan itu melengking tinggi, suara pagar yang ingin dibuka paksa terdengar makin barbar kala mereka gak berhenti-berhenti baca doa random.
"Terusin, Jul! Jangan goyah sama teriakan syaiton," titah Reygan sambil tepuk-tepuk pundak Panji yang masih komat-kamit.
"HEH, DASAR ORANG GILA!"
"Ca, kunaon teriak-teriak?--"
Reygan sama Panji reflek cepet noleh ke arah pager saat suara Ibunya Beno yang dari lembut-lembut bidadari berubah jadi emak-emak asli Indonesia.
"--Caca, turun! Ngapain sih, Neng, Ya Allah. Turun! Pecicilan pisan kamu téh!"
Ibu Beno acungin sapu ijuk dari halaman rumahnya saat liat Caca yang ternyata udah naik di pager.
Tinggal bentar lagi padahal dia bisa nyebrangin pager dan nyamperin dua manusia gak berakhlak yang bacain dia doa-doa random. Dikira dia setan apa? Cakep gini.
"Jul, lain setan ternyata," kata Reygan sambil perhatiin Ibu Beno yang lanjut ngomelin si Caca alias Salsa.
"Enya euy, beruk hég téh."
"YANG SOPAN CONGORNYA, YA!"
"Caca!"
See you asap!
KAMU SEDANG MEMBACA
11-17 The Adhitama
Novela Juvenil[The cup of tea] Ini kompilasi tingkah si kembar, yang katanya: saudara kembar itu barang kembar, sifat kembar, baju kembar, hobi kembar, sepatu kembar, artis idola kembar. "Heh, siapa yang bilang kalo kembar selalu kembaran? Sini gua gelitikin empe...